Rabu, 08 Januari 2014

Penyusunan Dan Pengembangan Alat Evaluasi non tes

PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN
ALAT EVALUASI NON TES

Instrumen evaluasi adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk keperluan evaluasi.
Instrumen yang digunakan dapat dibuat sendiri atau menggunakan instrumen yang telah tersedia.  Instrumen yang sudah tersedia pada umumnya sudah dianggap baku. Kalau menggunakan instrumen yang sudah baku dapat langsung digunakan, dengan catatan teori yang dijadikan landasan penyusunan instrumen tersebut harus sesuai dengan teori yang menjadi landasan kegiatan evaluasi.

Untuk instrumen non tes, harus di create sendiri.  Dalam menyusun instrumen non tes sendiri itu, ada langkah-langkah yang perlu dilakukan, yaitu :
Ada dasar teori untuk merumuskan konstruk variabel yang hendak diukur dan dibuatkan instrumennya.

Definisikan konstruk, baik secara konseptual maupun secara operasional. Definisi konstruk secara konseptual untuk menjelaskan pengertian, sedangkan definisi secara operasional adalah definisi terukur, atau menjelaskan yang dapat diukur.
Contoh : gaya kepemimpinan seorang kepala sekolah, dapat diukur dilihat dari pemimpinnya atau bawahannya.

3. Kembangkan dimensi dan indikator
   Ini merupakan tahap yang paling kritis karena akan tercermin dalam kisi kisi.  Dimensi tidak mutlak, tapi indikator mutlak.  Indikator sama juga dengan konsep.
Untuk konsep yang tunggal (misalnya motivasi belajar), indikatornya bisa sebagai subyek atau konsep dari variabel.
Sedangkan untu konsep ganda (misalnya sikap), ada 3 dimensi, yaitu kognitif, afektif dan konasi (kecenderungan untuk mendekati obyek) atau sikap +
Contoh : Sikap terhadap profesi guru
DimensiProfesi GuruTugasInsentifStatusKognitif
Afektif
Konasiv
v
vv
v
vv
v
v
4. Menetapkan jenis instrumen

5. Membuat kisi-kisi instrumen yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indicator

Menetapkan besaran atau  rentangan parameter.  Rentangan parameter ini bergerak dalam suatu rentangan kontinun dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan. Misalnya dari rendah ke tinggi, dari positif ke negatif, dari otoriter ke demokratik, dsbnya.  

7. Menulis butir-butir instrumen, dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan.  Butir instrumen yang dibuat terdiri atas 2 kelompok, yaitu kelompok butir positif dan kelompok butir negatif.   
Butir positif adalah pernyatan yang menandakan ciri/keadaan/sikap /persepsi yang positif atau mendekat ke kutub positif, sedangkan butir negatif adalah pernyatan yang menandakan ciri/keadaan/persepsi/sikap negatif atau mendekat  ke kutub negatif.

Proses validasi baik validasi konstruk maupun validasi konten, untuk mengkaji item secara logika dan telaah konsep apakah sudah benar.
Proses ini merupakan validasi teoritik dan validasi empirik yang dilakukan
dengan melalui penilaian (justifikasi pakar) dan panel.

9. Revisi atau perbaikan instrumen berdasarkan masukan-masukan dari pakar atau hasil panel.

Reproduksi terbatas instrumen untuk keperluan uji coba.

11. Proses validasi empirik (validitas criteria).
Berdasarkan statistika, validasi item tidak menjamin bahwa semua item itu valid, karena itu perlu dilakukan :
Uji coba instrumen di lapangan, ini merupakan bagian dari validasi empirik atau validasi criteria. Karakteristik responden harus ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian.

Analisis data hasil uji coba untuk menguji validitas. Pengujian harus menggunakan criteria baik criteria internal (instrumen itu sendiri) maupun criteria eksternal (hasil ukur di luar instrumen).  Jadi di sini ada uji validasi korelasi butir total.
Hitung koefisien reliabilitas dengan rentangan nilai 0 – 1 untuk menunjukkan kualitas atau konsistensi hasil ukur instrumen.
c. Seleksi butir berdasarkan criteria
Misal : Jumlah item ada 35, yang valid 30 drop 5, maka yang ditulis lagi nanti adalah item-item yang valid, yang drop dihilangkan.

Finalisasi instrumen,
Bila item-item instrumen sudah valid, maka instrumen ini akan menjadi instrumen final yang akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian.

Penggandaan instrumen sesuai dengan kebutuhan.

14. Instrumen siap pakai.




PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN TES SEBAGAI
ALAT EVALUASI TES

Tes, skala, kuesioner, format observasi, semuanya itu merupakan alat evaluasi.  Khusus untuk evaluasi hasil belajar, alat evaluasi yang  paling banyak digunakan adalah  tes.

Tes adalah suatu cara atau alat  untuk  mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serngkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa sebagai peserta didik.

Fungsi tes ada 2 macam :
1. Untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu, (Lebih dititikberatkan untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran).

2. Untuk menentukan kedudukan atau peringkat siswa dalam kelompok, tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran tertentu, (lebih diarahkan untuk mengukur keberhasilan belajar masing-masing individu peserta tes.

Langkah-langkah dalam pengembangan tes :
1. Menetapkan tujuan tes
Misalnya tes untuk tujuan diagnostik, tes untuk untuk evaluasi belajar tahap akhir, tes untuk seleksi seperti untuk seleksi masuk perguruan tinggi atau beasiswa, dan lain-lain.

2. Analisis kurikulum
Tujuannya untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan yang akan dijadikan sebagai dasar dalam menentukan item atau butir soal untuk setiap pokok bahasan untuk soal obyektif atau bobot soal untuk bentuk uraian, dalam membuat kisi-kisi tes.

3. Analisis buku pelajaran dan sumber materi belajar lainnya
Tujuannya sama dengan analisis kurikulum, , yaitu untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan. Akan tetapi bobot setiap pokok bahasan berdasarkan jumlah halaman materi yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber materi belajar lainnya.

4. Membuat kisi-kisi
Gunanya adalah untuk menjamin agar butir-butir tes mencakup keseluruhan materi (pokok bahasan/subpokok bahasan) secara proporsional.

PBBOBOTASPEK KOGNITIF(C1 (20%)C2 (50%)C3 (30%)
C……A
B
C D E F G10
20
5
10
25
20
101
2
-
1
2
2
-2
4
1
2
5
4
21
2
1
1
3
2
2……
.
.
.
.
.
.4
8
2
4
10
8
4(10082012……40 10% x 40 = 4 20% x 4 = 0,8 = 1
50% x 4 = 2
30% x 4 = 1,2 = 1

Jumlah item harus proporsional, jika  materi PB nya banyak, maka jumlah soal juga banyak.
5. Menulis TIK (Tujuan Instruksional Khusus).
TIK harus mencerminkan tingkah laku siswa, karena itu perlu dirumuskan secara operasional.

6. Menulis soal
Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis soal, yaitu :
Soal yang dibuat harus valid, artinya mampu mengukur tercapai tidaknya tujuan yang telah dirumuskan.
Soal yang dibuat harus dapt dikerjakan dengan menggunakan 1 kemampuan spesifik, dengan bahasa yang mudah dimengerti, sehingga tidak mempunyai tafsir ganda.
Hindari kesalahan dalam pengetikan soal
Tetapkan sejak awal aspek kemampuan yang hendak diukur
Berikan petunjuk yang lengkap dan jelas dalam pengerjaan soal.

7. Reproduksi tes
Perbanyak tes sesuai dengan jumlah sampel atau jumlah peserta tes.

8. Uji coba tes
Tes yang sudah diperbanyak diuji-cobakan pada sejumlah sampel yang ditetapkan.

9. Analisis hasil coba
Meliputi validitas butir, tingkat kesukaran dan fungsi pengecoh

10. Revisi soal

11. Merakit soal menjadi tes

Semua variabel konstruk adalah kontinunm,dan variabel-variabel factual (kongkrit) adalah diskontinum.
Kontinum bersifat bipolar.




(Drs Nurul Huda MPdI)

Penskoran

PENSKORAN

Penskoran adalah suatu proses pengubahan jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item- item dalam instrumen.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Dalam penyusunan dan pengembangan tes adalah tes tersebut sudah mempunyai validitas dan reliabilitas.
Setelah tes disusun, maka diharapkan hasil ukur tes tersebut akan dapat mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur.  Artinya, tes tersebut dapat mengungkapkan dengan tepat penguasan (kemampuan) siswa terhadap materi pelajaran.

Dalam pelaksanaan tes, harus ada instruksi dan pengawasan tes.

Setelah pelaksanaan tes, ada penilain terhadap hasil belajar dengan menggunakan tes atau memberi nilai (skor).
Langkah-langkahnya :
Memberi nilai atau skor, adalah memberikan angka berdasarkan jawaban-jawaban terhadap tes yang diberikan dan nilai atau skor yang diperoleh disebut skor mentah.
Memberi nilai untuk menentukan nilai/skor akhir (grade) berdasarkan skor mentah, yang  disebut dengan menilai.

Ada 2 cara pemberian nilai, yaitu :
Pemberian nilai berdasarkan PAP
Pemberian nilai berdasarkan PAN

(PMMP bpk Nurul Huda dosen STAI PATI)

Kriteria Penilaian

KRITERIA PENILAIAN

Berbicara dalam konteks kelas, ada 2 macam kriteria penilaian, yaitu :
Penilaian Acuan Patokan
Penilaian Acuan Normal

PAP
Adalah penilaian berdasarkan tingkat pencapaian belajar atau tingkat penguasaan yang menjadi sejumlah kompetensi dalam tujuan pembelajaran.
Contoh :Si A dapat nilai 5 dari 10 soal, maka berarti ia menguasai ½ dari tujuan pembelajaran yang telah dicapai, atau 50 % materi yang dikuasai. 
Kalau si A dapat 10,  berarti 100 % atau sepenuhnya menguasai materi pembelajaran.

Implikasi dari PAP ini, alat evaluasi/test harus content validity, yaitu soal-soal test harus mencerminkan isi keseluruhan dari kompetensi yang akan diukur atau dievaluasi.  Sehingga jawaban yang betul itu benar-benar mencerminkan penguasaan materi.

PAN
Adalah penilaian berdasarkan kedudukan dalam  kelompok, tidak menunjukkan penguasaan materi.
Kriteria penilaian adalah nilai kelompok.  Dalam PAN itu yang dipersoalkan adalah distribusi (sebaran).  Kegunaan PAN biasanya untuk seleksi seperti : ujian SPMB, yang dasarnya daya tampung, jadi yang diterima harus sesuai dengan daya tampung yang ada.

Dalam PAN, harus ada daya pembeda.  Jika daya pembedanya bagus, maka akan ada nilai yang berbeda. Bila dilihat dari tingkat kesukarannya, PAN  ini medianya harus mendekati tingkat lulus atau batas lulus.

Dalam test, ada tingkat kesukaran, tingkat kesukaran itu ada yang bersifat teoritis dan empiris. Yang tahu tingkat kesukaran ini tentunya sipembuat test.
Secara teoritis, soal itu harus ada yang mudah, sedang dan sukar.  Sukar atau mudahnya  soal ditentukan oleh panjang pendek jawaban yang dibutuhkan. 
Suatu soal dikatakan sukar bila :
Membutuhkan jawaban yang panjang.
Membutuhkan pemikiran yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya soal-soal aplikasi/penerapan.
Permasalahan yang ditampilkan makin rumit dan kompleksitas

Sedangkan secara empiris, soal yang dikatakan sukar itu adalah soal yang paling banyak menjawab salah.  Mungkin secara teoritis soalnya mudah, tapi secara empiris bisa sukar karena tidak ada yang menjawab dengan benar.

Komposisi tingkat kesukaran dalam test harus berdistribusi normal (indeksnya harus normal).  Maka tingkat kesukaran yang paling tinggi itulah yang akan membedakan ranking siswa antara ranking 1 dan 2.

Pada PAN, mediannya mendekati garis distribusi normalnya atau berimpit, sedangkan pada PAP biasa saja. Pada PAN yang penting sekali adalah daya pembedanya, sedangkan pada PAP adalah content validitynya.

(Drs Nurul Huda MPdI)

 

Konsep Validitas dan Reliabilitas

KONSEP VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Untuk mendapatkan data yang valid yaitu fakta yang diamati benar-benar tepat ukurannya, maka harus mengukur dengan benar.  Mengukur dengan benar berarti harus menggunakan alat ukur yang valid.

Validitas berasal dari kata validity, yang artinya sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.  Suatu alat ukur memiliki validitas yang tinggi bila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran.

Validitas suatu test atau instrumen adalah seberapa jauh alat itu mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur.
Jadi test yang  valid adalah test yang mampu mengukur apa yang hendak diukur.

Validitas suatu tes dibedakan atas :
Validitas konsep
Validitas empiris

Validitas konsep terdiri atas :
1. Validitas content atau isi
Yaitu sampai seberapa jauh suatu tes dapat mengukur tingkat penguasaan terhadap isi atau materi tertentu yang harus dikuasai, sesuai dengan materi  pengajaran yang tercantum dalam GBPP.

Test itu dikatakan valid bila soal-soal atau butir-butir test itu mencerminkan keseluruhan isi atau content yang diujikan atau yang harus dikuasai secara proposional.

Untuk mengetahui validitas isi suatu test adalah :
Dengan berdasarkan telaah kisi-kisi test. 
Kisi-kisi test dibuat berdasarkan analisis kurikulum dan analisis text book yang digunakan.
2.Dengan mendasarkan pada analisis logika, tidak merupakan suatu koefisien yang dihitung secara statistika.

Isi suatu test harus mencakup semua pokok bahasan atau sub pokok  bahasan.
Kriteria untuk menentukan proporsi masing-masing pokok/sub pokok bahasan adalah dengan melihat :
-  jumlah halaman atau jumlah pertemuan setiap pokok bahasan
-  berdasarkan pendapat para ahli dalam bidang yang bersangkutan

2.Validitas construct
  Yaitu yang mempermasalahkan sampai seberapa jauh item-item suatu tes dapat mengukur variabel-variabel konsep yang hendak diukur, sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan.
Contoh : mengukur sikap, minat, konsep diri, locus control, motivasi berprestasi, kecerdasan emosi,  dll.

Untuk menentukan validitas construct suatu instrument :
dengan proses penelaahan teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur.
Dengan penelaahan oleh para pakar.

Indikator-indikator dari construct  harus homogen, konsisten, dan konvergen  untuk mengukur construct dari variabel yang hendak diukur, dan indikator-indikator itu harus lengkap untuk mengukur suatu construct secara utuh.

Validitas empiris (validitas kriteria)
Adalah validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal.

Validitas empiris ada 2 macam :
Validitas internal
Adalah validitas yang ditentukan berdasarkan criteria internal (dari instrumen atau test itu sendiri).
Validitas internal mempermasalahkan validitas butir atau item suatu instrumen dengan menggunakan hasil ukur instrumen tersebut sebagai suatu kesatuan sebagai kriteria.
Validitas internal = validitas butir

Validitas butir diperlihatkan oleh seberapa jauh hasil ukur butir tersebut konsisten dengan hasil ukur instrumen secara keseluruhan.

Validitas eksternal adalah validitas yang ditentukan berdasarkan   kriteria eksternal (hasil ukur instrumen atau test lain di luar dari instrumen atau test itu sendiri).

Kriteria eksternal itu dapat berupa hasil ukur instrumen baku atau yang dianggap baku, dapat pula hasil ukur lain yang sudah tersedia dan dapat dipercaya sebagai ukuran dari suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.

Validitas eksternal dapat dibedakan lagi atas :
Validitas konkruen
Apabila criteria eksternal yang digunakan adalah ukuran atau penampilan saat ini atau saat bersamaan dengan pelaksanaan pengukuran.
Contoh : Menguji validitas test sumatif untuk mengukur penguasaan materi selama 1 semester dengan menggunakan hasil ulangan-ulangan  harian semester yang bersamaan sebagai criteria eksternal.

Validitas predictive
Apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah ukuran atau penampilan masa yang akan datang.
Contoh : Menguji validitas test UMPTN dengan menggunakan IP semester 1 sebagai kriteria eksternal.   IP semester 1 merupakan penampilan masa yang akan datang pada saat pelaksanaan test masuk .  

RELIABILITAS

Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Suatu hasil pengukuran dikatakan reliable atau dapat dipercaya bila dalam beberapa kali pengukuran  terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah.

Ada 3 konsep dalam reliabilitas :
1.  Konsistensi (tidak berubah-ubah),   nilai yang diberikan itu konstan.
    Ada 2 macam konsistensi, yaitu :

Konsistensi antar butir
- Makin tinggi konsistensi antar butir, maka reliabilitasnya makin tinggi.
- Makin tinggi nilai R, maka item-item nya makin konvergensi   dalam 
  mengukur hal-hal yang sama.
- Jadi test yang tidak bagus adalah jika item-itemnya terpencar.
- Hasil pengukuran data (skor tampak) -----> fakta
   mengukur yang sebenarnya ------> validitas
   tapi reliabilitas ----> konsistensi
Jika skor tampak dan skor murni makin dekat, berarti validitasnya makin tinggi

Konsistensi semua item (gabungan item)
Artinya hasil ukur item yang satu akan sama dengan hasil ukur item yang lain.

Skor butir dikotomi -----> KR-20

rii=k  1   ( Pi . qi
____     -_________
k – 1     St2

Skor butir kontinu

(=k -  1    .   1   -     ( Si 2
   k             St2

Keterangan :
K= banyaknya butir
Si2= varians skor butir I
Pi= proporsi jawaban benar butir I
qi= proporsi jawaban salah butir I
St2= varians skor total

2.Stability
Jika diukur hari ini, kemudian diukur lagi kepada sekelompok responden yang sama,  ternyata bedanya  kecil.  Atau jika dilakukan re-test (test ulang), bedanya kecil.
Jika kepada kelompok responden yang sama diberikan :
iPerangkat test yang sama dalam waktu yang berbeda, tapi kondisi waktunya sama, misal pagi hari ini dengan pagi esok
ii  Test ke dua kali, tapi tidak terjadi proses belajar, mksudnya setelah   test I tidak di treatment
iii Test ke 2 kalinya, dan tidak terjadi “ hallo efek”,  yaitu siswa tidak      diberitahu kalau akan ditest lagi

Maka test i dan test ii diukur korelasinya, jika korelasinya tinggi, berarti makin stabil.
Dalam stability ada konsistensi
Realibilitas, bisa ditunjukkan dengan equivalensi, misal :
Hasil ukur dengan no 1 –15 konsistensi dengan hasil ukur no 16 – 30
Korelasi paket A dan B mencirikan reliabilitas.
Reliabilitas konsistensi gabungan butir akan berhadapan dengan skor butir (mempersoalkan skor)

Misal dalam Test TPA, soalnya baru
Dikotomi----->  - tidak kontinu
- tidak ada skor ½ benar,  yang ada dikotomi 0    1

ALAT EVALUASI

Dalam pendidikan, alat evaluasi terdiri atas :
1. Tes
Tes adalah alat untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan obyek ukur terhadap seperangkat konten atau materi tertentu. Jadi tes itu adalah kalau kita beri soal, lalu mereka menjawab dengan pengetahuan dan kemampuannya.
Tes (Performansi maksimum) adalah sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan obyek ukur terhadap seperangkat konten atau materi tertentu. Tes merupakan sebagai alat ukur yang mempunyai standar obyektif sehingga dapat dipergunakan secara meluas, serta betul-betul dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Jadi tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan obyektif yang hasilnya dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan atas proses pengajaran yang dilakukan.

Jenis-jenis tes
- Tes pengetahuan yaitu : test hasil belajar
- Tes kemampuan yaitu : test achievement
Tes kemampuan adalah test pengetahuan digabung dengan tes          keterampilan (tes perbuatan)   

Fungsi tes :
Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa
Yaitu alat untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu dan juga sebagai alat untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.

Sebagai motivator dlam pembelajaran
Sebagai upaya untuk perbaikan kualitas pembelajaran.
Untuk menentukan berhasil tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

2.Non - Tes
Merupakan alat evaluasi untuk mengukur variabel-variabel kuesioner, dan merupakan tes yang mudah.

ALAT EVALUASI NON TES

Sebenarnya ada 2 kelompok saja alat evaluasi non tes ini, yaitu :
1.Kuesioner
Dalam pengertian sempit, kuesioner merupakan daftar pertanyaan biasa.

2.Skala
Skala terbagi 2, yaitu :
Skala sikap, yaitu skala untuk mengukur variabel-variabel yang indikatornya tidak tampak, atau mengukur faktor internal individu (yang tidak tampak dari luar, yang tampak itu adalah akibatnya). Skala sikap mutlak diberikan langsung kepada responden yang bersangkutan.
Contoh skala sikap : lokus kontrol, konsep diri, kepuasan kerja.
Bagaimanan mengukur dengan skala ? Yang diskalakan itu adalah jawabannya.  Misal : skala sikap- sangat setuju, - setuju, - ragu-ragu, - tidak setuju, - sangat tidak setuju.
- ________________ +

Konsep pengukuran adalah memberikan kuantitas antara gejala yang diamati antara 2 kutub.
Pada masing-masing item (butir soal) harus bergradasi dari – ke +
Misal :
Masing-masing butir+-
SS51
S42
R33
TS24
STS15
Untuk skala sikap bisa juga menggunakan kategori  : - sangat baik, - baik , - …… dstnya. Atau juga dengan – sangat sering, - sering, - jarang, - kadang-kadang, - tak pernah.
Dalam  membuat skala sikap bisa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan. Kalau dalam bentuk pernyataan, responden berkedudukan sebagai orang pertama, tiap awal kalimat menggunakan kata Saya.  Tapi kalau dalam bnetuk pertanyaan, responden berkedudukan sebagai orang kedua,  jadi untuk responden menggunakan kata Anda, dan di akhiri dengan tanda tanya.  Untuk mendeteksi apakah pertanyaan valid atau tidak, lihat dari jawaban.

Skala penilaian, yaitu skala untuk mengukur variabel-variabel yang indikatornya tampak oleh orang lain (indikatornya konkrit).
Misalnya : kinerja guru, dapat diukur oleh orang-orang yang paling banyak terkait dengan guru.
Penulisan item-item harus disesuaikan dengan siapa yang menjadi respondennya.

(Drs Nurul Huda MPdI)

Konsep Evaluasi, Pengukuran dan Assesstment

KONSEP EVALUASI, PENGUKURAN DAN ASSESSTMENT

Evaluasi (evaluation)
Pengertian evaluasi :
Suatu proses atau tindakan yang terencana, sistematis, untuk menentukan atau membuat keputusan, sampai sejauh mana tujuan atau program telah tercapai. (Gronlund, 1985).
Evaluasi adalah hasil dari kegiatan pengukuran dan penilaian.  Hasil dari kegiatan evaluasi bersifat kualitatif, sedangan hasil dari kegiatan pengukuran bersifat kuantitatif.
Proses menilai sesuatu berdasarkan criteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan.
Evaluasi pada dasarnya merupakan penafsiran atau interpretasi yang bersumber pada data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan hasil dari pengukuran.

Pengukuran (measurement)
Pengertian pengukuran :
Suatu proses kuantitifikasi terhadap fakta, yaitu proses pemberian angka terhadap sesuatu yang disebut obyek ukur.
Mengukur pada hakekatnya adalah pemasangan atau korespondensi satu-satu antara angka yang diberikan dengan fakta atau obyek yang diukur.
Pengukuran menggunakan satuan-satuan tertentu, jadi pengukuran dapat dikatakan sebagai proses memasangkan fakta-fakta dengan satuan-satuan ukuran tertentu, sedangkan penailaian adalah proses membandingkan sesuatu obyek atau gejala yang diamati dengan mempergunakan patokan-patokan tertentu seperti : baik – tidak baik,  memenuhi syarat – tidak memenuhi syarat, dll.
Pengukuran menghasilkan angka, baik angka mentah maupun angka final.  Dari angka dilakukan penilaian.  Pada waktu penilaian dibutuhkan kriteria atau patokan tertentu.

Penilaian (Assesstment)
Pengertian penilaian :
1.Suatu proses atau tindakan menentukan nilai sesuatu obyek yang diamati.
2.Penilaian dapat dilakukan berdasarkan hasil pengukuran atau dipengaruhi oleh hasil pengukuran. Penilaian mempunyai criteria atau ukuran-ukuran tertentu dan obyektivitas.
3.Penilaian hanya sebatas memberikan nilai saja, sedangkan evaluasi berakhir dengan pengambilan keputusan.

Contoh :PesertaSkorNilaiKeputusan

Ali85B +lulus amat baik
pengukuranpenilaianevaluasi
Variabel adalah sesuatu yang mempunyai variansi nilai. Ada pun sesuatu yang dapat diukur dan nilainya bisa berubah-ubah.
Dalam pengukuran, ada 2 variabel yang dapat diukur, yaitu :
1.Variabel factual
Yaitu variabel yang indikatornya jelas, kongkrit dan tidak perlu dijelaskan.  Instrumennya tidak perlu diteliti atau divalidasi, alat ukurnya sudah baku.
Contohnya : agama, tinggi badan, jenis kelamin, umur

2.Variabel konsep
Adalah variabel yang indikatornya masih abstrak dan perlu dijelaskan dan instrumennya perlu divalidasi. Contohnya sikap, kecerdasan emosional, locus control, dll
Variabel konsep ini ada 2 macam :
variabel content,
Yaitu sesuatu yang akan kita ukur nilainya berdasarkan isi atau content atau materi tertentu yang sesuai dengan tujuan pengajaran, tidak boleh keluar dari materi atau silabus yang ada. Variabel yang diukur harus mencerminkan keseluruhan materi atau kontent yang seharusnya dikuasai secara proposional.
Contohnya : pengukuran terhadap hasil belajar, kisi-kisi test diambil dari materi pelajaran, sesuai dengan tujuan pengajaran dalam kurikulum yang sudah ada.

Variabel construct
Yaitu sesuatu yang akan diukur itu perlu dibuat penelaahan teorinya, dibuatkan dulu definisi konsepnya, apa indikator-indikatornya, .
Contohnya : mengukur sikap, minat, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, konsep diri, lokus kontrol, kecerdasan intelektual, kepribadian, dll.
IQ adalah ukuran baku kecerdasan intelektual, dan EQ adalah ukuran baku dari kecerdasan emosional. 

Variabel content diukur dengan test, sedangkan variabel construct diukur dengan non test.

Alat untuk mengukur suatu obyek atau alat untuk mengumpulkan data mengenai suatu variabel disebut : instrumen.

Instrumen
Ada 2 macam  :1. test
2. non test

Pengertian test :
1. Alat atau prosedur yang digunakan untuk mengukur pengetahuan dan penguasaan obyek ukur terhadap seperangkat materi tertentu.
2.Suatu prosedur atau alat yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.

Fungsi test

Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa
Mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa dalam waktu tertentu
Mengukur keberhasilan program pengajaran, yaitu seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan dicapai, seberapa yang belum dan apa yang perlu dilakukan untuk mencapainya.

2.Sebagai motivator
-Sebagai motivator ekstrinsik
-Penting dalam umpan balik berupa nilai untuk meningkatkan intensitas belajar.

3.Sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
Dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran, ada 3 jenis test :
Test Penempatan (placement test)
Bertujuan agar dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara efektif, karena sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Dalam evaluasi penempatan digunakan alat evaluasi  berupa test bakat , test pengetahuan.
Test Diagnostik
Evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kelemahan atau kesulitan belajar yang dialami peserta didik, faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan dan cara mengatasi kesulitan.
Test Formatif
Dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah (baru) disampaikan.

Sebagai syarat untuk menentukan berhasil atau tidaknya seorang peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Untuk keperluan ini dilakukan test sumatif.
Fungsi test sumatif :
-untuk menentukan ranking siswa
untuk menentukan dapat atau tidaknya melanjutkan program pembelajaran berikutnya
untuk menginformasikan kemajuan siswa kepada pihak lain


Penggolongan test
1.Sebagai alat ukur terhadap pengaruh kegiatan pembelajaran, ada pre test dan post test.
2.Dari aspek psikis, ada test intelegensi, test kemampuan dasar, test sikap, test kepribadian, test kemajuan belajar (achievement test)
3.Dari jumlah peserta, ada test individual dan test kelompok
4.Dari waktu, ada power test (waktu tidak dibatasi) dan speed test (waktu dibatasi).
5.Dari bentuk respon, ada test verbal dan test non verbal.
Test verbal menghendaki jawaban yang tertuang dalam kata/kalimat, sedangkan test non verbal menghendaki jawaban dalam bentuk tingkah laku, bukan kata-kata.
6.Dari cara mengajukan petanyaan, ada test tertulis, test non tertulis, dan test perbuatan.

Non Test
1.Observasi
Cara mendapatkan data dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan obyek pengukuran.
Observasi banyak dilakukan untuk menilai tingkah laku individu.  Observasi partisipatif, si observer melibatkan diri ditengah-tengah kegiatan, sedangkan observasi non partisipatif observer berada di luar kegiatan.

2.Wawancara
Cara mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawab langsung (berhadapan muka), sepihak, dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Ada 2 jenis wawancara, yaitu wawancara bebas dan wawancara terpimpin.

3.Angket
Cara mengumpulkan data dengan menggunakan kuisioner. Cara ini lebih praktis, hemat waktu, tapi kelemahannya ada kemungkinan jawaban yang diberikan dalam angket tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, bila pertanyaan dalam angket tidak jelas dapat membingungkan responden.
Angket digunakan untuk menilai ranah afektif. Bentuk angket ada berupa pilihan ganda, skala sikap.

Pengembangan test sebagai alat evaluasi

Menetapkan tujuan test -------- analisis kurikulum --------- analisis buku pelajaran -------  mmbuat kisi-kisi soal -------- penulisan TIK ------- penulisan soal --------- reproduksi test terbatas --------- uji coba test ------- analisis hasil uji coba ------- revisi soal ----------- merakit soal menjadi test.

(Drs Nurul Huda MPdI)

Minggu, 05 Januari 2014

Jadwal UAS smt 5

Jadwal UAS semester 5

Sabtu 11 januari
-usul fiqih
-PMMP

Ahad 12 januari
-psikologi agama
-pengembangan K PAI

Sabtu 18
-perencanaan sistem PAI
-pengembangan kurikulum

Ahad 19
-MPP
-Metodologi PAI

Sabtu 25
-managemen pendidikan

Tentang hebatnya mengaji

Tentang hebatnya mengaji Ilmu Agama laksana air hujan menembus bumi, orang alim yang mengamalkan ilmunya laksana bumi yang subur. Orang yang...