HAKEKAT PENDIDIKAN ISLAM
1.
Definisi
Pendidikan Islam
Pendidikan
Islam adalah suatu pendidikan mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan
manusia yang berpedoman pada syariat Islam. Para ahli pendidikan Islam merumuskan
definisi mengenai pendidikan Islam[1],
diantaranya:
1. Omar Mohammad
al-Toumy al-Saibany, Pendidikan adalah usaha mengubah tingkah laku individu
manusia dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan dalam
kehidupan alam sekitarnya melalui proses pendidikan
2. Muhammad Fadlil
al-Jamali, Pendidikan adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan
yang mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar dan
kemampuan ajarnya.
3. Hasan
Langgulung, Pendidikan Islam adalah suatu proses spritual, akhlak, intelektual
dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,
prinsip-prinsip, dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan untuk
mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.
Dengan demikian
pendidikan Islam adalah segala upaya atau proses pendidikan yang dilakukan untuk
membimbing tingkah laku manusia baik individu maupun sosial untuk mengarahkan
potensi baik yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual dan
spritual berlandaskan nilai Islam untuk mencapai kehidupan di dunia dan
akhirat.
2.
Istilah
Pendidikan dalam Islam
Istilah
pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada tiga term yakni;
al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim
1. Istilah
al-Tarbiyah
Penggunaan
istilah al-Tarbiyah berasal dari kata rabb
yang berarti; tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga
kelestarian atau eksistensinya.
Dalam
penjelasan lain, kata al-Tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu:
b. Rabiya-Yarba berarti
menjadi besar.
c. Rabba-Yarubbu berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, dan memelihara.
Kata rabb sebagaimana yang terdapat dalam QS.
Al-Fatihah : 2 (alhamdu li Allahi rabb
al-‘alamin) mempunyai kandungan makna yang berkonotasi dengan istilah
al-Tarbiyah[3].
Sebab kata rabb (Tuhan) dan murabbi (pendidik) berasal dari akar
kata yang sama. Berdasarkan hal ini, maka Allah adalah Pendidik Yang Maha Agung
bagi seluruh alam semesta.
Secara
filosofis, proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang
diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam
konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term
al-Tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan[4],
yaitu:
a. memelihara dan
menjaga fitrah anak menjelang dewasa (baligh).
b. mengembangkan
seluruh potensi menuju kesempurnaan.
c. mengembangkan
seluruh fitrah menuju kesempurnaan.
d. melaksanakan
pendidikan secara bertahap.
Penggunaan term
al-Tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan Islam dapat dipahami dengan merujuk
salah satu firman Allah dalam surah Al-Israa ayat 24 yang artinya: Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil”[5].
2. Istilah
al-Ta’lim
Istilah
al-Ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam.
Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibanding dengan
al-Tarbiyah maupun al-Ta’dib.
Firman Allah
yang artinya: “Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu). Kami
telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan
Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”[6].
Kalimat wa yu’allimu hum al-kitab wa al-hikmah
dalam ayat tersebut menjelaskan tentang aktivitas Rasulullah Saw mengajarkan
tilawat al-Quran kepada kaum Muslimin. Menurut Abdul Fattah Jalal, apa yang
dilakukan Rasul bukan hanya sekedar membuat umat Islam bisa membaca, melainkan
membawa kaum Muslimin kepada nilai pendidikan tazkiyah an-nafs (pensucian diri)
dari segala kotoran, sehingga memungkinkannya menerima al-hikmah serta
mempelajari segala yang bermanfaat untuk diketahui. Oleh karena itu, makna
al-Ta’lim tidak hanya terbatas pada pengetahuan lahiriah, akan tetapi mencakup
pengetahuan teoritis, mengulang secara lisan, pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan dalam kehidupan, perintah untuk melaksanakan pengetahuan dan pedoman
untuk berperilaku.
3. Istilah
al-ta’dib
Menurut
al-Attas[7],
istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah al-ta’dib.
Konsepsi ini didasarkan kepada hadist Nabi yang artinya:
“Tuhan telah
mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku”. (HR. al-‘Askary dari Ali r.a)[8].
Hadits tersebut
menggunakan kata addaba yang dimaknai
oleh al-Attas sebagai “mendidik”. Selanjutnya ia mengemukakan, bahwa hadits
tersebut bisa dimaknai kepada Tuhanku telah membuatku mengenali dan membuatku
dengan adab yang dilakukan secara berangsur-angsur ditanamkan-Nya ke dalam
diriku, tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam penciptaan,
sehingga hal itu membimbingku ke arah pengakuan dan pengenalan tempat-Nya yang
tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian, serta sebagai akibatnya Ia telah
membuat pendidikanku yang paling baik.
Dari berbagai
istilah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan dalam perspektif
Islam sangat penting agar manusia senantiasa berjalan ke arah kebaikan dan
terhindar dari kejahatan atau keburukan.
3.
Ruang Lingkup
Pendidikan Islam
Pihak-pihak yang
terlibat sekaligus sebagai ruang
lingkup pendidikan Islam antara lain:
1. Perbuatan Mendidik Itu Sendiri
Perbuatan
mendidik merupakan seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dan sikap yang
dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didik. Atau bisa
juga diartikan : sikap atau tindakan menuntun, membimbing, memberikan
pertolongan dari seorang pendidik kepada anak didik menuju pada tujuan
pendidikan islam. Perbuatan mendidik ini disebut dengan istilah takzib.
2. Anak Didik
Anak didik
merupakan obyek terpenting dalam pendidikan, hal ini disebabkan perbuatan atau
tindakan mendidik itu dilakukan hanyalah untuk membawah anak didik kepada
tujuan pendidikan islam yang dicita - citakan.Dalam pendidikan Islam anak didik
disebut dengan istilah santri, muta'alim, tolib, tilmidz, muhazab.
3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan Pendidikan Islam yaitu landasan
yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam ini
dilakukan. Maksudnya, pelaksanaan pendidikan Islam harus berlandaskan atau
bersumber dari dasar tersebut.
Dalam hal ini
dasar atau sumber pendidikan Islam yaitu arah kemana anak didik ini akan
dibawa. Secara ringkas tujuan pendidikan Islam yaitu ingin membentuk anak didik
menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT dan berkepribadian muslim
4.
Pendidik
Pendidik
merupakan subyek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik memiliki peran
penting untuk berlangsungnya pendidikan[9].
Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap pendidikan Islam.
Pendidik disebut mu'allim, muhazib, ustadz, kyai, ada pula yang menyebutnya mursyid, artinya yang memberikan petunjuk.
Pendidik disebut mu'allim, muhazib, ustadz, kyai, ada pula yang menyebutnya mursyid, artinya yang memberikan petunjuk.
5. Materi Pendidikan Islam
yaitu bahan -
bahan atau pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa
(dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk disampaikan kepada anak didik.
dalam pendidikan Islam materi pendidikan ini disebut muddatuttarbiyah[10].
6. Metode Pendidikan Islam
Metode
pendidikan Islam merupakan cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidik untuk
menyampaikan bahan atau materi kepada anak didik.
Metode disini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan Islam agar materi pendidikan Islam tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. Dalam Pendidikan Islam metode pendidikan ini disebut dengan istilah thariqatut tarbiyah atau thariqatut tahzib.
Metode disini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan Islam agar materi pendidikan Islam tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. Dalam Pendidikan Islam metode pendidikan ini disebut dengan istilah thariqatut tarbiyah atau thariqatut tahzib.
7. Evaluasi
Evaluasi yaitu
memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil
belajar anak didik.
8. Alat-Alat Pendidikan Islam
Alat pendidikan
merupakan sarana prasarana yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan
Islam agar tujuan pendidikan islam tersebut lebih berhasil.
9. Lingkungan Sekitar
Lingkungan
sekitar merupakan suatu keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta
hasil pendidikan Islam.
4.
Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam
Sebagai Disiplin Ilmu
Sebagai
disiplin ilmu, pendidikan Islam bertugas pokok mengilmiahkan wawasan atau
pandangan tentang kependidikan yang terdapat di dalam sumber-sumber pokoknya
dengan bantuan dari pendapat para sahabat dan ulama/ilmuwan muslim.
Dunia ilmu pengetahuan yang akademik telah menetapkan norma-norma,
syarat-syarat dan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu ilmu yang
ilmiah. Persyaratan keilmuwan yang ditetapkan itu nampak terlihat sekuler,
dalam arti bahwa mengilmiahkan suatu pandangan/konsep dalam banyak seginya,
yang melibatkan nilai-nilai ke-Tuhanan dipandang tidak rasional, tapi metafisik
dan tidak dapat dijadikan dasar pemikiran sistematis dan logis. Nilai-nilai
ke-Tuhanan berada di atas nilai keilmiahan dari ilmu pengetahuan.
Sebagai suatu disiplin ilmu, pendidikan Islam merupakan sekumpulan ide-ide dan
konsep-konsep intelektual yang tersusun dan diperkuat melalui pengalaman dan
pengetahuan. Jadi mengalami dan mengetahui merupakan pengokoh awal dari
konseptualisasi itu. Untuk itu Adam diajar nama-nama benda terlebih dahulu
sebagai dasar konseptual bagi pembentukan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian maka ilmu pendidikan Islam dapat dibedakan antara ilmu
pendidikan teoritis dan ilmu pendidikan praktis.
Ada tiga komponen dasar yang harus dibahas dalam teori pendidikan Islam yang
pada gilirannya dapat dibuktikan validitasnya dalam operasionalisasi. Tiga
komponen dasar itu ialah[11]:
- Tujuan pendidikan Islam yang bersifat universal, jadi harus dirumuskan dan ditetapkan secara jelas dan sama bagi seluruh umat Islam.
- Menggunakan metode pendidikan yang berfungsi secara efektif dalam proses pencapaian tujuan pendidikan Islam.
- Irama gerak yang mengandung nilai-nilai Islami, agar tercipta suasana yang harmonis antara metode dan tujuan pendidikan.
Konsepsi Al-Quran tentang ilmu
pengetahuan, tidak membeda-bedakan antara ilmu pengetahuan agama dan umum.
Kedua jenis ilmu pengetahuan itu merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisah-pisahkan, karena semua itu adalah merupakan manifestasi dari ilmu
pengetahuan yang satu yaitu ilmu pengetahuan Allah. Oleh karena itu dalam Islam
tidak dikenal adanya ilmu pengetahuan yang religious dan non-religius (sekuler).
Pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu
telah mempunyai modal dasar yang potensial untuk dikembangkan sehingga mampu
berperan dijantung masyarakat dinamis masa kini dan mendatang. Pendidikan Islam
saat ini masih berada pada garis marjinal masyarakat, belum memegang peran
sentral dalam proses pembudayaan umat manusia dalam arti sepenuhnya. Untuk itu
ilmu pendidikan Islam yang menjadi pedoman opersionalisasi pendidikan Islam
perlu dikembangkan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam dunia
akademik yaitu[12]:
1.
Memiliki objek pembahasan yang jelas
dan khas pendidikan Islami meskipun memerlukan ilmu penunjang dari yang
non-Islami.
2.
Mempunyai wawasan, pandangan, asumsi,
hipotesa, serta teori dalam lingkup kependidikan Islami yang bersumberkan
ajaran Islam.
3.
Memiliki metode analisis yang relevan
dengan kebutuhan perkembangan ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam, beserta
sistem pendekatan yang seirama dengan cocok keislaman sebagai kultur dan
revilasi.
4.
Memiliki struktur keilmuan yang
sistematis mengandung totalitas yang tersusun dari komponen-komponen yang
saling mengembangkan satu sama lain yang menunjukkan kemandiriannya sebagai
ilmu yang bulat
5. Karakteristik
Pendidikan Islam
Karakteristik Pendidikan Islam[13]
adalah :
1.
Robbaniyah, seluruh
aspeknya didasarkan pada nilai robbaniyah dijabarkan dalam Kitabullah dan
Sunnah Rasul-Nya.
2.
Syamilah, pendidikan
dibangun dengan memperhatikan segala aspek dalam kehidupan baik akal, jasad dan
ruh, maupun dalam kerangka hubungan individu dengan masyarakat, alam dan Al
Khaliq, tanpa pemisahan.
3.
Mutakamilah, pendidikan tidak
terbatas pada tempat tertentu. Berlangsung di sekolah, masjid, rumah, di jalan,
di kebun, medan pertempuran bahkan di pasar.
4.
Marhaliyah, seluruh
tabiat alam terjadi secara bertahap, demikian pula perkembangan fisik dan
psikis manusia. Karena itu pendidikan dibangun dengan sifat bertahap dan
mengikuti perkembangan kematangan manusia.
5.
Muruunah, dalam
aplikasi pendidikan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang melatar
belakangi dan melingkupi obyek dan subyek pendidikan, justru dalam rangka
optimalisasi hasil.
6.
Istimroriyah, proses
pendidikan tidak mengenal istilah “Usai”. Setiap individu wajib belajar
sepanjang hayat (Long-Life Education)
7.
Tanmawiyah, memberikan
peluang pembaharuan metode dan gaya penyampaian sejalan dengan penemuan dan
perkembangan ilmu, selama berjalan pada prinsip-prinsip dasar Islam.
8.
Fardhiyah, Islam
mewajibkan setiap individu untuk menuntut ilmu. Implikasinya, berarti
melibatkan semua pihak untuk mempersiapkan segala perangkat, sarana dan
perlengkapan pendidikan sebaik-baiknya.
9.
Tathbiqiyah, pendidikan
bersifat praktis, artinya setiap ilmu yang diperoleh harus berorientasi pada
produktivitas.
10.
Hurriyah, pendidikan
didasarkan pada kebebasan. Islam tidak memaksakan harus belajar apa dan
bagaimana, setiap individu bebas mereguk ilmu apa saja dan sebatas mana saja.
11.
Infitah, pendidikan
berdasar prinsip keterbukaan. Setiap muslim menyerap ilmu dari mana saja, serta
pula mampu memanfaatkan turots (warisan peradaban manusia terdahulu yang
bermanfaat)
12.
Maslahah, pendidikan
dibangun untuk memberikan kemaslahatan ummah, nantinya memberikan kontribusi
dalam pendidikan kesejahteraan, kemakmuran dan peradaban ummah. Oleh karena
itu, pendidikan Islam berorientasi pada nilai manfaat dan mashlahat bagi ummat[14]
[1] Al-Attas, Muhammad Naquib, Konsep Pendidikan dalam Islam, Terj. Haidar Bagir. (Bandung: Mizan,
1994) Hlm. 12.
[2] Departemen
Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya,
(Semarang: PT Thoha Putra Semarang, 2005) Hlm. 404.
[3]Zuhairini, dkk,
Filsafat Pendidikan Islam, Cet. II,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Hlm. 8.
[4]An-Nahlawi,
Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metode
Pendidikan Islam. (Bandung: CV. Diponegoro, 1988) Hlm 13.
[5] Departemen
Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya,
(Semarang: PT Thoha Putra Semarang, 2005) Hlm. 282.
[6] Departemen
Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya,
(Semarang: PT Thoha Putra Semarang, 2005) Hlm. 23.
[7] Al-Attas, Muhammad Naquib, Konsep Pendidikan dalam Islam, Terj. Haidar Bagir. (Bandung: Mizan,
1994) Hlm. 13.
[8] Syeh Abdul
Aziz bin Abdullah bin Badzi. Shohihul
Bukhory. (Cairo: Maktabah At-Taufiqiyah, 1987) Hlm. 345.
[9] Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis Filsafat Pendidikan Islam.
(Jakarta: Ciputat Press, 2005) Hlm 77.
[12] Abdullah,
Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan
Berdasarkan Al-Quran, Cet.III. (Jakarta; Rineka Cipta, 2005) Hlm 98.
[14] Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Cet.III. (Jakarta;
Rineka Cipta, 2005) Hlm 102.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar