Selasa, 23 April 2013

“Teori-Teori Pendidikan”




A.    Aliran Nativisme
1.      Pengertian Nativisme
Nativisme berasal dari kata natus (lahir); nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar). Nativisme adalah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap pemikiran psikologis.
Teori nativisme muncul dari filsafat nativisma (terlahir) yaitu suatu bentuk filsafat yang menyatakan bahwa perkembangan anak ditentukan oleh faktor pembawaan sejak lahir, dan faktor alam yang kodrati. Nativisme dipelopori oleh Arthur Schopenhauer, seorang filosof Jerman yang lahir antara tahun 1788-1860. Arthur berpendapat bahwa manusia dilahirkan telah membawa bakat tersendiri yang cepat lambat bakat tersebut akan terwujud suatu saat nanti.
2.      Faktor-Faktor perkembangan manusia dalam teori Nativisme
a.       Faktor genetic
Adalah faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang yang pandai, maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang yang pandai pula.
b.      Faktor Kemampuan Anak
Adalah faktor yang menjadikan seorang anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya.
c.       Faktor pertumbuhan Anak
Adalah faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.
3.      Tujuan-Tujuan Teori Nativisme
Didalam teori ini menurut G. Leibnitz:Monad “Didalam diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi”. Sedangakan dalam teori Teori Arthur Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir/bakat. Sehingga dengan teori ini setiap manusia diharapkan :
a.       Mampu memunculkan bakat yang dimiliki
Dengan teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat yang dimiliki dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. Dengan adanya hal ini, memudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak besar terhadap kemajuan dirinya.
b.      Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi
Jadi dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih kreatif dan inovatif dalam upaya pengembangan bakat dan minat agar menjadi manusia yang berkompeten sehingga bisa bersaing dengan orang lain dalam menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin lama semakin dibutuhkan manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain.
c.       Mendorong manusia dalam menetukan pilihan
Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya manusia tersebut akan berkomitmen dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan meyakini bahwa sesuatu yang dipilihnya adalh yang terbaik untuk dirinya.
d.      Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang
Teori ini dikemukakan untuk menjadikan manusia berperan aktif dalam pengembangan potensi diri yang dimilii agar manusia itu memiliki ciri khas atau ciri khusus sebagai jati diri manusia.
e.       Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki
Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali bakat yang dimiliki, denga artian semakin dini manusia mengenali bakat yang dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan baakatnya sehingga bisa lebih optimal.
Tokoh lain aliran nativisme adalah J.J. Rousseau yaitu seorang ahli filsafat dan pendidikan dari Perancis. Tokoh ini berpendapat betapa pentingnya inti privasi atau jati diri manusia. Meskipun dalam keadaan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan. Masih banyak faktor yang dapat memengaruhi pembentukan dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan.
Para penganut aliran nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Dalam hal ini sangat jelas bahwa faktor lingkungan tidak ada artinya, sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar yaitu lingkungan.
B.     Aliran Empirisme
Empirisme berasal dari kata empiri yang artinya pengalaman. Aliran ini  bertentangan dengan paham aliran nativisme. Artinya  tidak mengakui adanya pembawaan atau potensinya di bawah lahir manusia. Dengan kata lain bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak membawa apa-apa. Karena itu, aliran ini berpandangan bahwa hasil belajar peserta didik besar pengaruhnya pada faktor lingkungan. Faktor lingkungan menentukan dalam perkembangan pribadi seseorang, terutama pendidikan.
Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yaitu sebuah teori yang menyatakan bahwa seorang anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Dengan demikian, dipahami bahwa aliran empirisme ini, seorang pendidik memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar peserta didiknya.Pengalaman belajar yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Menurut Redja Mudyahardjo bahwa aliran nativisme ini berpandangan behavioral, karena menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar sebagai sasaran kajaiannya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keberhasilan belajar peserta didik menurut aliran empirisme ini, adalah lingkungan sekitarnya. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan dari pihak pendidik dalam mengajar mereka.

C.     Aliran Konvergensi
Konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu menjadi kenyataan.
Konvergensi dipelopori oleh William Stern yang hidup diantara tahun 1871-1939, seorang ahli pendidikan bangsa Jerman. William berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia  disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk dan bakat tersebut mampu berkembang dengan adanya faktor lingkungan.
Aliran ini berpendapat bahwa kepribadian seseorang dibentuk dan dikembangkan oleh faktor dasar (bakat) dan faktor ajar (pendidikan). Bakat yang dibawa anak sejak kelahirannya tidak berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Jadi seorang anak yang memiliki otak yang cerdas, namun tidak didukung oleh pendidik yang mengarahkannya, maka kecerdasakan anak tersebut tidak berkembang. Ini berarti bahwa dalam proses belajar peserta didik tetap memerlukan bantuan seorang pendidik untuk mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran.

Budaya tidur waktu jam perkuliahan



FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN CARA MENGATASI BUDAYA TIDUR DI KAMPUS


Budaya tidur di kelas dikalangan mahasiswa reguler di STAIP, merupakan hal yang biasa terjadi, bahkan dianggap wajar. Apabila budaya ini sudah tidak lagi dipedulikan oleh seluruh mahasiswa, maka pembelajaran disuatu Sekolah Tinggi tersebut tinggal menunggu waktu untuk jatuh.
Disini, peneliti mencoba untuk peduli dengan budaya “terlarang” dari tempat peneliti menuntut ilmu, yakni STAIP.  Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan, peneliti mencoba merangkum berbagai tulisan yang berkaitan dengan budaya “terlarang” tersebut dari berbagai sumber dan hasil observasi peneliti sendiri .
Saat ini, budaya mengantuk atau bahkan terlelap saat mengikuti mata pelajaran kuliah, sudah menjadi rutinitas para mahasiswa. Setelah saya teliti, ternyata  Mahasiswa  reguler di STAIP pada umumnya sudah banyak yang bekerja, sebut saja kang Supriyadi yang berprofesi sebagai pegawai dealer, mas Saifuddin dan mas khoirul Anwar  yang  keduanya bekerja sebagai pegawai koperasi, ibu muslihatin yang sibuk menunaikan kewajibannya sebagai penjahit , mas huda yang seperti kita ketahui bahwa beliau hidup di daerah rawan begadang yakni pondok, yang setiap malam melakukan mutholaah kitab kuning, dan saya sendiri yang kecapekan karena melayani ternak-ternak saya yang sangat rewel bila tak terpenuhi hajatnya.
Dari waktu ke waktu tradisi tidur di kelas  ini  memang sudah mengakar bahkan  menjalar keseluruh mahasiswa lain sehingga sedikit yang masih bertahan (terjaga/melek). Dan tak hanya factor itu saja, masih banyak factor-faktor lain yang mempengaruhi permasalahan diatas, begadang karena nonton bola misalnya.
Banyak pihak yang menyayangkan tentang hal ini. Salah satunya adalah calon presiden Republik Indonesia, bang haji Roma Irama. Menurut beliau,  “begadang jangan begadang… kalau tiada artinya… begadang boleh saja….. kalau ada perlunya…..”
Sekarang banyak mahasiswa yang lupa akan kewajiban mereka untuk belajar dan menuntut ilmu. Mereka lebih memprioritaskan tidur di kelas dari pada mendengarkan keterangan dari dosen.
Keadaan inilah yang harus dicari jalan keluarnya. Mahasiswa seharusnya mempunyai kesadaran untuk tidak tidur saat mata pelajaran berlangsung yaitu dengan cara memperkecil intensitas mengantuk dalam kelas. Mengenai penyebab apa saja yang dapat menjadikan mahasiswa tidur di kelas dan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah budaya tidur dikelas, akan peneliti paparkan di paragraf selanjutnya.
         

Media Pembelajaran 3



Media merupakan alat untuk menyampaikan informasi atau pesan dari suatu tempat ke tempat lain. Media pembelajaran yang memuat informasi yang dapat berupa pengetahuan maupun menjadi sarana bagi pebelajar.
Segi kemunculannya,sumber belajar dapat dibedakan mnjadi 2;
-      Sumber belajar yang sengaja dirancang atau dibuat secara khusus untuk pembelajaran, contoh; buku,
-      Sumber belajar yang tidak dirancang atau dibuat secara khusus untuk pembelajaran, contoh; alam sekitar
ICT atau TIK mencakup semua teknologi,
-      Tegnologi komputer, maupun hardware, baik software pendukungnya. Di dalamnya termasuk prosesor (pengolah data) media penyimpanan data/informasi (hard disk, CD, DVD, flash dick), alat perekam (CD Writer, DVD)
-      Tegnologi multimedia, seperti kamera digital, kamera vidio, player vidio, player suara, dll
-      Tegnologi telekomunikasi, telepon, HP, faksimail
-      Tegnologi jaringan komputer, baik perangkat keras (LAN, internet, WIFI), maupun perangkat lunak pendukungnya (aplikasi jaringan) seperti Web, e-mail, HTML, Java, PHP, aplikasi basis data.
Slain fungsinya sebagai alat bantu pemecahan masalah manusia, ICT juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran yang dipercaya dapat (Elang Krisnadi, 2009);
-      Meningkatkan kualitas pembelajaran
-      Memperluas akses terhadap pendidikan dan pembelajaran
-      Mengurangi biaya pendidikan
-      Menjawab keharusan berpartisipasi dalam ICT, dan
-      Mengembangkan keterampilan ICT (ICT Skill) yang diperlkan siswa ketika bekerja dan dalam kehidupan nanti.
Strategi pemanfaatan ICT didalam pembelajaran
-      Sebagai alat bantu pembelajaran
-      Sarana/ temmpat belajar,
-      Sumber belajar
-      Sarana peningkatan profesionalisme

Penggolongan Penelitian 2



2.     Menurut Fungsi, dan tujuan
a.     Penelitian dasar, Murni (Basic Research). Adalah penelitian yang dilakukan diarahkan untuk sekedar memahami masalah dalam organisasi secara mendalam, yang bertujuan untuk, mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan langsung yang bersifat praktis. Contoh : penelitian tentang Tata surya, genetika, dan sebagainya.
b.     Penelitian Terapan (Applied Research). Adalah penelitian yang diarahkan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Contoh : penelitian obat, hama tanaman, teknologi pertanian.
c.     Penelitian evaluasi,bertujuan mencari efektifitaspelaksanaan suatu progam. Misalnya evaluasi suatu penelitian yaitu untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan standar dan program yang dapat ditetapkan
d.     Penelitian pengembangan, fungsinya mengembangkan suatu penelitian
3.     Menurut Jenis metode
a.     Korelasional, yaitu berusaha mencari pengaruh  hubungan antara dua variabel atau lebih
b.     Komporatif, yaitu bertujuan membandingkan antara dua variabl atau lebih.
c.     Eksperimen, yaitu mencari pengaruh variabel satu dengan mengontrol terhadap variabel yang lain. Menggunakan korelasi arena ada hubungan, dan menggunakan komparasi, karena mencari perbandingan
d.     Action research, yaitu penelitian yang dilakukan terutama untuk mencari suatu pengetahuan praktis dalam rangka memperbaiki keadaan atau situasi yang dilakukan terhadap suatusituasi leadaan yang berlangsung
e.     Granded reserch, peneliti terjun langsung kelapangan sehingga menemukan teori-teori baru. Misalnya meneliti di medan, kemudian dia menyusun pola-pola, atau teori.
f.     Diskriptif, yaitu berusaha menggambarkan, menerangkan suatu gejala. Metodenya dengan menggambarkan suatu fenomena.
g.     Penelitian survey, adalah penelitian yang memberikan seperangkat pertanyaan terhadap responden. Penelitian ini merupakan awal penelitain, dan seringkali sampai pada penelitian deskriptif
h.     Expostfato, penelitian yang sudah terjadi, atau berlalu.

Tentang hebatnya mengaji

Tentang hebatnya mengaji Ilmu Agama laksana air hujan menembus bumi, orang alim yang mengamalkan ilmunya laksana bumi yang subur. Orang yang...