Selasa, 30 Mei 2017

Al-Hikam 128-131

Al-Hikam Pasal 128-131

“Sholat”

لمّا علم الحق منك وجود الملل لَوّن لك الطاعات وعلم مافيك من وجود الشرّه فحجرهاعليك فى بعض الاوقات ليَكون همّك اِقمامة الصلاةِلاوجودالصلاةِفماكلُّ مصَلٍّ مُقِيمٌ 

128.”Alloh ta’ala itu mengetahui bahwa engkau mudah bosan/jemu, maka Alloh membuat bermacam-macam cara taat/ibadah, dan Alloh mengetahui bahwa engkau bersifat rakus(terlalu semangat), maka dalam beberapa waktu dilarang melakukan sholat, supaya Himmah(kemauan yang kuat)mu tertuju pada sempurnanya sholat(iqomatus-sholah) bukan sekedar sholat, sebab tidak semua orang yang sholat itu mendirikan sholat(iqomatus-sholah)”.

 

 

Syarah

Alloh berfirman: Wa-aqiimus-sholata(dan kamu semua supaya mendirikan sholat)  firmanNya tidak: SHOLLUU (sholatlah kamu semua)

 Cara mendirikan Sholat (iqomatus-sholah) itu harus dengan menyempurnakan adab/tatakramanya Sholat,  1. Adab lahir seperti: menjaga syarat-syarat,rukun-rukun dan sunnah-sunnahnya sholat. 2. Adab batin seperti: menjaga khusyau’ dalam sholat dengan menghadapkan hati hanya kepada Alloh,sehingga hati tidak mengingat sesuatu melainkan kepada Alloh,dan merasa bahwa sholatnya itu semata-mata karunia dari Alloh.

Sholat dengan menyempurnakan adab/tatakeramanya ini yang akan menimbulkan bekas seperti bertambah baik budi pekerti nya, dan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar (INNAS-SHOLAATA-TANHAA ‘ANIL-FAKHSYA-I WAL MUNKAR)

الصلاةطهرة للقلوب من ادناس الذنوب واستفتاح لباب الغيوب

129. “Sholat itu sebagai penyucian/pembersih hati dari kotoran dosa, dan untuk pembuka pintu ghoib”.

 

 

Syarah

Rosululloh saw. “Bersabda: sesungguhnya perumpamaan sholat itu bagaikan sungai yang mengalir di depan pintu rumah salah seorang, maka ia mandi di sungai itu tiap hari lima kali, apakah masih ada sisa kotorannya? Jawab shahabat: tidak ada sisa kotoran sedikitpun. Maka Nabi bersabda: demikian pula sholat lima waktu yang menghapuskan dosa”.

Juga sholat sebagai pemuka pintu ghoib, sebab bila hati telah bersih dan selalu berhubungan dengan Tuhannya, pasti lambat laun akan terbuka baginya tirai/pintu ghoib.

Sabtu, 27 Mei 2017

Al-Hikam 126-127

Al-Hikam Pasal 126-127

Lihatlah Alam Ini Untuk Mengenal Alloh

اَمَرَكَ فِى هٰذِهِ الدَّارِ بِالنَّظَرِ فِى مُكَوَّناَتِهِ وَسَيَكـْشِفُ لَكَ فِى تِلْكَ الدَّارِ عَنْ كمَال ذاَتِهِ 

126.” Alloh memerintahkan kepadamu semasa hidup di dunia ini memperhatikan alam ciptaanNya(memikirkan mahluk didunia ini sehingga menjadikan ingat pada Alloh). Dan kelak di akhirat Alloh akan mamperlihatkan kepadamu kesempurnaan DzatNya”.

 

Syarah

  Alloh telah memerintahkan memperhatikan dan memikirkan mahluknya Alloh, itu disebutkan dalam Alqur’an dalam beberapa ayat, aya yang  jelas seperti firman Alloh: “QULIN-DHRUU-MAA-DZAA-FISSAMAA-WAATI WAL-ARDHI (perhatikanlah apa yang ada dilangit dan bumi)”. 
Ada juga yang secara isyaroh seperti firman Alloh yang artinya: “dan di bumi itu ada bagian-bagian tanah yang berdekatan satu sama lainnya, ada kebun-kebun kurma dan anggur, ada tanaman yang sejenis dan beda jenis, yang kesemuanya itu disirami dengan satu macam air,  sesungguhnya yang demikian itu mengandung tanda-tanda keagungan Alloh, yang manfaat bagi orang-orang yang mau berfikir.” Satu macam air itu (air hujan) tetapi pohon yang disiram beda-beda, daunnya tidak sama,buahnya tidak sama, adakalanya sama tapi rasanya berbeda,itu semua pasti ada yang menetapkan, yaitu Alloh.
Apabila mau memperhatikan alam semesta(makhluk) maka kelak di akhirat Alloh akan membukakan hijab sehingga langsung bisa melihat DzatNya. Firman Alloh: “WUJUUHUY-YAUMA-IDZIN-NAADHIROH, ILAA-ROB-BIHAA NAADHIROH.(beberapa wajah pada hari kiamat itu berseri-seri,(bercahaya), karena ia dapat melihat Tuhannya”.
عَلِمَ مِنكَ اَنَّكَ لاَ تَصْبِرُ عَنْهُ فاَشـْهَدَكَ ماَ بَرَثَ مِنْهُ 
127. “Alloh ta’ala telah mengetahui, bahwa engkau tidak sabar jika tidak melihat Alloh, maka Alloh memperlihatkan ap-apa yang asli buatan Alloh”.

 

Syarah

Orang yang berfikir tentang makhluk buatan Alloh, dan mengetahui semua atas ketentuan Alloh, tentu tidak sabar ingin mengetahui dzat yang membuat dan menentukan yaitu Alloh. Berhubung itu tidak mungkin maka Alloh memperkenalkan DiriNya lewat makhluk buatan-Nya.
   Kerinduan yang berupa ingin melihat Alloh itu, termasuk karunia yang agung dari Alloh, dan ini termasuk maqom ihsan.
Dawuh mu’allif ini untuk orang-orang yang mencari Alloh, yang dlm pikirannya sudah jauh dari selain Alloh.
Ahli fikir itu ada dua:
1.      Ahli fikir yang punya maksud mencari Alloh/taqorrub kepada Alloh, ini akan menghaasilkan cinta dan rindu bertemu Alloh.
2.    Ahli fikir yang untuk urusan dunia seperti mencari ilmu alam yang tidak ada maksud mencari Alloh, ini tidak akan membuka mata hati.
Maka terhadap orang yang telah sampai kemaqom ihsan ini, Alloh menganjurkan sabar melihat buatan-buatan Alloh terlebih dahulu untuk diperlihatkan Dzat Alloh di akhirat nanti.
 

Al-Hikam 125

Al-Hikam Pasal 125

“Jangan Terpengaruh Dengan Makhluk”

اِنَّماَ يَسْتوحِشُ العِباَدُ وَالزُّهاَدُ مِنْ كُلِّ شيءٍ لِغَيْبَتِهِمْ عَنِ اللهِ فِى كُلِّ شىءٍ فَلَو شَهِدوُهُ فِى كُلِّ شىءٍ لَمْ يَسْتوحِشُوا مِنْ شَىءٍ

” Sesungguhnya yang menyebabkan kerisauan/kesusahan hati para ‘Ubbad (orang-orang ahli ibadah) dan Zuhhad (orang-orang ahli zuhud) dari segala sesuatu itu karena mereka masih terhijab/ tidak melihat Alloh dalam apa yang mereka lihat itu, tatapi andaikan mereka melihat Alloh dalam segala sesuatu (mahluk), pasti dia tidak akan risau dari/terhadap segala sesuatu”. 

 

Syarah

Yang dinamakan ‘Ubbad/ahli ibadah ialah: orang-orang yang bertaqorrub/mendekatkan diri kepada Alloh dengan berbagai macam amal ibadah. Sedangkan Zuhhad/ahli zuhud ialah orang yang bertaqorrub/mendekatkan diri kepada Alloh dengan jalan tawakkal/menyerahkan diri hanya kepada Alloh. Kedua golongan ini selalau ingin menjauh dari masyarakat/sesama makhluk, itu dikarenakan mereka merasa bahwa masarakat/mahluk menjadi perintang mereka dalam mendekatkan diri kepada Alloh, tapi sekiranya mereka lebih mendalam dalam ma’rifat kepada Alloh, tentu mereka tidak dapat terhalang  oleh suatu apapun, sebab Alloh berada dalam segala sesuatu, maka tidak ada sesuatu yang melupakan  dari Alloh, bahkan sebaliknya masarakat/mahluk itu bisa mangingatkan kepada Alloh ta’ala.
 

Al-Hikam 121

Al-Hikam Pasal 121

لَيْسَ كُلُّ مَنْ ثَبَتَ تَخْصِيْصُهُ كـَمُلَ تَخـْـلِيْصُهُ
121.” Tidak semua orang yang telah tampak jelas ke-kramatannya itu berarti telah sempurna pembersihannya(dari penyakit-penyakit hati dan hawa nafsu).”

 

Syarah

Kramat(perkara yang luar biasa/tidak masuk akal)yang diberikan Alloh kepada para hambaNya, yang tujuannya untuk menambah keyakinan dan keimanan hamba,dan untuk memperkenalkan bukti kekuasaan Alloh itu tidak tergantung pada sebab dan kebiasaan,bahkan kebiasaan itu bisa menjadi sebab terhijabnya menusia dari Qudratnya Alloh. dan juga bisa menjadi fitnah, bagaikan awan yang menutupi sinar matahari keesaan Alloh.Maka dari itu menurut ajaran thoriqoh, siapa yang terterikat/silau pada keramat maka dia terhina.
Seorang sahabat Sahl bin Abdulloh berkata: adakalanya jika saya wudhu’ tiba-tiba air yang mengalir ditanganku menjadi lantakan emas dan perak. Jawab Sahl: Apakah engkau tidak mengerti bahwa anak kecil jika menangis dihibur dengan boneka/mainan supaya diam.
Abu Nasher As-saroj berkata: saya bertanya kepada Al-hasan bin Salim: apakah arti ke-keramatan, sedang mereka telah dimuliakan oleh Alloh sehingga sanggup mengabaikan dunia dan meninggalkannya dengan suka rela, tetapi bagaimana lalu kemuliaan(keramat) batu berubah menjadi emas, apakah artinya itu? Jawabnya: bukannya Alloh memberikan karena kotornya,  tetapi diberi untuk menjadikan hujjah megalahkan bisikan hawa nafsu, yang selalu goncang kuatir tidak dapat rizki, sehingga  oleh Alloh diperlihatkan yang demikian, sehingga dapat berkata: Bahwa Alloh yang dapat merubah batu menjadi emas, dapat mendatangkan rizki dan memberi dari jalan yang tidak disangka.
Ishaq bin Ahmad berkata pada Sahl:  Nafsuku ini selalu merasa kuatir tidak dapat makan. Maka sahl berkata: Engkau ambil batu itu dan minta kepada Alloh supaya dijadikan makanan untuk kau makan.
Ishaq bertanya: jika berbuat demikian, maka siapa tauladan dalam berbuat demikian? Jawab sahl: Bertauladanlah pada Nabi Ibrohim as.ketika berkata : Hai Tuhan tunjukkan perlihatkan kepadaku bagaimana caranya Engkau menghidupkan sesuatu yang telah mati, supaya tentram hatiku, sebenarnya aku telah percaya tetapi nafsuku ini tidak puas, kecuali jika telah melihat dengan mata kepala.
Seoran wali Ibrahim al-khowwas pada sutu hari berrkenalan dengan orang yahudi didalam kapal, keduanya membicarakan tentang agama, lalu yahudi tadi berkata: kalau agamamu ini benar, berjalanlah diatas laut bersamaku.
Lalu siyahudi turun dari kapal dan berjalan diatas laut bersama dengan Ibrahim, sesampainya didaratan yahudi berkata : aku ingin berteman danbersamamu, tapi dengan syarat kita tidak boleh masuk masjid dan gereja, mari kita masuk kehutan dan padang, tidak boleh bawa bekal. Dan disanggupi oleh Ibrahim, lalu keduanya berjalan ke padang yang tidak ada tumbuhan dan tidak ada air sama sekali. Sampai tiga hari keduanya tidak makan dan minum, ketika keduanya duduk-duduk tiba-tiba ada anjing datang dengan menggigit roti tiga biji,dan ditaruh didepan yahudi lalu anjingnya pergi,  siyahudi lalu makan roti tadi tanpa mengajak Ibrahim ikut makan, tidak berapa lama ada pemuda yang tampan dan berbau harum datang dengan membawa nampan yang dipenuhi dengan makanan dan minuman yang sangat enak dan lezat, dan ditaruh didepan Ibrahim lalu dia pergi. Lalu Ibrahim mengajak yahudi untuk ikut makan, tapi yahudi tidak mau karena malu, akhirnya Alloh member hidayah kepada siYahudi sehingga masuk Islam dan menjadi murid Ibrahim al-khowwas..
 
Syeih Abu yazid Al-busthomi berkata: kamu jangan sampai tertipu dengan dengan keadaan yang luar biasa/tidakmasuk akal, yang di alami sseorang, tapi lihatlah bagaimana dia taatnya pada perintah Alloh dan menjauhi laranganNya..
 

Al-Hikam 119

Al-Hikam Pasal 119

Jangan Menuntut Tuhanmu

لاَ تُطَالب رَبَّكَ بِتأَخرِ مطلَبكَ وَلٰكِن طِالب نَفْسَكَ بِتأَخِيرِ اَدَبِكَ

“Jangan menuntut Tuhan karena ditundanya permintan yang telah engkau minta kepada Alloh. Tetapi hendaknya engkau koreksi dirimu,tuntut dirimu yang belumbisa bertatakrama(supaya tidak terlambat melaksanakan kewajiban-kewajibanmu terhadap Alloh)”. 

 

Syarah

Jika belum tercapai hajat permintaanmu, jangan engkau su’udh-dhon kepada Alloh, dan menuntut kepada Alloh untuk segera mengabulkan permintaanmu, sebab Alloh tidak dapat dituntut terhadap apa saja yang dikehendaki.
Akan tetapi hendaknya permintaanmu itu semata-mata untuk menunjukan sifat kehambaanmu kepada Alloh, dan hajat kebutuhanmu kepada Alloh. sebab terhadap kebutuhanmu Alloh tidak usah diingatkan, bahkan Alloh telah melengkapi segala kebutuhanmu sebelum kau mengerti apa hajat kebutuhanmu yang sebenarnya. Maka sebaiknya kau menyerah bulat-bulat kepada Alloh tanpa memaksa, tanpa usul apa-apa kepada Alloh.
Dan lagi apabila kamu meyakini Alloh tidak akan mengabulkan do’amu itu berarti kamu tidak punya adab, karena Alloh telah berjanji akan mengabulkan semua do’a hambaNya. Tetapi cara mengabulkannya tidak harus mewujudkan seperti keinginanmu, semua terserah Alloh, yang semua itu terbaik bagimu.
 

Al-Hikam 118

Al-Hikam Pasal 118

“Alloh Menutupi Rahasia Kewalian”

سُبْحاَنَ من سَتَرَ سِرَّالخُصُوصيَّةِ بِظُهُورِ البَشَرِيَّةِ وَظَهرَ بِعَظَمةِ الرُّبُوْبِيَّةِ فِى اِظهاَرِالعُبُودِيَّةِ

“Maha suci Alloh yang telah menutupi rahasia-rahasia keistimewaan seorang wali dengan tampaknya sifat-sifat yang umum bagi menusia, dan telah jelas terlihat keagungan ke-Tuhanan Alloh dengan menunjukkan kepada manusia sifat-sifat kehambaan dan kerendahan mahluknya”. 

 

Syarah

  Rahasia-rahasia kebesaran ilmu ma’rifat yang diberikan oleh Alloh pada para walinya ditutupi oleh Alloh dengan tampaknya sifat dan kebiasaan yang umum bagi semua manusia,seperti bekerja, bertani,berdagang dll, tetapi dalam hatinya penuh dengan ilmu dan makrifat. sebaliknya Alloh memperlihatkan dengan sangat jelas kebesaran ke-TuhananNya dengan menunjukkan sifat-sifat ‘Ubudiyyah,kelemahan dan kefakiran hamba kepadaNya.
 Syeih Abil-Hasan as-Syadzily ra. berkata: AL-‘UBUDIYYATU JAUHAROTUN ADH-HAROTHAR-RUBUBIYYAH.(Ubudiyyah/penghambaan itu berlian yang diperlihatkan ke-Tuhanan Alloh.)
 

Al-Hikam 117

Al-Hikam Pasal 117

“Khawatir Dengan Hawa Nafsu”

لاَ يُخاَفُ عليكَ اَنْ تَلْتَبِسَ الطُرُقُ عليكَ وَاِنَّماَ يُخَافُ عليكَ مِنْ غَلبَةِ الهَوَى عليكَ

“Tidak dikuatirkan padamu salah jalan, tetapi yang dikuatirkan atasmu yaitu menangnya hawa nafsu mengalahkan akal dan imanmu”. 

Syarah

  Apabila kamu dalam perjalanan suluk mengalami berbagai hal spt: berbuat taat,atau maksiat,mendapat nikmat atau bala’, itu semua jalan menuju Alloh yang sudah jelas, sudah cukup tuntunan dalam Alqur’an dan Hadits nabi. Jika berbuat taat hendaknya merasa itu sebagai karunia dari Alloh, jika berbuat dosa lekas bertaubat, jika menerima nikmat harus bersyukur, jika mendapat ujian bala’ harus bersabar. Tetapi yang di khawatirkan padamu yaitu merajalelanya hawa nafsu, sehingga mengalahkan akal dan iman.
 

Kamis, 18 Mei 2017

Al Hikam 116

Al Hikam Pasal 116

مَنْ ظَنَّ اِنفِكَاَكُ لُطْفِهِ عن قَدَرِهِ فَذاَكَ لِقُصُورِنَظْرِهِ
116.” Barang siapa yang mengira terlepas kasih sayang Alloh sebab turunnya bala’ ujian yang ditakdirkan Alloh, maka yang demikian itu disebabkan karena piciknya(dangkalnya)pandangan imannya”.
 

 

Syarah

Rosululloh saw. Bersabda: “Jangan menuduh tidak baik terhadap segala apa yang telah ditakdirkan Alloh untukmu”.
Rosululloh saw. Bersabda: jika  Alloh belas kasih pada seorang hamba, maka diuji dengan bala’, jika sabar maka dipilihNya, jika telah ridho maka diistimewakan”.
Abu Hurairoh ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda: ”Siapa yang dikehendaki Alloh untuknya kebaikan, maka diujinya dengan musibah bala”.
 
 
Abu Hurairoh dan Abu Said ra. keduanya berkata: Bersabda Rosululloh saw.: “Tiada sesuatu yang mengenai seorang mukmin berupa penderitaan, kelelahanatau risau hati/fikiran melainkan kesemua itu akan menjadi penebus dosanya”. HR. Bukhori-Muslim.
Ibnu Mas’ud ra. berkata: Rosululloh saw. Bersabda:” Tiada seorang muslim yang terkena musibah bala’ gangguan atau penyakit, danyang lebih ringan dari itu melainkan Alloh menggugurkan dosanya, bagaikan gugurnya daun pohon”.
    Kita jangan menjadi orang yang dangkal/piciknya pandangan,sehingga tidak dapat melihat adanya nikmat rahmat karunia dari Alloh dalam takdir musibah bala’ itu hanya karena lemahnya iman keyakinan, dan tidak adanya Husnudh-dhon terhadap Alloh ta’ala yang maha bijaksana dan rahmat.
Sebab kalau kita mau berhusnudhon kepada Alloh banyak sekali karunia Alloh yang diberikan bersamaan dengan bala’/ujian itu diantaranya:
 Sebab bala’ kita oleh Alloh ditempatkan dipintu rohmatNya.
 Sebab bala’ nafsuu kita jadi lemah, hilang kekuatannya, hilang sifst-sifstnys nafsu yang menjatuhkan kita kepintu maksiat dan mencintai dunia.
 Sebab bala’ hati mudah untuk taat spt sabar, ridho, tawakkal, zuhud dan ingin bertemu dengan Alloh.
 Sebab bala’ dosa-dosa hamba akan diampuni oleh Alloh.dll..
Imron bin Husain ra. menderita penyakit buang air selama tiga puluh tahun tidak dapat bergerak dari tempat tidurnya, sehingga dibuatkan lubang dibawah tempat tidur untuk kencing dan buang airnya, suatu hari datang saudaranya Al alaa’ atau Muthorrif bin Assyikhir, lalu menangis melihat penderitaan Imron bin Husain, maka ditanya oleh imron : mengapakah engkau menangis? Jawabnya: karena aku melihat keadaanmu, imron berkata: jangan menangis, karena aku suka pada apa yang di sukai alloh untukku. Kemudian imron berkata; saya akan berkata kepadamu semoga bermanfaat bagimu, tetapi jangan kau buka kepda orang lain sehingga ak mati. Sesungguhnya para malaikat berziarah padaku dan member salam padaku, sehingga aku merasa senang dengan adanya mereka.
Urwah bin Az-Zubair ra. ketika sakit yang oleh dokter diputuskan harus di potong betisnya, maka ketika akan dilaksanakan, oleh dokterakan diberi obat tidur supaya tidak terasa sakitnya dipotong betisnya itu. Urwah berkata: jangan diberi obat tidur, tetapi teruskan potong beris tanpa obat tidur. Dan ketika digergaji betisnya tidak terdengar keluhan kecuali ucapan Hasby (cukup bagiku yakni rohmat Alloh).
Dan setelah selesai operasinya, ia menyuruh pembantunya supaya mencuci dan membungkus potongan betisnya itu dan menguburnya dikuburan kaum muslimin, lalu ia berkata: Alloh telah mengetahui bahwa kaki itu tidak pernah saya gunakan berjalan kepada maksiat, lalu ia berkata: Ya Alloh, jika Engkau ambil, masih banyak sisanya, jika engkau memberi bala’,masih banyak selamatnya..
 

Rabu, 17 Mei 2017

Al-Hikam 115

Al-Hikam Pasal 115

“Sikap Menghadapi Bala’ & Ujian”

لِيُخَفِّفْ اَلَمَ البَلاَءِ عليكَ عِلمُكَ بِاَنَّهُ سُبْحانهُ هُوَ المُبْلى لكَ. فالذِىواجْهَتكَ منهُ الاقدارُ هُوَالذيْ عَوَّدَكَ حُسنُالاِخِتِياَرِ

115. “ Seharusnya bala’ yang menimpa padamu terasa ringan, karena engkau mengetahui bahwa Alloh yang menguji(memberi bala’) padamu.maka Tuhan yang menimpakan kepadamu takdirNya itu, Dia pula yang telah biasa memberi sebaik-baik apa yang dipilihkanNya untukmu.(Dialah yang membiasakan kau merasakan sebaik-baik pilihanNya/pemberianNya)”.
 

 

Syarah

Ketahuilah, bahwa Dzat yang memeberi nikmat kepadamu punya kebiasaan senang memberi sesuatu yang terbaik untukmu, maka dilain waktu bila memberi sesuatu yang dirasakan tidak baik, tentu kamu bisa yakin bahwa itu juga terbaik untukmu.
Abu ali ad-daqqoq berkata: Suatu tanda seorang itu mendapat Taufiq karunia Alloh, ialah terpeliharanya iman (Tauhid) diwaktu menghadapi bala’,ujian bencana. Wa-‘asaa -an-takrohuu syai-an-wahuwa khoirul-lakum (Mungkin kamu tidak suka pada sesuatu, pdahal itu baik untukmu).
Abu tholib al-Makki berkata: Manusia itu tidak suka miskin, hina dan penyakit, padahal itu semua baik baginya untuk bekal di akhirat, sebaliknya ia suka kaya, sehat dan terkenal padahal itu semua bahaya disisi Alloh, dan jelek akibatnya.
Al-junaidy berkata: Ketika saya tidur ditempat As-Sary as-saqothy, tiba-tiba saya di bangunkan, lalu dia berkata: Ya junaid, saya telah bermimpi seolah-olah berhadapan dengan Alloh, lalu alloh berkata kepadaku: Hai Sarri, ketika Aku membuat makhluk maka semua mengaku cinta kepadaku, kemudian aku membuat dunia, maka lari dari padaku Sembilan puluh persen(90%) dan tinggal sepuluh persen(10%), kemudian aku membuat surga, maka lari dari padaku sembilan puluh persen dari sisanya itu, kemudian Aku membuat neraka, maka lari dari padaku Sembilan puluh persen dari sisanya itu, kemudian aku membuat bala’, maka lari dari padaku sembilan puluh persen dari sisa-sisanya itu.
Maka aku berkata pada sisa yang tinggal itu: Dunia kamu tidak mau, surga kamu tidak suka, neraka kamu tidak takut, bala’ musibah juga kamu tidak lari, maka apakah keinginanmu? Jawabnya: Engkau telah mengetahui keinginan kami. Aku berkata; Aku akan menurunkan kepadamu bala’ yang tidak akan sanggup menanggungnya walaupun bukit yang besar. Sabarkah kamu? Jawab mereka: Apabila Engkau yang menguji, maka terserahlah kepadamu (berbuatlah sekehendakmu), maka mereka itulah hambaku yang sebenarnya.

Al-Hikam 109

Al-Hikam Pasal 109

“Sifat Asli  Manusia Dan Waktu Terbaik Untuk Hamba”

فاَقَتُكَ لكَ ذاتِيَةٌ وَوُروُدُ الاَسباَبِ مُذَكِراَتٌ لكَ بماَ خَفىَ عليكَ منهَا وَالفاقَةُ الذ ّاَتِيَةٌ لاَتَرْفَعُهاَ العَوَارِضُ

 “ Kefakiran/kebutuhanmu itu adalah sifat asli dalam dzat kejadianmu, sedang sebab-sebab/kejadian yang menghinggapi dirimu itu untuk mengingatkan kamu apa yang tersembunyi bagimu dari sifat aslimu, sedangkan kebutuhan/sifat asli itu tidk bisa dihilangkan dengan sesuatu yang sementara”.

 

Syarah

 Hikmah ini menjadi kelanjutan dari hikmah sebelumnya, yang menerangkan nikmat  pemberian dari Alloh.
 Jadi jelas sudah, bahwa wujud/kejadianmu itu pemberian/ciptaan Tuhan, demikian pula hajat kebutuhan tiap detik untuk kelanjutan hidup, itupun pemberian Tuhan,maka jelas bahwa kebutuhan/kefakiran itu asli dalam kejadianmu.
Jadi apabila kamu lupa dengan kefakiran kamu, seolah-olah kamu tidak berhajat karena sudah hidup, dalam kondisi sehat, punya harta maka itu suatu hal yang hinggap sementara ketika engkau lupa asal kejadianmu, maka Alloh memberi padamu peringatan berupa penyakit, kekurangan harta dll, untuk mengingatkan kamu asal kejadianmu (fakir). Sehingga kamu mau kembali lagi menjadi seorang hamba.
Sebagian ulama’ mengatakan : mengapa firaun mengatakan “ANA ROBBUKUMUL-A’LAA”( akulah tuhan yang maha tinggi.), itu dikarenakan firaun itu kaya dan selalu sehat tidak pernah sakit. Firaun dalam waktu 400 tahun itu tidak pernah sakit sekalipun, seumpama dia pernah sekali saja sakit kepala atau panas badannya, tentu dia tiadak akan mengku menjadi Tuhan.
 

Selasa, 16 Mei 2017

Al-Hikam 110

Al-Hikam Pasal 110

“Waktu Terbaik Untuk Hamba”
  خَيْرُ اَوقاَتِكَ وَقْتٌ تَشْهَدُ فيهِ وُجُودُ فاَقَتِكَ وَتُرَدُّ فيِهِ اِلٰى وُجُودِ ذِلَّتِكَ

” Sebaik-baik waktu dalam hidupmu, ialah saat-saat dimana engkau merasa dan mengkui kefakiran / kebutuhanmu, dan kembali pada adanya kerendahan dirimu”. 

 

Syarah

     Sebaik-baik waktu dalam masa hidupmu, ialah saat ingat kepada Alloh dan putus hubungan dengan segala suatu selainNya. Yaitu disaat merasakan benar-benar kebutuhanmu kepada Alloh, sedang segala sesuatu yang lainnya tidak dapat menolong meringankan kebutuhanmu. Dan tidak ada pengharapan selain padaAlloh. Maka pada saat itu murnilah pengertian tauhidmu kepada Alloh.
 Diceritakan: Syeih ‘Ato’ as-sulamy itu selama tuju hari tidak merasakan makanan sama sekali dan dia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi dalam kondisi seperti itu hati beliau tambah senang, dan berkata(berdo’a): Ya Tuhanku, jika Engkau tidak memberi makanan kepadaku tiga hari lagi tentu aku akan sholat seribu rokaat.
  Syeih Fathul-Mushily pada satu malam pulang kerumahnya, dan dirumahnya tidak ada makanan, tidak ada lampu, tidak ada kayu bakar. Lalu dia memuji kepada Alloh dengan munajatnya: Ya Tuhanku, sebab apa aku Engkau tempatkan pada tempatnya para kekasihMu? .
 

Al-Hikam 111

Al-Hikam Pasal 111

“Al-Unsu(Ketenangan Jiwa)”

مَتٰى اَوحَشكَ من خَلقِهِ فاَعْلم اَنَّهُ يُرِيدُ ان يَفتحَ لك باَبَ الاُنْسِ بِهِ

” Apabila Alloh telah menjemukan kamu dari mahluk,maka ketahuilah bahwa alloh akan membukakan untukmu pintu ketenangan dan senang kepada Alloh”. 

Syarah

  Pada hikmah-hikmah sebelumnya menjelaskan tentang karunia pemberian Alloh kepada kita, sehingga kita tahu tentang kefakiran dan kehinaan kita.
Pada hikmah ini Syeikh Ibnu ‘Ato’illah mejelaskan tanda orang-orang yang sudah bergantung kepada Alloh akan diberi UNSU(ketenangan hati). Yaitu Ketika Alloh telah membuka pintu ketenangan menghadap Alloh,maka kamu benar-benar menjadi hamba Alloh, dan kamu akan merasa jemu dengan selainNya(mahluk), karena merasa mahluk tidak bermanfaat, bahkan adakalanya mudhorrot baguimu. Diceritakan: Syeih Abu Yazid al-busthomy, ketika ia diperlihatkan oleh Alloh alam Malakut dan mahluk-mahluk yang ada di langit, kemudian di Tanya: adakah sesuatu yang menyenangkan engkau? Jawabnya: Tidak. Maka dikatakan kepadanya: Engkau hamba Alloh yang sesungguhnya.
 

Al-Hikam114

Al-Hikam Pasal 114

“Hati Diterangi Dengan Nur Sifat-Nya”

اَناَرَالظواَهِر بِاَنواَرِ اَثاَرِهِ وَاَناَرَالسَّرَاءرَ اَوْصافِهِ لاَجْلِ ذٰلكَ اَفَلَتْ اَنْوَارُالظَّواهِرِ وَلمْ تأفـُلْ اَنْوَارُالقلوبِ واَالسرَاءرِ ،ولذَٰلكَ قِيلَ : انَّ شَّمسَ النَّهاَرِ تـَغْرُبُ بِليلٍ وَشَمْسَ القلوبِ ليسَتْ تغيْبُ

”Alloh telah menerangi alam (lahir) ini dengan cahaya makhluk(atsar)Nya, dan menerangi Hati (sir) dengan Nur sifatNya. Maka karena itu cahaya alam itu bisa terbenam, dan tidak dapat terbenam/hilang cahayanya hati dan sir. kata syair: “Sesungguhnya mataharinya siang itu terbenam waktu malam,” “tetapi mataharinya hati tidak pernah terbenam”. 

 

Syarah

  Alloh menerangi alam dengan Nur/cahaya bulan,bintang dan matahari yang semua itu makhluk yang rusak dan berubah, tetapi Alloh menerangi Hati (sir) dengan Nur, ilmu dan ma’rifat yang langsung dari sifat-sifat Alloh, maka karenanya tidak dapat suram dan terbenam.
Syair ini mengingatkan pada kita tentang pentingnya memperhatikan sesuatu yang abadi dari pada yang bisa rusakdan sirna.
   Sahl bin Abdulloh ketika ditanya tentang makanan (qut) jawabnya:Huwa-alhayyul-ladzii laa-yamuut.(Ia yang hidup dan tiada mati). Penanya berkata: Saya tidak bertanya tentang makanan itu , tapi makanan yang menguatkan, jawabnya: Ilmu, ketika ditanya: Makanan sehari-hari yang lazim? Jawabnya: Dzikir, ditanya: makanan jasmani? Jawabnya : apa urusanmu dengan jasmani, biarkan /serahkan pada yang membuat pada mulanya dia akan mengurusi selanjutnya, jika ada kerusakan kembalikan pada yang membuat, tidakkah itu sudah lazim, buatan sesuatu jika rusak kembalikan pada yang membuat untuk di perbaiki.
 

Selasa, 09 Mei 2017

Al-Hikam 102

Al-Hikam Pasal 102

“Beribadah Jangan Mengharap Sesuatu Selain Alloh”

مَنْ عَبَدَهُ لِشىءٍ يَرْجُوهُ مِنْهُ اَوْلِيَدْفَعَ بِطاَعَتِهِ وُرودُ العُقُوبَتِ عَنْهُ فَماَ قَاَمَ بِحَقِّ اَوْصَافِهِ

”Barang siapa menyembah Alloh karena mengharap sesuatu, atau untuk menolak siksa atas dirinya, maka dia belum menunaikan kewajiban terhadap sifat-sifat Alloh”.
 

Syarah

  Sebagai hamba Alloh kita wajib menghamba dan beribadah hanya kepadaNya, yang kita tuju juga hanya Alloh, bukan karena pahala surgaNya, atau atau siksa nerakaNya. ILAAHI ANTA MAQSHUUDII-WA-RIDHOOKA MATHLUUBII.

Alloh telah menurunkan wahyu pada Nabi Dawud as.: Sesungguhnya orang yang sangat aku kasihi ialah orang yang beribadah bukan karena upah pembeerianKu, tetapi semata-mata karena Aku yang berhak untuk disembah. Dalam kitab zabur disebutkan: Dan siapakah yang lebih kejam dari orang yang menyembahku karena surge atau neraka, apakah seandainya Aku tidak membuat surge atau neraka, Aku tidak berhak untuk disembah.. Nabi saw.bersabda: Janganlah berlaku sebagai seorang hamba yang busuk jika takut, lalu bekerja/beribadah. Dan jangan berbuat sebagai buruh Yang busuk jika tidak di bayar tidak bekerja.

Sebab sebenarnya pemberian Alloh kepada hamba itu sudah lebih dari yang diharapkan yaitu hidupnya, nafasnya,panca indranyadan kesehatannya dan lain-lainnya.

Abu Hazim berkata: Saya malu menyembah Alloh karena pahala, seperti buruh yang busuk jika tidak di bayar tidak bekerja, atau menyembah karena takut siksa, seperti budak yang curang jika tidak takut siksa, tidak bekerja, tetapi saya menyembah Alloh karena cinta kepadaNya.

 Sufyan As-tsaury minta nasehat kepada Robi’ah Al-adawiyyah, maka Robi’ah berkata: Engkau seorang yang baik, andaikan engkau tidak cinta kepada dunia.

 

Al-Hikam 103-104

Al-Hikam Pasal 103-104

“Memahami Rahasia Pemberian Dan Penolakan Alloh”

مَتىَ اَعْطاَكَ اَشْهَدَكَ بِرَّهُ وَمتىَ مَنَعَكَ اَشْهَدَكَ قَهْرَهُ فَحُوَ فىِ كُلِّ ذٰلكَ مُتَعَرِّفٌ اِليكَ وَمُقَبِّلٌ لِوُجوُدِ لُطْفِهِ عليْكَ

103. “Apabila Alloh memberi karunia kepadamu, maka Ia akan menunjukkan kepadamu karunia belas kasihNya, dan apabila Alloh menolak pemberianNya atasmu, maka Ia akan menunjukkan kepadamu kekuasaanNya, maka Ia dalam semua itu memperkenalkan diri kepadamu, dan mehadapkan kepadamu dengan kehalusan pemberian pemeliharaanNya kepadamu”.
 

Syarah.

Kuwajiban bagi tiap hamba harus mengenal Tuhannya, dengan segala sifat-sifat kebesaranNya. Maka siapa yang tidak mau mengenal dengan sifat Mu’thi Wahhab (pemberi) maka ia harus mau mengenal dengan sifat
Mani’(menolak) Muntaqim(membalas) Qohhar(memaksa). Tetapi apabila telah mengenal hikmah Rahmat Alloh, maka terasa bahwa semua itu semata-mata karunia dari Alloh kepada hambaNya.
   Sufyan as-tsaury bertemu dengan Abu Habib Al-badry, dan member salam, Abu Habib bertanya: Engkaukah Sufyan astsaury yang terkenal itu? Jawabnya: benar, semoga Alloh memberkahi apa yang dikatakan orang-orang itu. Lalu Abu Habib berkata: Hai Sufyan, tidak ada suatu kebaikan melainkan berasal dari Tuhan. Jawab Sufyan, Benar. Ditanya lagi: mengapa kamu tidak suka bertemu pada siapa yang tidak ada kebaikan Kecuali padaNya. Hai Sufyan: Penolakan Alloh kepadamu itu berarti pemberian karuniaNya padamu, sebab ia tidak menolak karena bakhil atau tidak ada, hanya dia menolak permintaanmu karena kasihnya kepadamu. Hai Sufyan, Sesungguhnya aku masih suka duduk dengan engkau tetapi bersamamu itu ada kesibukan, kemudian Abu habib menuju kekambingnya dan membiarkan Sufyan Astsaury.
اِنَّمَا يوُءَلِّمكَ المَنْعُ لِعَدَمِ فَهْمِكَ عَنِ اللهِ فيهِ
104. “Sesungguhnya sebab terasa pedihnya penolakan Alloh kepadamu itu, karena engkau tidak mengerti hikmah rahmat Alloh dalam penolakan (tidak memberikan keinginan/harapanmu)itu”.
 

Syarah.

Sebagian dari tanda memahami penolakan (tidak mengabulkan do’a) dari Alloh yaitu:
1. Kita bisa memahami Bahwasannya Alloh menghendaki kita menghadap kepadaNya, selalu bergantung kepadaNya, dan tanda dikasihi Alloh, karena apabila Alloh mencintai hambanya maka hamba itu akan di jaga dari kesenangan dunia.
2. Kita bisa memahami Bahwasannya Alloh akan menapakkan kita kejalan orang-orang yang dekat dengan Alloh. Seperti kata Syeih al-Fudhail dalam munajatnya : Ya Tuhanku, Engkau memberi lapar padaku dan keluargaku, dan Engkau tidak memberi pakean pada ku dan keluargaku, yang itu semua biasanya diperuntukkan orang-orang pilihan, lalu kenapa aku bisa mendapatkan kedudukan yang seperti itu?.
3. Kita bisa memahami Bahwasannya dunia itu rusak, hina dan akan musnah, dan kita merasa senang dengan simpana untuk kita besok di akhirat.
   Dengan memahami itu semua akan membuka hati kita. Dan apabila hati kita telah terbuka maka kita bisa memahami bahwa penolakan dari Alloh itu lebih menyenangkan. Jadi Alloh tidak memberi itulah Hakikatnya pemberian Alloh.
  Tiada sempurna Iman dan keyakinan seseorang kepada Alloh sebelum ia memiliki dua sifat:
1.    Percaya penuh kepada Alloh, yakni bersandar dan berharap hanya kepada Alloh.
2.  Bersyukur kepada Alloh karena dihindarkan dari padanya apa yang di ujikan pada orang lain yaitu berupa kekayaan dunia.
Juga tidak sempurna iman keyakinan hamba sebelum ia mengerti bahwa pemberian Alloh sesuatu yang manfaat. Dan penolakan Alloh itu karena madhorot/bahaya.
 

Kamis, 04 Mei 2017

Al-Hikam 90-92

Al-Hikam Pasal 90-92

Al-Basthu Dan Al-Qobdhu

بسطكَ كى لا يُبْقِيك مع القبضِ وقبضكَ كى لا يترُككَ معَ البسطِ واخْرَجكَ عَنْهماكى لاتكون لشىءٍدونهُ 

90.Alloh melapangkan bagimu, supaya kamu tidak selalu dalam kesempitan (qobdh). dan Alloh telah menjadikan kamu sempit supaya kamu tidak hanyut(terlena dalam kelapangan(basth). dan Alloh melepaskan kamu dari keduanya, supaya kamu tidak tergantung kepada sesuatu selain Alloh." 

Syarah

Arti Hikmah ini, Alloh selalu membuat macam-macam keadaan hatimu, supaya kamu selalu sadar dan fana’, yakni,tidak melihat keadaanmu itu.
 Jadi Qobdhu (kesempitan itu untuk ahli Bidayah, seumpama tidak ada Qobdhu tentu tidak bisa melatih/mencegah dari kebiasaan dan kesenangan nafsu. Sedangkan maqom Basthu, bagi orang yang masuk permulaan futuh, supaya tidak kendor kekuatannya dan angauta badannya bisa digunakan untuk sesuatu yang disenangi yaitu pemberian  dari Alloh dan dan tanda-tanda ridho dari Alloh. Sedangkan maqom I’TIDAL, itu bagi orang yang berada pada ahir suluknya, supaya keadaannya bisa tetap (tidak berubah) dan bersih amalnya,dan selalu di sisiAlloh, tanpa ada ‘illat.
 
Alloh merubah-rubah keadaan dari sedih ke gembira, dari sakit ke sehat, dari miskin kekaya dari gelap keterang dan seterusnya, supaya mengerti bahwa kita tidak bisa lepas dari hukum dan ketentuan-Nya. dan supaya kita selalu berdiri diatas landasan LAA-HAULAA-WALAA-QUWWATA ILLAA-BILLAH.
firman Alloh:
لِكيْلا تأ ْسَوْاعلٰى ماَ فاَتَكُم ولا تَفرَحُوْا بِماَ اٰتَكمُ ْ
" Supaya kamu tidak sedih(menyesal) terhadap apa yang terlepas dari tanganmu, dan tidak gembira atas apa yang di berikan kepadamu".
العَارِفوُنَ اِذاَ بُسِطوُ اَخـْوَفَ مِنْهُمْ اِذاَ قبَضَُوا وَلاَ يَقِفُ علىَحُدُودِ الاَدَبِ فى الْبَسْطِ الاَّ قلِيْلٌ

91. "al-'Arifun(Orang yang ma'rifat billah) jika merasa lapang, itu lebih khawatir/takut kepada Alloh, dari pada jika berada dalam kesempitan, dan tidak dapat berdiri tegak dibatas-batas adab dalam keadaan lapang (basthu) kecuali hanya sedikit sekali".

Syarah

  Dalam kitab ‘Latho-iful minan’ Syeih Ibnu Ato-illah berkata: “ Keadaan basthu itu menggelincirkan kaki para lelakinya Alloh (orang sholih),. Jadi keadaan Basthu menjadikan sebab para ‘Arifin menambah kehati-hatiannya, dan kembali pada Alloh. Sedangkan keadaan Qobdhu itu lebih dekat dengan keselamatan, karena itu sudah menjadi kedudukan hamba. Karena hamba selalu dalam genggaman dan kekuasaan Alloh”.

Abu bakar Assidiq ra. berkata: “kami diuji dengan kesukaran, maka kami kuat bertahan dan sabar. tetapi ketika kami diuji dengan kesenangan (kelapangan), hampir tidak tahan/sabar”.
Syeikh Yusuf bin Husain ar-razy menulis surat kepada Al-Junaidy: “Semoga Alloh tidak memberimu rasa kelezatan hawa nafsumu,jika engkau merasakan kelezatan,maka tidak akan merasakan kebaikan untuk selamanya”.

Al-Hikam 95

Al-Hikam Pasal 95

Lahir Dan Batinnya Alam(Dunia)

اَلاَكـْواَنُ ظاَهِرُهاَ غِرَّ ةٌ وَباَطِنُهاَ عِبْرَةٌ فاَالنَّفْسُ تَنْظُرُ اِلىَ ظاَهِرِ غِرَّتِهاَ والقَلبُ يَنْظُرُ اِلٰى باَطِنِ عِبْرَتِهاَ 

"Alam semesta ini lahirnya berupa tipuan, dan batinnya sebagai peringatan, maka hawa nafsu melihat lahir tipuannya, sedangkan mata hati memperlihatkan peringatan/akibatnya".
 

Syarah  

    Dunia ini bila dilihat dari lahirnya akan terlihat sangat indah, menyenangkan dan menggiurkan, sehingga banyak orang yang mencintai dunia, terbujuk oleh dunia sehingga melupakan Alloh sang pencipta dan penguasa dunia.
 
Alloh berfirman: “Maka janganlah kamu tertipu oleh kehidupan dunia”.
 
Firman Alloh: WAMAL-HAYATAD-DUN-YA ILLAA MATAA-UL GHRUUR.(tiadalah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan yang menipu.)
 Apabila dunia dilihat dari sisi batinnya (hakikatnya), akan menjadikan pelajaran bagi kita untuk mengenal Alloh, dunia yang kita lihat akan membuat hati melihat manifestasi ketuhanan didalamnya, dan dunia tempat berjalannya Qudrat dan Irodat Alloh.
 

Al-Hikam 96

Al-Hikam Pasal 96

“Carilah Kemuliaan Yang Abadi”

اذا اَرَدتَ اَنْ يَكُونَ لكَ عِزًّ لاَ يَفْنىَ فَلاَ تَسْتَعِزَّنَّ بِعِزٍّ يُفـْنىٰ

" jika engkau ingin mendapatkan kemuliaan yang tidak punah/rusak, maka jangan membanggakan kemuliaan yang bisa rusak". 

 

Syarah

  Manusia mencari kemuliaan melalui berbagai macam cara. Mereka mencarinya melalui harta, pangkat dan kekuasaan. Ada yang mencarinya melalui ilmu dan amal. Semua kemuliaan yang diperoleh dengan cara demikian bersifat sementara.Semua kemuliaan tersebut adalah fatamorgana.
  Kemuliaan yang abadi/tidak rusak hanya kemuliaanAlloh, maka bergantunglah dengan Alloh,sebab Alloh kekal abadi dan tidak rusak. adapun jika bergantung kepada kekayaan, kebangsaan, kedudukan,maka semua itu palsu dan akan rusak tidak kekal. maka barang siapa bergantung pada suatu sebab yang tidak kekal, maka akan rusak bersama dengan rusaknya sebab/alat itu.
Alloh berfirman:" Apakah merka mengharapkan pada apa yang mereka sanjung itu suatu kemuliaan, ketahuilah sesungguhnya kemuliaan itu semuanya milik dan hakAlloh ta'ala".
   Ada hikayat: seorang datang kepada raja Harun al-rasyid, untuk memberi nasihat, tiba-tiba Harun al-rasyid marah kepadanya, lalu memerintahkan kepada pengawalnya supaya mengikat orang itu bersama dengan keledainya yang nakal, supaya dia mati di tendang keledai. setelah perintah dilaksanakan tiba-tiba keledai itu jadi lunak kepada orang yang akan dihukum. kemudian Harun memerintahkan supaya orang tersebut di masukkan kedalam rumah dan pintunya supaya ditutup dengan semen, supaya dia mati didalamnya, tiba-tiba orang yang dihukum itu telah berada di luar(kebun)sedang pintu rumah masih tertutup dengan semen. maka orang itu dipanggil oleh Harun al-rasyid dan ditanya: Siapa yang mengeluarkan kamu dari rumah(penjara)? jawabnya: yang memasukkan saya kekebun,. Harun bertanya lagi: dan siapa yang memasukkan engkau kedalam kebun? jawabnya: yang mengeluarkan aku dari rumah.
kemudaian Harun al-rasyid sadar dan memerintahkan pengawalnya untuk membawa orang itu diatas kendaraan dan keliling kota,sambil memberitahukan pada masyarakat: ketahuilah bahwa raja Harun al-rasyid menghinakan orang yang telah di mulyakan Alloh, maka tidak bisa...
Seorang datang kepada seorang 'Arif  sambil menangis, maka ditanya oleh sang 'Arif: Mengapa engkau menangis? jawabnya: karenaguruku telah mati. orang 'Arif berkata: mengapa engkau berguru pada orang yang bisa mati..

Tentang hebatnya mengaji

Tentang hebatnya mengaji Ilmu Agama laksana air hujan menembus bumi, orang alim yang mengamalkan ilmunya laksana bumi yang subur. Orang yang...