A.
Pendahuluan
Menurut
Bergson, hidup adalah suatu tenaga eksplosif yang telah ada sejak awal dunia
yang berkembang dengan melawan penahanan atau pertentangan materi (gerak).
Dengan perkembanganya sebafgai gerak keatas, hidup juga mempunyai penahanan
gerak ke bawah. Hal ini menyebabkan hidup terbagi-bagi ke arah ayang berbeda.
Dalam
latar belakang ini, ketika ada pembagian filsafat, munculah kemungkinan
filsafat yang menjelaskan mengenai hidup manusia atau berupa manusia. Jadi,
filsafat manusia ini sering disebut dengan antropologia.
Menurut
Abbas Hamami dan Koento Wibisono, pada
saat pembangunan sedang digalakkan dengan dukungan ilmu pengengetahuan Filsafat sebagai Perisai untuk mewujudkan
suatu masyarakat yang ideal, yakni masyarakat yang damai, sejahtera, adil dan
makmur, baik materi lmaupun spritual.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
ikhtisar pendapat filsafat Antropologi?
2. Bagaimana
keistimewaan manusia?
3. Bagaimana
dengan jiwa manusia?
4. Bagaimana
manusia dan pendidikanya?
C. Pembahasan
1. Ikhtisar
pendapat filsafat antropologi
Seperti
yang tertera dalam ikhtisar pendapat filsafat tersebut, ternyata mengemukakan
bahwa manusia itu bukanlah pangkal seluruh sistem, manusia merupakan suatu
bagian dari obyek pengendalian filsafat.
Manusia
yang menyelidiki suatu permasalahan yang
sedalam-dalamnya, selalu ingin mencari liku-liku kehidupan yang terdapat dalam
dirinya sendiri. Ia tentu saja mencari suatu jawaban atas pertanyaan “apakah
manusia itu?”. Dengan kata lain dapat ditunjukkan bahwa setiap aliran setiap
mempunyai jawaban yang berbeda.
Antara
lain aliran tersebut ialah:
a. Materialisme
Menurut
Poedjaunjatna, materialisme merupakan satu-satunya. Artinya bergetarnya sebuah
benda itu karena ada yang menggerakkan dan bila itu hilang atau mati, maka
benda itu tidak akan bergetar. Sebagai contoh sederhana delmanberjalan karena
ada kuda, semakin kencang kuda itu berlari maka roda delman semakin laju.
Namun, apabila kuda tersebut mati, maka delman tidak dapat berjalan.
b.
Materialisme
belaka
Stoa
dan Epikurisme berpendapat bahwa materialisme itu tentu tak punya tempat, sebab
masa itu peranan kerohanian amat besar dan hidup manusia terarah pada yang
rohanian. Tetapi kemudian setelah ilmu menunjukkan kekuasaan alam dan
materialnya, maka minat orang semakin terarah ke kejasmanian daan kemudian pada
abad ke-19 munculah aliran materialisme belaka.
Bagi
filusuf manusia tak lain dari binatang, binatng tak berjiwa tak bermateria
belaka, jadi manusia bermateria belaka. Untuk membuktikannya bahwa yang disebut
jiwa itu dalam tindakkanya sebenarnya bergantung kepada materia, sedangkan
badan atau materia dapat bertindak tanpa jiwa. Sebagai contoh jantung katak
dapat berdenyut diluar badan sedangkan jiwa tak mungkin bertindak jika badanya
tak ada.
Jadi
kesimpulanya, bahan bergerak sendiri, adapun yang disebut orang pikiran itupun
sifat materia, terutama kinerja atau tindakan otak. Dalam segala
gerak-geriknya, manusia itu seperti mesin, sekalipun mesin itu ajab, tetapi
mesin tetaplah mesin.
c. Marxisme
Karl
Marx daalam hal ini berpendapat bahwa manusia adalah seseorang yang tidak
berarti apa-apa, yang berarti itu masyarakat. Artinya yang dimaksud disini
ialah manusia hanya berhubungan dengan masyarakat. Adapun masyarakat ini terus
berkembang maka perkembangan inilah yang disebut dengan sejarah. Yang menjadi
perkembanganya tak lain dengan kekuatan materia yang terdapat pada masyarakat
tersebut. Maksud dari kekuata itu ialah kekuatan yang menghasilkan. Adapun
kekuatan yang mengasilkan terdorong oleh kemauan untuk hidup. Jadi, kemauan
untuk hidup itu keterangan bagi gerak masyarakat. [1]
d. Idealisme
Idealisme
ini kebalikan dari matealisme yaitu kalau pandangan didasarkan atas materia,
yang berubah-ubah dan tidak kekal, yang hilang sesudah hidup inu tetap hilang.
Maka aliran ini disebut idealisme karena pandangan terhadap manusia terpusat
pada umunya yang tidak berubah-ubah, abadi, yang masih terus ada setelah hidup
ini habis.
Dalam
aliran ini, semuanya membedakan manusia dari binatang, bukanlah manusia itu
materia belakang tetapi bukan materian dan bersifat lain dari materia itu.
Dapat diakui bahwa manusia ada persamaan dengan dengan binatang, jadi manusia
juga mempunyai kebinatangan tetapi yang membedakan bahwa manusia bukanlah dari
binatang. Kelainan ini bukanlah perbedaan tingkatan saja, melainkan melainkan
jenis keistimewaan manusia.
Menurut
pandangan Plato, jiwa manusia itu sudah ada sebelum manusia ada di dunia. Hanya
karena suatu hal jiwa itu turun ke dunia dan bersatu dengan badan. Badan dan
jiwa tidak merupakan kesatuan dan keseluruhan, malahan jiwa jiwa akan
melepaskan diri dari raganya.
e. Rasionalisme
Menurut
Descartes menyatakan bahwa disebut aliran rasionalisme karena aliran ini
mementingkan rasio. Dalam rasio terdapat ide-ide dan dengan ide-ide itu orang
dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan saran atau masukkan
dari luar.
f. Irrasionalisme
Pada
aliran ini mengakui jiwa manusia itu di memandang manusia dari sudut kesusilaan
ataupun dari keindahanya. Paragmatisme bukanlah aliran rasionalistis karena
sebenarnya mengingkari kemampuan rasio, walaupun pengingkaranya tentang jiwa
tidak terlalu terang. Pandangan pragmatisme ialah pandangan filsafat hidup, di
situ manusia diakui rasionya tetapi pengetahuan rasionya bukanlah pengetahuan
yang lengkap.
Aliran
ini menaruh minat terhadap manusia yang sudah kita ketahui, bukan manusia umum
atau suatu sudut pandang kemanusiaanya. Melainkan antara manusia dengan
situasinya. [2]
2. Keistimewaan
manusia
Dari
ikhtisar yang sudah di bahas di atas, banyak pemikiran terhadap manusia dalam
usaha untuk menjawab pertanyaan “apakah manusia itu”? Dengan kata lain adakah
rohani pada diri manusia, ataukah manusia itu hanya merupakan jasmani.
Dengan
tidak memutuskan terlebih dahulu aliran mana yang harus kita ikuti, terlebih
dahulu kita selidiki gejala-gejala yang nampak pada manusia.
Kita
dapat mengetahui semua itu dari kelainan manusia, melalui:
a. Tertawa
Manusia
maupun binatang pasti mengeluarkan bunyi dari alat-alat yang di miiki masing-masing karena pengaruh
dari luar. Binatang pun semacam itu. Jika pada diri manusia, ia dapat tersenyum, tertawa ketika ia melihat dan
mendengar sesuatu. Manusia tertawa karena ia mengerti dan memahami tentang
semua yang di lihatnya misalnya manusia melihat lelucon secara tak sadar ia
akan tertawa. Namun yang merasakan hal tersebut bukanlah indera saja melaikan
hati sanubari juga bisa merasakan.
Begitu
pulakah binatang? Binatang tidak memaparkan pengalaman tertawanya. Yang dapat
dikatakan dengan tegas ialah bahwa pada diri manusia ada hubungan antara
tertawa dan mengerti, namun pada diri binatang tidak semacam itu.
b. Bahasa
Seperti
yang kita ketahui ada tiga macam bahasa yaitu bahasa isyarat, bahasa bahasa
lisan dan bahasa tulisan.
1. Bahasa
isyarat
Bahasa
ini terjadi kalau orang memaparkan isi hatinya dengan tanda mengangguk,
menggeleng-geleng, gerak tangan, dan lain-lain.
2. Bahasa
lisan
Adapun
yang disebut bahasa lisan apabila keluar dengan kata-kata, dan kata-kata itu
terdiri dari bunyi. Tiap-tiap bunyi yang dikeluarkan manusia itu merupakan
kata-kata dan kata-kata itu merupakan bahasa.
Yang
disebut dengan kata ialah suatu bunyi yang mengandung pengertian yang ada
isinya serta yang menjadi dasar pertama bagi bahasa lisan. Dengan demikian
bahasa lisan akan lebih mudah di mengerti.
Selanjutnya
adakah binatang mempunyai bahasa? Memang benar binatang itu mengeluarkan bunyi, namun adakah
bahasa di lingkungan binatang? Kalaupun ada semua manusia tidak akan mengerti
dengan bahasa binatang bahkan pengajaranya tergolong sangat susah dan sangat
lama sebagai contoh burung beo, seperti yang kita ketahui bahwa burung beo pada
awalnya tidak bisa berbicara tapi setelah dilatih dan diajari oleh manusia
dengan waktu yang lama maka lama kelamaan
burung beo tersebut akan berbicara. Tetapi bukti tersebut tidak
menandakan kalau binatang mempunyai bahasa.
3. Bahasa
tulisan
Bahasa
tulisan merupakan cara berkomunikasi antara manusia dengan manusia yang lain
melalui sebuah tulisan. [3]
c. Kebudayaan
Bahasa
itu memang suatu alat penting dalam pergaulan manusia satu sama lain. Selain
itu manusia selalu memanfaatkan kebudayaan melalui bercocok tanam, membuat
alat-alat perumahan, alat-alat peternakan serta alat-alat kesenian dengan hasil
yang menakjubkan. Dalam penggunaan alat ini terlihat jelas oleh kita, bahwa
manusia da hubungan antara alat dengan apa yang hendak dicapainya. Jadi dalam
mempergunakan alatmanusia akan lebih mudah menaklukkan dan menguasai alam atau
disebut dengan kebudayaan.
Bagaimanakah
dengan halnya dengan bangsa binatang? Binatang kebanyakan menggunakan sesuatu
sebagai alat , misalnya burung mempergunakan sarangnya untuk mengatasi
kesukaran alam yang mengelilingi dirinya. Tetapi, mengertikah mereka itu, bahwa
mereka mempergunakan alat? Mungkin alat
yang di maksud disini adalah usaha untuk melindungi diri dari pengaruh
luar.
d. Kekuasaan
manusia terhadap binatang
Diantara makhluk yang
hidup di dunia ini manusia terlihat begitu lemah saat ia lahir dari kandungan
ibunya. Walaupun demikian, manusia yang lemah ini jika mempergunakan kemampuan
yang ada pada dirinya, ia akan ditakuti oleh binatang sekalipun binatang itu
besar. Ia ditakuti oleh binatang karena alat-alatnya. Tetapi tidak karena itu
saja, manusia mempunyai kekuasaan terhadap binatang namun ia juga mempunyai
kewibawaan terhadap binatang yang semu itu menunjukkan suatu keistimewaan yang
lain kalau dibandingkan dengan binatang.
e. Moralitas
tanggung jawab
Suatu kelainan yang terdapat pada
manusia ialah moralitas. Maksud dengan istilah ini ialah adanya perbuatan baik
dan buruk pada tingkah laku manusia. Jika manusia mengerti dengan hal yang baik
dan mungkin akan bertindak sesuai dengan yang dianggap baik. Tetapi, mungkin
juga ia akan bertindak berlawanan atau buruk maka manusia akan berbuat jahat. [4]
f. Pengetahuan
manusia
Dapat disimpulkan pengetahuan
manusia adalah segala sesuatu yang belum diketahui manusia dan setelah ia
mencari tau, ia akan menjadi tau. Contohnya Mawar hari kemarin tidak dapat
mengerjakan tugas yang di berikan kepada gurunya yakni soal IPA nomor lima,
setelah ia diberitahu oleh gurunya di kelas, barulah ia dapat mengerjakan soal
itu.
Pada dasarnya pengetahuan mempunyai
tiga kriteria, yaitu:
1.
Adanya suatu
sistem gagasan dan pikiran.
2.
Persesuaian
antara gagasan dengan benda-benda
sebenarnya.
3.
Adanya keyakinan
antara persesuaian itu.
Sedangkan pengetahuan menurut sumbernya ada tiga macam, antara lain:
a.
Pengetahuan
langsung
Pengetahuan langsung adalah
pengetahuan y ang bersumber dari luar dan dari dalam. Contoh pengetahuan yang
bersumber dari luar saat kita melihat api melalui indera kita, sedangkan dari
dalam saat kita merasakan perasaan senang, sedih, gembira.
b.
Pengetahuan
konklusi
Pengetahuan konklusi ialah
pengetahuan yang diperoleh melalui penarikan kesimpulan dari data empirik atau
inderawi. Contoh apabila kita tahu bahwa diatas sebuah gunung yang tampak ada
kebulan asap, kit tahu kalau ada asap pasti ada api yang menyala. Dengan
demikian kita dapat mengambil konklusi bahwa di atas gunung itu ada api yang
menyala.
c.
Pengetahuan
kesaksian
Pengetahuan kesaksian adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui kesaksian dari orang lain atau berita orang
yang bisa dipercaya. Contoh kita mengetahui adanya Tuhan melalui para Rosul dan
kitab-kitabNya. Kita pergi berobat kepada seorang dokter yang kita percayai, ia
memberikan resep untuk dibeli di apotek, kita tidak mengetahui secara ilmiah
apakah obat itu memang menyembuhkan apa tidak tetapi kita tidak ragu saat
membeli dan meminumnya. Kebenaran resep dokter itu kita terima saja sebagai
kebenaran dengan keyakinan bahwa obat itu menyembuhkan. [5]
g. Kehendak
manusia
Kehendak manusia adalah keinginan
manusia yang baru puas, jika ia mencapai yang baik atau sekurang-kurangnya
dianggap baik.
Disini kehendak di bedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Budi
dan kehendak
Tindakan kehendak ini merupakan
penerangan terlebih dahulu terhadap budi. Budi mengatakan bahwa sesuatu adalah
baik atau setidaknya dianggap baik. Setelah ada penerangan ini barulah kehendak
mencapai untuk melakukan hal yang baik.
2. Kemerdekaan
kehendak
Manusia dengan kehendaknya tidaklah
sepenuhnya taat kepada budi itu. Kehendak mungkin selalu memilih sedangkan budi
tidak memaksa namun hanya menerangi jika kehendak selalu memilih untuk melakukan
kebalikan dari yang diajukan oleh budi sebagai sesuatu yang baik.
Jadi, kemerdekaan kehendak ialah
kemungkinan pada manusia dengan kehendaknya memilih yang tidak ditentukan dari
luar melainkan pada prinsipnya ia dapat menentukan tindakanya itu sendiri.
Dari uraian mengenai pengetahuan
manusia dapat disimpulkan bahwa dengan tindakan yang dilakukan dengan pilihan
itu manusia ternyata mengatasi binatang dan hal-hal yang hidup selain manusia.
Ia dengan kehendaknya mengatsi kejasmnian namun kehendak manusia pun harus
dikatakan tidak jasmani, kehendak manusia itu rohani. Manusia berbudi rohani
dan berkehendak bebas, itulah keistimewaanya. [6]
3. Jiwa
manusia
Jiwa manusia merupakan rohani.
Badan termasuk jasmani dan apabila rusak maka akhirnya mati. jasmani memiliki bagian-bagian
sedangkan jiwa tidak memiliki bagian-bagian. Jiwa tidak akan berubah atau
rusak.
Dalam jiwa manusia terdapat dua
macam, yaitu:
a. Prinsip
hidup
Prinsip hidup yang rohani ini
disebut dengan jiwa, sedangkan prinsip hidup jasmani disebut dengan raga. Prinsip
hidup inilah yang menjadi pendukung dan pendorong semua tindakan seperti
tindakan berfikir dan tindakan kehendak.
b. Kesatuan
manusia
Kesatuan jiwa dan badan memiliki
bermacam-macam tindakan dan memiiki bagian-bagian yang tersendiri. Dengan demikian
manusia mempunyai jiwanya sendiri dan jiwa itu datangnya bersamaan dengan awal
datangnya manusia.
4. Manusia
dan pendidikanya
Manusia merupakan individu yang
selalu ingin membutuhkan bantuan orang lain. Sedangkan pendidikan ialah
pertolongan orang dewasa terhadap anak supaya anak itu mecapai kedewasaan yang
sepenuhnya.
Maka dalam pendidikan diakui benar
perlunya latihan untuk menguatkan kehendak. Maksudnya, kehendak yang bebas itu
yang mungkin selalu memilih supaya dibiasakan memilih yang baik. Untuk mencari
cara yang mana yang baik ini adalah tugas orang yang mendidik.
Begitu pula sebabnya pendidikan
mengatakan bahwa ia akan mengantarkan anak-anak didik untuk mencapai
kedewasaan. Maksudnya yang dimaksud dengan kedewasaan ialah dapat menanggung
dan bertanggung jawab atas tindakaanya. Manusia yang bertanggung jawab ini
ialah manusia yang dapat mengatakan dengan sepenuh keyakinan bahwa tindakan
yang dilakukan itu adalah baik dan tindakan ini dilakukan atas pilihanya
sendiri atas keyakinan tersebut.[7]
D. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan
di atas, dapat ditarik kesimpulan:
1. Ikhtisar
pendapat filsafat antropologi
Bahwa ini mengemukakan bahwa
manusia itu bukanlah pangkal seluruh sistem, manusia merupakan suatu bagian dari
obyek pengendalian filsafat.
Aliran ini antara lain:
a. Materialisme
b. Materialisme
belaka
c. Marxisme
d. Idealisme
e. Rasionalisme
f. Irrasionalisme
2. Serta
memiliki berbagai keistimewaan, keistimewaan tersebut memiliki kelainan
seperti:
a. Tertawa
b. Bahasa,
bahasa dibedakan menjadi tiga, antara lain:
1. Bahasa
isyarat
2. Bahasa
lisan
3. Bahasa
tulisan
c. Kebudayaan
d. Kekuasaan
manusia terhadap binatang
e. Moralitas
tanggung jawab
f. Pengetahuan
manusia, yang terdiri dari tiga kriteria, yaitu:
1. Adanya
suatu sistem gagasan dan pikiran.
2. Persesuaian
antara gagasan dengan benda-benda
sebenarnya.
3.
Adanya keyakinan
antara persesuaian itu.
g. Kehendak manusia
Disini kehendak di bedakan menjadi
dua, yaitu:
1. Budi
dan kehendak
2. Kemerdekaan
kehendak
3. Dalam
jiwa manusia terdapat dua macam, yaitu:
1. Prinsip
hidup
2. Kesatuan
manusia
4. Manusia
dan pendidikanya Manusia merupakan individu yang selalu ingin membutuhkan
bantuan orang lain. Sedangkan pendidikan ialah pertolongan orang dewasa
terhadap anak supaya anak itu mecapai kedewasaan yang sepenuhnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Poedjawijatna,
Prof. IR. 1997. Pembimbing ke Arah Alam
Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta.
Junaya
S. Praja, Prof. DR. 2005. Aliran-aliran
Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana.
[1]
Poedjawijatna,
Pembimbing ke Arah Alam Filsafat,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 164-167.
[2]
Poedjawijatna,
Pembimbing ke Arah Alam Filsafat,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 174-175.
[3]
Poedjawijatna,
Pembimbing ke Arah Alam Filsafat,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 182-184.
[4]
Poedjawijatna,
Pembimbing ke Arah Alam Filsafat,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 186.
[5]
Junaya
S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan
Etika, (Jakarta: Kencana, 2005), 10-11.
[6]
Poedjawijatna,
Pembimbing ke Arah Alam Filsafat,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 196.
[7]
Poedjawijatna,
Pembimbing ke Arah Alam Filsafat,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 199-201.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar