TINJAUAN TEORITIS TENTANG BELAJAR
A.
Teori-Teori
Belajar
Secara umum teori tentang belajar
dibagi menjadi tiga:
1. Teori Belajar
menurut Psikologi Behavioristik
Behavioristik berpendapat, bahwa
tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement)
dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan
yang erat antara reaksi-reaksi behavioral
dengan stimulasinya[1].
Guru yang menganut pandangan teori
ini berpendapat, bahwa tingkah laku murid merupakan reaksi-reaksi terhadap
lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan segenap tingkah laku
adalah merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku
dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap
tingkah laku tersebut. Tokoh dalam teori ini antara lain; Thorndike, Ivan
Pavlov, John B. Watson, dan E. R Guthrie
2. Teori
Belajar menurut Psikologi Kognitif
Menurut
aliran kognitifis, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi,
yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku terjadi[2].
Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan
memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi, tingkah laku seseorang lebih
bergantung kepada insight terhadap
hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi. Tokoh dalam teori ini antara
lain: Mex Wertheirmer, Kurt Lewin, dan Piaget.
3. Teori
Belajar menurut Psikologi Humanistik
Menurut para
pendidik aliran Humanistik penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus
sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa[3].
Tujuan utama para pendidik ialah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada pada diri mereka.
Psikologi
humanistik berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut Si pelaku
(behaver), bukan dari Si pengamat (observer). Tokoh-tokoh teori belajar
Psikologi Humanistik diantaranya; Combs, Maslov, dan Rogers.
B.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Belajar.
Ada beberapa
faktor yang berpengaruh dalam proses belajar. Ada kalanya faktor yang
disebabkan dari dalam diri siswa, ada kalanya faktor yang berasal dari luar
dirinya[4].
Aspek fisiologis
siswa yang tidak baik akan mempengaruhi aspek psikologis. Begitu juga bila
lingkungan (baik sosial maupun non sosial) di sekitar siswa tidak baik, maka
akan berdampak pada proses dan hasil belajar. Oleh karena itu guru dan orang
tua agar menciptakan situasi dan kondisi belajar yang bisa mendukung
keberhasilan belajar siswa, baik di sekolah maupun di rumah.
C.
Jenis-Jenis
Belajar
1. Belajar arti
kata-kata
Mengerti
kata-kata merupakan dasar terpenting. Orang yang membaca akan mengalami
kesukaran untuk memahami isi bacaan jika tidak mengerti arti kata-kata[5].
Karena ide-ide yang ada dalam suatu kata atau kalimat hanya dapat dipahami
dengan mengerti arti setiap kata.
2. Belajar
Kognitif
Belajar
kognitif bersentuhan dengan masalah mental[6].
Kegiatan mental berproses ketika memberikan tanggapan terhadap obyek-obyek yang
diamati. Obyek-obyek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui
tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental
3. Belajar
menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas
menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat
diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli
4. Belajar
Konsep
Belajar konsep merupakan salah satu
cara belajar dengan pemahaman. Ciri khas dari konsep yang diperoleh sebagai
hasil belajar pengertian ini adalah adanya skema konseptual. Skema konseptual
adalah suatu keseluruhan kognitif, yang mencakup semua ciri khas yang
terkandung dalam suatu pengertian.
5. Belajar
Kaidah
Kaidah adalah suatu pegangan yang
tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi (gambaran) mental
dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari[7].
Orang yang mempelajari kaidah mampu menghubungkan beberapa konsep. Misalnya,
seseorang berkata, “besi dipanaskan memuai”, hal ini karena ia telah menguasai
konsep dasar mengenai “besi”, “dipanaskan” dan “memuai”, dan dapat menentukan
adanya suatu relasi yang tetap antara ketiga konsep dasar itu, maka dia dengan
yakin mengatakan bahwa “besi dipanaskan memuai”.
6. Belajar
berpikir
Berpikir adalah kemampuan jiwa untuk
meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Dalam belajar ini, orang
dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan. Masalah harus dipecahkan
melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta
metode-metode bekerja tertentu.
D. Motivasi Belajar
Motivasi adalah gejala psikologis
dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang baik sadar atau tidak
sadar untuk melalukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Dalam motivasi terdapat tiga hal[8],
yaitu :
1.
Suatu perubahan tenaga dalam diri
seseorang. Setiap perubahan motivasi berakibat pada perubahan tenaga di dalam
sistem neoro fisiologis dari organisme manusia.
2.
Ditandai oleh dorongan afektif,
seperti lebih bersemangat.
3.
Ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai
tujuan, yaitu tindakan nyata.
Motivasi dapat dibagi menjadi 2
jenis[9],
yaitu :
1. Motivasi
Intrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang berasal dari diri
individu itu sendiri. Dikatakan motivasi intrinsik apabila seorang siswa
termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai ilmu pengetahuan bukan
karena motif lain seperti pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah. Motivasi itu
muncul karena ia merasa membutuhkan sesuatu dari apa yang ia pelajari.
Kesadaran pentingnya terhadap apa yang dipelajari adalah sangat penting untuk memunculkan
motivasi intrinsik. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik maka
selalu ingin maju dalam belajar sserta haus ilmu pengetahuan.
2. Motivasi
Ekstrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu karena adanya perangsang
dari luar diri individu. Peserta didik belajar karena hendak mencapai tujuan
yang terletak di luar hal yang dipelajarinya, seperti nilai yang tinggi,
kelulusan, ijazah, gelar, kehormatan dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik
meskipun kurang baik akan tetapi sangat diperlukan dalam proses pendidikan agar
anak didik mau belajar. Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk. Ia sering
digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik.
Ada beberapa bentuk motivasi yang
dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas[10],
yaitu :
1. Memberi
angka/nilai
2. Hadiah
3. Kompetisi/persaingan
4. Memberi
ulangan/evaluasi
5. Mengetahui
hasil belajar
6. Pujian
7. Hukuman/sanksi
8. Piagam/sertifikat
9. Hasrat untuk
belajar
[2] Ibid 67.
[3] DR. H.
Syaiful Sagala, M.Pd., Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung:
Alfabeta, 2005) Hlm. 127.
[4] Tim MKDK IKIP Semarang, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang:
Fak. Ilmu pendidikan Semarang, 1996) Hlm. 10-11.
[5] Tim MKDK IKIP Semarang, Opcit, Hlm 6
[6] Tim MKDK IKIP Semarang, Opcit, Hlm 6
[7] Tim MKDK IKIP Semarang, Opcit, Hlm 7
[8] Tim MKDK IKIP Semarang, Opcit, Hlm 31
[9] Tim MKDK IKIP Semarang, Opcit, Hlm 32
[10] Tim MKDK IKIP Semarang, Opcit, Hlm 32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar