PUASA
A. Latar Belakang
Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh
umat sekarang tetapi juga dijalankan pada masa umat-umat terdahulu. Bagi orang
yang beriman ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai
ketakwaan.
Allah memerintahkan puasa karena segala
sesuatu yang diciptakan tidak ada yang sia-sia, jika kita mengamati lebih
lanjut ibadah puasa mempunyai manfaat yang sangat besar karena puasa tidak
hanya bermanfaat dari segi rohani tetapi juga dalam segi lahiri.
Puasa mempunyai pengaruh menyeluruh
baik secara individu maupun masyarakat dalam hadits telah disebutkan hal-hal
yang terkait dengan puasa seperti halnya mengenai kesehatan dan telah diajarkan
perilaku-perilaku yang baik seperti halnya sabar, bisa mengendalikan diri dan
mempunyai tingkah laku yang baik.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dan dasar hukum puasa?
2.
Apa saja syarat dan rukun puasa?
3.
Apa saja hal-hal yang membatalkan puasa?
4.
Apa saja macam-macam puasa?
5.
Apa saja hikmah puasa?
C.
Pembahasan
1. Pengertian
dan dasar hukum puasa
Puasa adalah terjemahan dari
Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti menahan diri dari sesuatu yang membatalkan puasa. Arti ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat Maryam ayat 26:
إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمنِ صَوْمًا.
Artinya: “sesungguhnya
aku bernazar shaum (bernazar menahan diri dan berbiacara)”.
Kata “Saumu”
(puasa),
menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti makan, minum,
nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama Islam yaitu
“menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari
terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.”
Orang yang tidak beriman ada pula
yang mengerjakan puasa sekarang dalam rangka terapi pengobatan. Meskipun mereka
tidak beriman namun mereka juga mendapat manfaat dari puasanya yaitu manfaat
jasmaniah.
Dasar hukum puasa adalah wajib bagi
orang yang beriman dan sedang melaksanakan puasa wajib. Sunnah apabila mengerjakan
puasa sunnah.
2.
Syarat dan rukun puasa
Setiap
muslim yang menjalankan puasa, hendaklah terlebih dahulu mengetahui syarat dan
rukun puasa. Jika syarat dan rukun puasa tidak terpenuhi maka seseorang tidak
dianggap berpuaasa melainkan puasaanya akan sia-sia. Syarat wajib puasa adalah
sebagai berikut:
a.
Beragaam islam
b. Berakal
sehat
c. Berbadan
sehat
d. Mampu
menjalankan
e. Baligh
Anak-anak tidak
diwajibkan berpuasa, meskipun demikian anak-anaak harus dilatih untuk berpuasa.
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang memiliki arti “Dari Aisyah r.a, ia berkata, bahwa
Rasulullah saw bersabda: tiga golongan yang terlepas dari hukum yaitu orang
yang tidur hingga ia bangun, anak-anak hingga ia baligh, orang gila hingga ia
berakal atau sadar.” (H.R. Ibnu Majah).
f. Suci
dari haid dan nifas
Sedangkan
rukun yang harus dijalankan ketika berpuasa adalah sebagai berikut:
1) Niat
2) Imsak
Di
samping terdapat syarat dan rukun berpuasa, perlu diperhatikan beberapa hal
yang disunahkan dalam berpuasa, antara lain:
a) Menyelenggarakan
berbuka
b) Berdo’a
ketika berbuka puasa
c) Makan
sahur
d) Menggosok
gigi pada waktu pagi
e) Shalat
lail (shlat terawih dan shalat malam)
3. Hal-hal
yang membatalkan puasa
Puasa
adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa sejak terbit
fajar sampai terbenamnya matahari. Jika kita melakukannya, puasa kita menjadi
batal. Beberapa hal yang membatalkan puasa:
a. Makan
atau minum dengan sengaja
b. Bersetubuh
c. Muntah
dengan sengaja
d. Keluarnya
darah haid atau nifas
e. Gila,
anyan atau pingsan
4. Macam-macam
puasa
Dilihat
dari hukumnya, puasa yang disyariatkan islam dapat dikelompokkan menjadi empat
macam, yaitu puasa wajib, puasa sunah, puasa makruh dan puasa haram.
a. Puasa
wajib
Puasa wajib berarti
puasa yang harus dikerjakan oleh setiap mukalaf (orang islam yang sudah dewasa
dan berakal sehat). Apabila puasa wajib tidak dilaksanakan, maka orang yaang
bersangkutan mendapat dosa besar dan wajib membayar fidya. Puasa wajib ada tiga
macam, yaitu puasa ramadhan, puasa nadzar, dan puasa kafarat.
1) Puasa
ramadhan
Puasa
Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang diwajibkan kepada tiap mukmin.
Sebagai dalil atau dasar yang menyatakan bahwa puasa Ramadhan itu ibadah yang
diwajibkan Allah kepada tiap mukmin, umat Muhammad Saw. Firman Allah Swt :
يَاأَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَي الَّذِيْنَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ۰
Artinya: “Wahai mereka yang
beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa (Ramadhan) sebagaimana diwajibkan kepada
orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS.
Al-Baqarah-183)”.
Untuk
mengerjakan puasa ramadhan, kita harus mengetahui waktu masuknya bulan
ramadhan. Masuknya bulan ramadhan, dapat diketahui melalui beberapa cara
sebagai berikut:
a) Rukyatul
hilal (melihat hilal secara langsung)
b) Mendengar
berita tentang munculnya hilal
c) Adaanya
kabar mutawatir (dari banyak orang)
d) Hisab
(menghitung ilmu falaq)
2) Puasa
nazar
Puasa
nazar ialah puasa yang dilakukan karena menepati nazar atau janji yang telah
diucapkan. Hukumnya wajib melaksanakan puasa nazar
apabila hari-hari yang ditentukan telah tiba.
3) Puasa kafarat (denda atau tebusan)
Puasa
kafarat adalah puasa sebagai penebusan yang dikarenakan pelanggaran terhadap
suatu hukum, sehingga mengharuskan seorang mukmin mengerjakannya supaya dosanya
dihapuskan, bentuk pelanggaran dengan kafaratnya antara lain :
a)
Apabila seseorang melanggar sumpahnya dan ia tidak
mampu memberi makan dan pakaian kepada sepuluh orang miskin maka ia harus
melaksanakan puasa selama tiga hari.
b)
Apabila seseorang secara sengaja membunuh seorang
mukmin sedang ia tidak sanggup membayar uang darah (tebusan) atau memerdekakan
budak maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut.
c)
Apabila dengan sengaja membatalkan puasanya dalam
bulan Ramadhan tanpa ada halangan yang telah ditetapkan, ia harus membayar
kafarat dengan berpuasa lagi sampai genap 60 hari.
b.
Puasa sunnah
Puasa sunnah adalah amalan yang dapat
melengkapi kekurangan amalan wajib. Ketentuan
dalam Melakukan Puasa Sunnah:
1)
Boleh berniat setelah terbit fajar jika belum makan,
minum dan selama tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa
2)
Boleh menyempurnakan atau membatalkan puasa sunnah
3)
Mendapat izin
suami
Puasa sunnah
dapat meningkatkan derajat seseorang menjadi wali Allah yang terdepan (as
saabiqun al muqorrobun). Puasa sunnah antara lain:
a)
Puasa senin kamis
b)
Puasa syawal
Waktu mengerjakan puasa syawal ada
dua pendapat:
(1)
Puasa syawal harus dikerjakan secara berturut-turut
setelah hari raya idul fitri, yaitu pada tanggal 2 sampai 7 syawal.
(2)
Puasa syawal boleh dikerjakan tidak berturut-turut dan
tidak tepat tanggal 2 sampai 7 syawal, artinya boleh dikerjakan kapan saja
dengan catatan masih bulan syawal.
c)
Puasa arafah
d)
Puasa tiga hari setiap bulan
Waktu pelaksanaanya tanggal 13, 14,
dan 15 setiap bulan. Sehingga tidaklah benar anggapan sebagian orang yang
menganggap bahwa puasa pada hari putih adalah puasa dengan hanya memakan nasi
putih, telur putih, air putih, dsb.
c.
Puasa makruh
Menurut fiqih 4 (empat) mazhab,
puasa makruh antara lain :
1)
Puasa pada hari Jumat secara tersendiri
2)
Puasa sehari atau dua hari
sebelum bulan Ramadhan
3)
Puasa pada hari syak
(meragukan)
d.
Puasa haram
Puasa haram
adalah puasa yang dilarang dalam agama Islam. Puasa yang diharamkan.
Puasa-puasa tersebut antara lain:
1)
Puasa pada dua hari raya
2)
Puasa seorang wanita dengan
tanpa izin suami
5.
Hikmah puasa
Hikmah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan:
a.
Melatih disiplin waktu
b.
Mempererat silaturahmi
c.
Setiap kegiatan yang mulia
merupakan ibadah
d.
Berhati-hati dalam berbuat
e.
Berlatih lebih tabah dan sabar
f.
Melatih hidup sederhana
D. Kesimpulan
1.
Pengertian dan dasar hukum puasa
Puasa adalah
terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti menahan diri dari
sesuatu yang membatalkan puasa. Dasar
hukum puasa adalah wajib bagi orang yang beriman dan sedang melaksanakan puasa
wajib. Sunnah apabila mengerjakan puasa sunnah.
2.
Syarat dan rukun puasa
a.
Beragaam islam
b.
Berakal sehat
c.
Berbadan sehat
d.
Mampu menjalankan
e.
Baligh
f.
Suci dari haid dan nifas
Sedangkan
rukun yang harus dijalankan ketika berpuasa adalah sebagai berikut:
1)
Niat
2)
Imsak
3. Hal-hal
yang membatalkan puasa
a. Makan
atau minum dengan sengaja
b. Bersetubuh
c. Muntah
dengan sengaja
d. Keluarnya
darah haid atau nifas
e. Gila,
anyan atau pingsan
4. Macam-macam
puasa
a. Puasa
ramadhan
b. Puasa
nazar
c. Puasa
kafarat
d. Puasa senin
kamis
e. Puasa syawal
f. Puasa arafah
g. Puasa tiga
hari setiap bulan
h. Puasa pada hari Jumat secara tersendiri
i.
Puasa sehari atau dua hari
sebelum bulan Ramadhan
j.
Puasa pada hari syak
(meragukan)
k. Puasa haram
l.
Puasa pada dua hari raya
5. Hikmah puasa
a.
Melatih disiplin waktu
b.
Mempererat silaturahmi
c.
Setiap kegiatan yang mulia
merupakan ibadah
d.
Berhati-hati dalam berbuat
e.
Berlatih lebih tabah dan sabar
f.
Melatih hidup sederhana
DAFTAR
PUSTAKA
Ibrahim dan
Harsono, Penerapan Fiqih, Solo: Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2013.
Rifa’i, Moh., Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang:
PT Karya Toha Putra, 1978.
Rasjid, Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2012.
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 3, Bandung:
Al-Ma’arif, 1993.
Ibrahim dan
Harsono, Penerapan Fiqih, (Solo: Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2013)
Rifa’i,
Moh., Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang:
PT Karya Toha Putra, 1978)
Rasjid, Sulaiman, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2012)
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 3, (Bandung:
Al-Ma’arif, 1993)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar