Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam
proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Didalam
pandangan yang lebih modern peserta didik tidak hanya dianggap sebagai objek
atau sasaran pendidikan, melainkan diperlukan sebagai subjek pendidikan,
diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan
masalah dalam proses belajar mengajar.
Manusia sebagai peserta didik hendaknya tidak
melepaskan fitrahnya sebagai hamba Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Imam
Ghazali bahwa "tugas pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan hati
manusia untuk tunduk kepada Allah SWT”.
1. Kode Etik Murid dalam Mencari Ilmu Allah
Kode etika adalah aturan-aturan atau
norma-norma yang dikenakan kepada peserta didik berisi tentang hal yang boleh
dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan peserta didik.
Seseorang dapat
di katakan sebagai peserta didik apabila memenuhi salah satu krakteristik dan
syarat peserta didik. 1. Tirtarahardja mengemukakan karakteristik seorang peserta didik
sebagai berikut:
a. Peserta
didik memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan makhluk
yang unik.
b. Peserta
didik sedang berkembang yakni mengalami perubahan dalam dirinya secara wajar,
baik ditujukan kepada diri sendiri maupun kearah penyesuaian dengan lingkungan.
c. Peserta
didik membutuhkan bimbingan dan perlakuan manusiawi yakni semasa peserta didik
belum dewasa, ia membutuhkan bantuan dan bimbingan dari orang dewasa sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik agar bimbingan tersebut mencapai
hasil yang optimal.
d. Peserta
didik memiliki kemampuan untuk mandiri yakni peserta didik dalam
perkembangannya memiliki kemampuan untuk berkembang ke arah kedewasaan.
Sedangkan syarat yang
harus di penuhi peserta didik ialah sebagai berikut:
1) Peserta
didik harus ikhlas
عن
معا ذ بن جبل عن رسول الله صلى ا لله عليه وسلم ق ل من طلب ا لعلم ليبا هي به ا
لعلماء ويما ري به السفهاء في المجا لس لم يرح راءحة الجنة.
Artinya: “Dari
Mu’adz bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda ,”Barang siapa yang menuntut ilmu
karena ingin merasa bangga sebagai ulama dan menipu orang bodoh di majelis,
tidak akan mencium aroma surga”(HR. Ath Thabrani).
Berdasarkan hadist di atas menjelaskan
bahwa peserta didik menuntut ilmu tidak boleh karena ingin mendapat julukan
ulama atau mendapatkan popularitas dan menarik perhatian orang banyak. Menuntut
ilmu harus dilakukan murni karena melaksanakan perintah Allah
2) Menghormati
guru dan menyayangi teman
Peserta didik harus
menghormati pendidikannya (orang tua dan guru) serta menyayangi teman-temannya.
Hal ini sesuai dengan hadist berikut:
عن
عبا د ة بن الصا مت ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قل ليس من امتي لم يجل كبيرنا
وير حم صغيرنا ويعرف لعا لمنا حقه.
Artinya: “Ubadah
bin shmit meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,”tidaklah termasuk umatku
orang yang tidak memuliakan orang-orang tua, tidak menyayangi yang muda dan
tidak mengenal hak-hak orang alim (guru).”(HR.Ahmad).
Maksud
dari hadits tersebut seorang peserta didik harus menyayangi teman dan adik
kelas sertamemuliakan kakak kelas dan pendidik
Sebagai
peserta didik hendaknya memiliki adab dan tugas yang harus di jalankan
masing-masing individu, seperti yang telah dikemukakan Sa’id Hawwa adab dan tugas murid tersebut sebagai
berikut:
a) Peserta
didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu. Hal ini
disebabkan karena belajar adalah ibadah dan tidak sah ibadah kecuali dengan
hati yang bersih.
b) Murid
harus mengurangi yang berkaitan dengan kesibukan duniawi karena kesibukan itu
akan mempersulit dalam menuntut ilmu.
c) Murid
tidak boleh sombong terhadap orang yang berilmu atau tidak bertindak
sewenang-wenang terhadap guru.
d) Tidak
menekuni banyak ilmu sekaligus, melainkan berurutan dari yang paling penting. Ilmu
yang paling utama ialah ilmu mengenal Allah.
e) Hendaklah
mengetahui ciri-ciri ilmu yang paling mulia, sebagai contoh belajar ilmu agama
ialah kehidupan yang abadi sedangkan belajar ilmu kedokteran ialah kehidupan
yang fana. Jadi belajar ilmu agama lebih utama
daripada belajar ilmu kedokteran.
f) Mengenal
nilai-nilai bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu pengetahuan yang bermanfaat,
membahagiakan dan memberi keselamatan di dunia dan di akhirat.
Dari
beberapa uraian tentang kode etik murid dalam mencari ilmu, pemakalah dapat
menyimpulkan bahwa peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan
hatinya sebelum menuntut ilmu. Murid harus mengurangi yang berkaitan
dengan kesibukan duniawi karena kesibukan itu akan mempersulit dalam menuntut
ilmu. Tidak menekuni banyak ilmu sekaligus, melainkan berurutan dari yang
paling penting. Ilmu yang paling utama ialah ilmu mengenal Allah.
2. Cara mudah untuk mendapatkan ilmu Allah
Allah
menjanjikan untuk meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu serta
Allah menegaskan bahwa orang yang berilmu mempunyai tingkat ketaqwaan yang
lebih tinggi. 5. Dalam mendapatkan ilmu Allah, Rasulullah memberikan motivasi
kepada umatnya dengan menggunakan dua metode: Pertama, metode
targhib (hadiah dari Allah) yaitu Rasul memberikan jaminan kelak akan
berdekatan dengan beliau ketika di surga. Kedua, metode tarhib
(ancaman) yaitu Rasul memberikan ancaman kepada orang yang salah motivasi atau
salah tujuan dalam mencari ilmu, maka orang tersebut tidak akan mencium bau
surga. Seperti yang di jelaskan Rasul dalam haditsnya yang memiliki arti “Abu
Hurairah menyatakan, Rasul telah bersabda: Siapa saja yang menuntut ilmu bukan
karena Allah akan tetapi untuk mendapatkan keuntungan dunia (gelar, prestise,
pen), maka nanti ia tidak akan mendapatkan bau surga”.
Dalam
kitab ta’lim muta’alim seorang murid akan mudah mendapatkan ilmu apabila ia
bisa memuliakan ilmu, dengan cara:
a. Murid
tidak boleh duduk di tempat duduk guru.
b. Murid
tidak boleh banyak bicara jika itu tidak bermanfaat.
c. Ketika
bertanya kepada guru, murid tidak boleh memakai kata-kata kasar.
d. Tidak
boleh mengarahkan kaki pada kitab.
e. Dalam
menuntut ilmu murid harus sabar.
Sedangkan
di mulainya mencari ilmu sejak lahir sampai meninggal dan hari yang baik untuk
mempelajari ilmu yaitu pada hari Rabu, karena pada hari Rabu Allah menciptakan
cahaya dan hari itu pula hari kehancuran bagi orang kafir sehingga hari
tersebut membawa berkah bagi orang mukmin. 6. Menurut Hasan Ziyyad, beliau berpendapat bahwa
waktu yang tepat untuk belajar yaitu pada waktu subuh dan pertengahan antara
waktu maghrib dan isya’
Dari beberapa
uraian tentang cara mudah untuk mendapatkan ilmu Allah, pemakalah dapat menyimpulkan
bahwa mulainya mencari ilmu sejak lahir sampai meninggal dan hari yang baik
untuk mempelajari ilmu yaitu pada hari Rabu, karena pada hari Rabu Allah
menciptakan cahaya dan hari itu pula hari kehancuran bagi orang kafir sehingga
hari tersebut membawa berkah bagi orang mukmin.
DAFTAR
PUSTAKA
Dirman dan Cicik
Juarsih, Karakteristik Peserta Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2014.
Umar, Bukhori, Hadits
Tarbawi, Jakarta: Amzah, 2012.
Ahmad, Tafsir, Filsafat
Pendidikan Islami, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Rasyidin dan Samsul
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005.
As’ad, Aliy, Ta’limul
Muta’allim, Kudus: Menara Kudus, 2007.
Syahroni, Mukhtar, Ta’lim
Muta’allim, Kudus: Menara Kudus.
Dirman dan Cicik
Juarsih, Karakteristik Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014),
Bukhori Umar, Hadits
Tarbawi, (Jakarta: Amzah, 2012),
Ahmad Tafsir, Filsafat
Pendidikan Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),
Rasyidin dan Samsul
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005),
Mukhtar Syahroni, Ta’lim
Muta’alim, (Magelang: Gerabak), 188-189.
As’ad, Aliy, Ta’limul
Muta’allim, (Kudus: Menara Kudus, 2007), 74.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar