PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH
A.
Pendahuluan
Serangkaian peristiwa telah mengantar
Bani Umayyah dalam mengukir sebuah sejarah
peradaban Islam. Dengan berakhirnya masa pemerintahan Ali bin Abi
Tholib, maka berakhir pula masa khilafah, yang kemudian dilanjutkan dengan
bentuk pemerintahan dinasti yaitu
kerajaan, yaitu dinasti Bani Umayyah.
Sebutan Daulah Umayyah berasal dari nama
“Umayyah ibn ‘Abdi Syam ibn Abdi Manaf,
salah seorang pemimpin suku Quraisy pada zaman Jahiliyyah. Bani Umayyah baru
masuk Islam setelah Nabi Muhammad SAW berhasil menaklukan kota Mekkah (Fathu Makkah).[1]
B.
Rumusan
Masalah
1.
Kapan dan Siapa sajakah Khalifah Bani Umayyah?
2.
Bagaimana Perkembangan Islam pada Masa
Dinasti Umayyah?
3.
Bagaimana sistem pemerintahannya?
4.
Apa penyebab runtuhnya Dinasti Bani
Umayyah?
C.
Pembahasan
1.
Masa
Pemerintahan Bani Umayyah dan para Khalifahnya
Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh
Muawiyah bin Abu Sofyan bin Harb Umayyah. Bani Umayyah berdiri selama 90 tahun
(40 – 132H/661 -750M), beribukota di Damaskus.
Daulah
Umayyah diperintah oleh 14 orang khalifah. Mereka itu adalah:
Mu’awiyah (41 H/661), Yazid I (60/680), Mu’awiyah II (64/ 683), Marwan I (96/683), Abdul Malik
(65/685), Walid I (86/705), Sulaiman
(96/715), Umar II (99/717), Yazid II (101/720), Hisyam (105/724), Walid II (125/743), Yazid III (126/744), Ibrahim (126/744), dan Marwan
II (127-132/744-759).[2]
2.
Perkembangan Islam pada Masa Dinasti Umayyah
Islam pada masa Dinasti Umayyah banyak
mencapai kemajuan, perkembangan serta mampu memperluas wilayah
kekuasaan, Ini berlangsung pada masa pemerintahan khalifah Walid bin Abdul Malik. Pada awal pemerintahan
Muawiyah bin Abi Sufyan telah
mengadakan perluasan wilayah
kekuasaan hingga daerah
sebelah timur India
dengan mengutus Mushallab
bin Abu Sufrah dan wilayah
barat hingga Byzantium, di bawah
pimpinan Yazid bin Muawiyyah. Selain
itu juga berhasil menguasai Afrika Utara.
Dalam usaha perluasan wilayah ke Byzantium ada tiga
motivasi bagi Muawiyyah untuk menguasainya, yaitu:
1. Byzantium
merupakan basis agama Kristen Ortodok,
yang sangat berbahaya bagi perkembangan
agama Islam.
2. Orang-orang
Byzantium sering mengadakan perampokan sampai ke daerah Islam.
3. Byzantium
merupakan wilayah yang mempunyai kekeyan yang melimpah.
Pada masa pemerintahan berikutnya dibawah kekuasaan
Walid bin Abdul Malik, berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai Afrika
Utara yaitu ke Magrib al-Aqsho dan Andalusia (Spanyol). Atas kegigihan dan
keberanian Musa bin Nushair dalam menguasai wilayah tersebut maka beliau
diangkat oleh Walid sebagai gubernur untuk wilayah Afrika Utara. Dan ia terus
melanjutkan usahanya dalam memperluas wilayah Islam sampai tepi lautan Atlantik
dengan di pimpin Thariq bin ziad yang di bantu oleh Gran Julian. mereka juga
diutus untuk merebut wilayah Andalusia
dan tepatnya pada tahun 711 M Thariq mendarat di sebuah Selat yang sekarang di
sebut sebagai Selat Jabal Thariq atau Selat Gibraltar.
Keberhasilan ini membuat peta perjalanan sejarah
baru bagi umat Islam. Sebab satu persatu wilayah yang di lewati Thariq dapat
dengan mudah di kuasainya, seperti kota Cordova, Granada dan Toledo, sehingga
Agama Islam tersebar ke berbagai penjuru. Islam juga mampu memotivasi para
pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang kehidupan seperti
bidang social, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya, sehingga di bawah
kekuasaan Islam, Andalusia mampu mencapai puncak kejayaan.
Selain dalam memperluas wilayah kekuasaan, Dinasti
Umayyah juga mengalami perkembangan dalam bidang kebudayaan di bandingkan
dengan perkembangan pada masa sebelumnya, yaitu pada masa Khulafaur Rasyidin.
Demikian pula perkembangan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan dengan baik.
Diantara kebudayaan Islam yang mengalami
perkembngn pada masa ini adalah seni sastra, seni rupa, seni suara, seni
bangunan, seni ukir, dan sebagainya. Pada masa ini telah banyak bangunan hasil
rekayasa umat Islam dengan mengambil pola Romawi, Persia, dan Arab.
Salah satu dari bangunan itu adalah masjid Damaskus yang di bangun pada masa
pemerintahan Walid bin Abdul Malik dengan hiasan dinding dan ukiran yang sangat
indah. Contoh lain adalah bangunan masjid-masjid
di Cordova yang terbuat dari batu pualam.[3]
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tidak hanya
meliputi ilmu pengetahuan agama saja, tetapi juga ilmu pengetahuan umum,
seperti ilmu kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu pasti, ilmu bumi, ilmu
sejarah, dan sebagainya. Kota yang menjadi pusat pusat kajian ilmu pengetahuan
antara lain adalah Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova, Granada,
dan lainnya. Dengan Masjid sebagai pusat pengajarannya, selain madrasah atau
lembaga pendidikan yang ada.
3.
Sistem
pemerintahan pada masa Daulah Umayyah
Pemindahan kekuasaan kepada Muawiyah
mengakhiri bentuk demokrasi, kekhalifahan menjadi
monarchi heridetis (kerajaan turun
temurun), yang diperoleh tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak.
Penggantian khalifah secara turun
temurun dimulai dari sikap Mu’awiyah yang mengangkat anaknya, Yazid,
sebagai putera mahkota. Sikap Mu’awiyah seperti ini dipengaruhi oleh keadaan Syiria selama dia
menjadi gubernur disana. Dia memang bermaksud mencontoh monarchi heridetis di
Persia dan kekaisaran Byzantium.[4]
Pada masa Abdul Malik ibn Marwan,
jalannya pemerintahan di tentukan oleh empat
departemen pokok (diwan). Keempat departemen (kementrian) itu adalah:
1. Kementrian
Pajak Tanah (diwan al-kharraj) yang tugasnya mengawasi departemen keuanagan
2. Kementrian
Khatam (diwan al-Khatam) yang bertugas merancang dan mengesahkan ordonasi
pemerin pemerintah.
3. Kementrian
Surat Menyurat (diwan al-Rasail), di percayakan untuk mengontrol permasalahan
di daerah – daerah dan semua komunikasi dari gubernur –gunernur.
4. Kementrian
urusan perpajakan(diwan al-mustagallat).
4.
Penyebab
Runtuhnya Dinasti Umayyah
Kejayaan
Bani Umayyah berakhir pada masa pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz (Umar II).
Pemerintahannya hanya bertahan 2 tahun 5 bulan Sepeninggal Umar II kekhalifahan mulai
melemah dan akhirnya hancur. Para khalifah pengganti Umar II selalu
mengorbankan kepentingan umum untuk kesenangan pribadi. Perselisihan antara
para putera mahkota serta perselisihan diantara para pemimpin daerah (gubernur)
merupakan sebab-sebab lain yang membawa kehancuran kekuasaan Bani Umayyah. Abu
al-Abbas mengadakan kerja sama dengan kaum Syi’ah. Pada tahun 750 M pertempuran
terakhir antara pasukan Abbasiyah yang di pimpin oleh Abu Muslim al- Khurasani
dan pasukan Muawiyah terjadi di Irak. Tidak lama kemudian Damaskus jatuh ke
tangan kekuasaan Bani Abbas.
Sebab-sebab runtuhnya
dinasti umayyah
Sebab Utama
1. Terjadi
persaingan kekuasaan di dalam anggota keluarga bani umayyah
2. Tidak
ada pemimpin politik dan militer yang handal yang mampu menjadikan kekuasaan
dan menjaga keutuhan Negara
3. Muncul
berbagai gerakan perlawanan
4. Serangan
pasukan Abu Muslim Al- Khursani dan pasukan Abul Abbas
1.
Sebab
Umum
a) Sistem
pemerintahan khalifah menjadi kerajaan
b) Pengkhianatan
kesepakatan di daumatul jandal
c) Menyalahi
perjanjian madain antara muawiyah dan Hasan bin Ali
d) Pengangkatan
putra mahkota lebih dari satu
2.
Sebab
Khusus
a) Pertentangan
keras antara kelompok mudariyah yaitu kelompok arab yang menempati irak dengan
kelompok himariyah yaitu kelompok arab selatan yang menempati wilayah suriah.
Persaingan mencapai puncaknya, karena para khalifah bani umayyah cenderung
memihak hanya kepada satu kelompok.
b) Ketidak
puasan sejumlah orang islam non arab. Mereka dari kalangan mawali yaitu bangsa
yang di kalahkan dan ikut memajukan dinasti umayyah namun mereka tidak mendapat
kedudukan dan hak bernegara tidak di kabulkan. Sedangkan orang arablah yang
mendapat fasilitas dari penguasa bani umayyah.
c) Kemewahan
dan keborosan di kalangan istana.
d) Terbentuknya
dinasti umayyah tidak terlepas dari konflik-konflik politik. Kaum syiah dan
khowarij semakin berkembang menjadi gerakan oposisi kuat yang sewaktu-waktu
dapat meruntuhkan dinasti umayyah. Gerakan bani abbasiyah yang semakin kuat dan
tidak tertandingi, akhirnya dapat menggeser kekuasaan dinasti umayyah.[5]
1.
Sebab
intern
a)
Khalifah memiliki kekuasaan absolut
b)
Gaya hidup yang mewah
c)
Tidak ada ketentuan yang tegas mengenai
sistem pengangkatan khalifah
2.
Sebab
ekstern
a)
Konflik Islam dan Kristen
b)
Tidak adanya ideology pemersatu
c)
Kesulitan dalam ekonomi
d)
Keterpencilan
e) Banyaknya gerakan pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga akhir
pemerinyahan bani umayyah
f)
Pertentangan antara arab utara (arab
mudariyah ) dan arab selatan (arab himariyah) [6]
D.
Kesimpulan
1. Dinasti
bani umayyah didirikan oleh muawiyah bin abu sofyan bin harb bin umayyah
dinasti umayyah berdiri selama 90 tahun (40-132 H/661-750 M), beribukota di
damaskus.
2. Islam
pada masa dinasti umayyah mencapai banyak kemajuan di segala bidang terutama
dalam perluasan wilayah.
3. Sistem
pemerintahan dinasti umayyah mengakhiri bentuk demokrasi dari khalifah
sebelumnya yang menjadi monarki.
4. Runtuhnya
dinasti umayyah di sebabkan oleh banyak sebab, diantaranya sebab umum dan
khusus, sebab ekstern dan intern dan ada juga sebab utama
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,Murwat. 2006. Sejarah kebudayaan Islam. Jepara: ALKAUTSAR.
Hafid,Abdullah.2010. Sejarah kebudayaan Islam. Solo:
CV.AM-INSHOFI.
Maryam,Siti dkk. 2002. Sejarah
Peradaban Islam.Yogyakarta:
LESFI.
Diakses tanggal 28
Desember 2011
[1] Siti maryam, dkk, Sejarah
peradaban Islam, (Yogyakarta:
Lesfi, 2002): 68.
[3]
Abdullah hafid, sejarah kebudayaan islam,
(Solo: CV.AM-INSHOFI, 2010): 34.
[4] Siti maryam,dkk, sejarah peradaban islam, (Yogyakarta: LESFI, 2002): 71.
[5] Murwat
Abdullah, sejarah kebudayaan islam, ( Jepara: ALKAUTSAR, 2006): 23-24.
[6]
http://sindydwija.blogspot.com/2010/11/runtuhnya-dinasti-umayyah-di-andalusia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar