Selasa, 09 Oktober 2012

Landasan Sejarah



BAB I
LANDASAN SEJARAH

Sejarah Yaitu; keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep-konsep tertentu. ( Sejarah mencakup segala kejadian dalam alam ini, termasuk hal-hal yang dikembangkan oleh budi daya manusia. Sejarah penuh dengan informasi yang mengandung kejadian-kejadian, model-model, konsep-konsep, teori-teori, praktek-praktek, moral, cita-cita, bentuk dll.)
Sejarah pendidikan merupakan bahan perbandingan untuk memajukan pendidikan suatu bangsa.

  1. SEKILAS SEJARAH PENDIDIKAN DUNIA

Umur sejarah pendidikan dunia sudah panjang; mulai dari zaman Hellenisme, zaman pertengahan (zaman humanisme/renaissance), serta zaman reformasi/ kontra reformasi. Pada zaman ini pendidikan belum banyak memberikan konstribusinya, sehingga tidak banyak yang diuraikan, pendidikan pada zaman ini masih banyak berkiblat pada dunia ide, dunia surga, atau akhirat. Pendidikan zaman ini dikategorikan pendidikan masa kuno.

Pendidikan menuju zaman modern

Pembahasan pendidikan menuju zaman modern ini, ditandai dengan munculnya zaman, paham atau aliran-aliran sebagaimana berikut :

I.        ZAMAN REALISME ( Mulai abad ke- 17 )

Pendidikan mulai menunjukkan eksistensinya sejak zaman Realisme. Zaman realisme ini pendidikan mulai diarahkan kepada dunia dan bersumber dari keadaan di dunia pula.        
Gerakan pada zaman realisme ini didorong oleh berkembangnya “ilmu pengetahuan alam” seperti penemuan-penemuan  baru dalam ilmu falak, tentang planet-planet dan bumi mengitari matahari serta penemuan-penemuan daerah baru dalam mengelilingi dunia. Zaman realisme ini dikatakan zaman kebangkitan ilmu.
Tokoh-tokohnya :
1.    Francis Bacon ( yang mengembangkan methode induktif )
Pendapat Bacon yaitu :
1.    Dalam menemukan dan mengembangkan pengetahuan, pandangan harus diarahkan kepada realita alam ini serta hal-hal praktis yang ada didalamnya.
2.    Alam lingkungan adalah sumber pengetahuan yang bisa didapat lewat alat-alat indra.
3.    Menggunakan metode berfikir induktif.
4.    Bila memungkinkan dapat mengembangkan pengetahuan dengan eksperimen-eksperimen.
5.    Penggunaan bahasa daerah lebih diutamakan.

Prinsip pendidikan yang dikembangkan Bacon adalah sebagai berikut :
1.    Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran sebab mengembangkan semua kemampuan manusia.
2.    Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri.
3.    Penanaman pengertian lebih penting daripada hafalan
4.    Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak
5.    Pelajaran harus diberikan satu per Satu
6.    Pengetahuan diperoleh dengan metode induksi
7.    Semua anak harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar.

2.  Johann Amos Comenius
Tokoh ini terkenal karena bukunya yaitu :
1. Janua Linguarum Reserata ( pintu terbuka bagi bahasa ) th. 1631
2. Didactica Magna ( Buku didaktik yang besar ) th. 1632
3. Orbis Pictus ( Gambar dunia ) th. 1651.

Pandangan Aliran  Realisme:
1.      Anak-anak harus belajar dari alam
2.      Belajar dengan metode induktif
3.      Mementingkan aktifitas
4.      Mengutamakan pengertian
5.      Ekspresi kata untuk menyatakan pengertian menjadi penting
6.      Belajar melalui bahasa ibu
7.      Belajar dibantu oleh gambar
8.      Materi dipelajari satu demi satu dari yang mudah ke yang sukar.
9.      Pelajaran disesuaikan dengan anak
10.  Pendidikan bersifat demokratis yaitu untuk semua anak.

II.      PAHAM RASIONALISME ( Abad ke 18 )
Tokohnya : John Locke
Aliran ini bertujuan memberikan kekuasaan bagi manusia untuk berfikir sendiri dan bertindak untuk dirinya. Karena itu latihan-latihan sangat diperlukan untuk memperkuat akal/ rasio, maka aliran ini juga disebut Disiplinarianisme.
Teorinya yang terkenal adalah teori Tabularasa atau “a blank sheet of paper”; mendidik adalah menulisi kertas putih itu. Manusia tidak mewarisi pengetahuan, tetapi membentuk pengetahuannya sendiri.

Proses belajar menurut John Locke ada 3 langkah :
1.    Mengamati hal-hal yang ada diluar diri manusia
2.    Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan
3.    Berfikir yaitu mengolah bahan-bahan yang telah diperoleh tadi, ditimbang-timbang untuk diri sendiri.

III.     ALIRAN NATURALIS ( abad ke 18 )
Munculnya aliran Naturalis sebagai reaksi terhadap aliran Rasionalis. Tokohnya adalah JJ. Rousseau. Naturalisme menentang kehidupan yang tidak wajar sebagai akibat dari Rasionalisme, seperti gaya hidup yang diperhalus, cara hidup yang dibuat-buat sampai dengan korupsi. Anak-anak dipandang sebagai orang dewasa yang kecil. Naturalisme menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati. Dalam pembaharuan pendidikan Rousseau menulis buku dengan judul Emile.
Menurut Rousseau ada 3 asas mengajar yaitu :
1.    Asas pertumbuhan; pengajaran harus memberikan kesempatan untuk anak-anak bertumbuh secara wajar dengan cara mempekerjakan mereka, sesuai dengan kebutuhan-kebutuhnannya.
2.    Asas aktivitas; melalui bekerja anak-anak akan menjadi aktif, yang akan memberikan pengalaman, yang kemudian akan menjadi pengetahuan mereka.
3.    Asas individualitas; dengan cara menyiapkan pendidikan sesuai dengan individualitas masing-masing anak, sehingga mereka berkembang menurut alamnya sendiri.

IV.    ZAMAN DEVELOPMENTALISME
Penganut aliran ini memandang proses pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa. Karena itu aliran ini disebut juga gerakan psikologis dalam pendidikan. Pendididikan adalah suatu proses perkembangan yang berlangsung dalam setiap individu.
Tokoh aliran ini adalah : Pestalozzi, Johann Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm Frobel di Jerman dan Stanley Hall di AS.

a.    Pestalozzi;
Tujuan pendidikan Pestalozzi adalah meningkatkan derajat social seluruh umat manusia. Untuk mencapai hal itu terlebih dahulu perlu diangkat derajat individu dengan mengembangkan semua aspek individunya yaitu; otak, tangan dan hati mereka. Agar upaya ini berhasil perlu mengetahui hukum-hukum perkembangan anak. Hakaekat pendidikan Pestalozzi; pendidikan bersifat kontinyu, wajar dan spontan.
 Dasar metodenya adalah aktivitas anak yang terdiri dari :
1.    Impression atau pengamatan, bukan saja lewat panca indra, tetapi juga mencakup unsur emosional
2.    Ekspresi dalam bentuk bahasa, benda-benda, bilangan atau hitungan dan moral.

b.    Herbart
Tujuan pendidkannya ialah; membentuk watak susila, melalui pengembangan minat yang seluas-luasnya.
Dasar teori pendidikan Herbart adalah psikologi Asosiasi atau psikologi tanggapan.
Ada 5 langkah dalam proses belajar-mengajar, yaitu:
1.    Persiapan; anak-anak dipersiapkan untuk menerima pelajaran
2.    Presentasi; dimulai dari kongkret agar anak mendapat tanggapan-tanggapan yang jelas terang dan kuat.
3.    Asosiasi; dilakukan dengan cara mengintegrasikan pengetahuan baru dengan yang lama.
4.    Generalisasi; hubungan pengetahuan baru dengan yang lama benar-benar agar membentuk sesuatu yang baru pula dalam benak anak-anak.
5.    Aplikasi; pembentukan pengetahuan-pengetahuan baru itu perlu diuji atau dites, untuk mengetahui apakah anak-anak sudah mampu mengaplikasikan pengetahuan itu apa belum.

c.    Frobel
Kalau Herbart mengembangkan minat yang luas untuk mencapai kesusilaan, maka Frobel mengembangkan semua kapasitas dan kekuatan yang laten pada anak-anak. Frobel yakin anak-anak dilahirkan sudah berbekal potensi-potensi. Tujuan pendidikannya adalah mengembangkan semua potensi itu agar menjadi actual. Perkembangan manusia adalah sama dengan perkembangan alam, mulai dari kuncup menjadi mekar.
Tujuan akhir pendidikan Frobel adalah mencapai integritas diri dengan alam atau kosmos ini, sesuai dengan kehendak Tuhan penciptanya. Manusia perlu dikembangkan agar mencapai kedudukan yang cocok di jagat raya ini.

d.    Stanley Hall.
Tujuan pendidikan Stanley Hall adalah mengembangkan semua kekuatan-kekuatan yang ada sehingga memperoleh kepribadian yang harmonis. Hall berpendapat bahwa kehidupan mental dan kehidupan fisik berjalan parallel. Tingkat-tingkat perkembangan mental anak mengikuti tingkat-tingkat perkembangan mental jenis manusia. Maka untuk dapat mengembangkan mental anak dengan baik, perlu mempelajari perkembangan mental jenis manusia            ( dalam sejarah manusia ).
Isi dan urutan pendidikan disesuaikan dengan tingkat-tingkat perkembangan anak;
1.    Latihan bagian-bagian fisik
2.    Latihan alat-alat indra, dengan memberi kesempatan mengobservasi segala sesuatu dilapangan sampai menimbulkan imajinasi.
3.    Latihan-latihan ingatan untuk mendapatkan kebiasaan-kebiasaan agar bisa mengintegrasikan diri di masyarakat.
4.    Latihan untuk menghargai dan memahami seluruh isi alam dan manusia.

Dari keempat pendapat tokoh pendidik Developmentalisme dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Mengaktualisasi semua potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila dan kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat sosial manusia.
2.    Cara untuk mewujudkan tujuan di atas adalah :
a.   Dengan perkembangan yang dikontrol
b.   Dengan membentuk tanggapan-tanggapan yang jelas sehingga membentuk asosiasi pada jiwa anak.
c.    Dengan mengembangkan insting, menempa anak sebelum kaku.
d.   Melalui impresi indra dan emosional menjadi ekspresi pengetahuan  dan moral.
3.    Pengembangaan itu dilakukan sejalan dengan tingkat-tingkat perkembangan anak.

V.     ZAMAN  NASIONALISME ( Abad 19 )
Paham ini muncul sebagai upaya membentuk patriot-patriot bangsa, mempertahankan bangsa dari imperialis, antara lain perang-perang yang dilakukan oleh Kaisar Napoleon. Asal-usul bangsa di Eropa ini di-mulai dari munculnya orang-orang bebas/ golongan III, yang dimanfaatkan oleh bangsawan menentang kekuasaan gereja. Akhir abad ke-18 negara-negara nasional telah berdiri, dengan persaingan-persaingan dalam industri dan perdagangan. Lalu timbul pula niat untuk mencari daerah lain karena kemakmuran dan kesehatan serta penduduk bertambah, maka terjadilah perang antar-bangsa.
Tokoh-tokoh antara lain : La Chalotais di Perancis, Fighte di Jerman, dan Jefferson di Amerika Serikat. Tujuan pendidikan mereka adalah untuk menjaga, memperkuat dan mempertinggi kedudukan negara. Yang diutamakan adalah :
1.    Pendidikan sekuler
2.    Pendidikan jasmani
3.    Pendidikan kejuruan
Untuk menyukseskan pendidikan tersebut di atas dibutuhkan materi pelajaran sbb;
1.    Bahasa dan kesusastraan nasional
2.    Pendidikan kewarganegaraan
3.    Lagu-lagu kebangsaan
4.    Sejarah negara
5.    Geografi negara
6.    Pendidikan jasmani
Lembaga pendidikan yang berstatus negeri terutama sekolah umum mulai mendominasi sekolah-sekolah swasta. Di beberapa negara muncul wajib belajar. Dan di Jerman oleh Hitler, di Italia oleh Mussolini, dimana pendidikan nasional juga digerakkan di luar sekolah. Akibat negatif pendidikan ini adalah muncul Chaufinisme di Jerman, yaitu kegilaan terhadap tanah air, yang menimbulkan bencana Perang Dunia I.



VI.    ALIRAN LIBERALISME DAN POSITIVISME
  Terjadi pada abad ke-19. Bukti-bukti terjadinya LIBERALISME antara lain; sekolah-sekolah di pakai alat untuk memperkuat kedudukan penguasa pemerintahan. Siapa yang banyak berpengetahuan dialah yang kuasa, yang kemudian mengarah ke Individualisme. Pemerintah yang mayoritas tidak menghiraukan yang minoritas.
Dalam bidang ekonomi; dipelopori Adam Smith, muncul prinsip kemerdekaan untuk berusaha sehingga timbul perusahaan-perusahaan raksasa yang membunuh perusahaan-perusahaan kecil.

Sementara itu POSITIVISME  di bawah             tokohnya August Comte, hanya percaya kepada kebenaran yang dapat diamati oleh panca indra. Akibatnya kepercayaan terhadap agama semakin lemah.

VII.   ALIRAN SOSIAL DALAM PENDIDIKAN
Sebagai reaksi terhadap dampak liberalisme, positivisme dan individualisme, muncul aliran sosial dalam pendidikan pada abad ke-20. Tokohnya yaitu; Paul Natorp dan George Kerschensteiner di Jerman serta John Dewey di Amerika Serikat.
Para tokoh ini berpendapat bahwa masyarakat mempunyai arti yang lebih esensial daripada individu.
1.    Paul Natorp; mengatakan bahwa individu itu ibarat atom-atom, yang tidak mempunyai arti bila tidak berwujud benda. Begitu pula individu sebenarnya tidak ada, sebab individu adalah suatu abstraksi saja dari masyarakat. Karena itu sekolah harus diabdikan kepada tujuan-tujuan sosial.

2.    Bagi George Kerschensteiner; sosial sama dengan anggota masyarakat atau warga negara. Negara adalah bentuk tertinggi kehidupan bersama. Maka tugas yang paling utama bagi manusia adalah :
Ø Melakukan suatu pekerjaan (jabatan-vak).
Ø Bekerja untuk kepentingan orang banyak (mensusilakan jabatan)
Ø Dengan bekerja, orang akan menyempurnakan pergaulan dalam negara.
Untuk merealisasikan tugas di atas Kerschensteiner mendirikan sekolah kerja untuk membentuk :
1.    Watak baik yang mencakup :
a.  Kemauan yang kuat
b.  Perasaan yang halus
c.   Kesanggupan menimbang-nimbang dengan intelek
d.  Kesan-kesan mendalam.
2.    Kemampuan bekerja
Perlengkapan/ wujud sekolahnya antara lain berisi ruang-ruang kerja tertentu, bengkel-bengkel, kebun-kebun, dsb. Pelajaran yang diberikan sebagian bersifat teori dan sebagian lagi bersifat praktek/ bekerja.

3.    John Dewey; terkenal dengan buku-bukunya yakni :
1.    The School and Society (tujuan sosial dan sekolah)
2.    How we think (mengenai alasan-alasan psikologis atas metodiknya).

Dewey berpendapat bahwa segala sesuatu harus ditimbang menurut kegunaan praktisnya bagi kehidupan sosial.
Sedang proses belajar mengajar menurut dia mempunyai dua aspek, yaitu :
a.    Aspek psikologis; pengajaran disesuaikan dengan perkembangan anak. Karena jiwa anak dinamis dan aktif, maka pelajaran harus dapat menyalurkan dinamika mereka dalam bentuk belajar lewat kegiatan-kegiatan tertentu.
b.    Aspek sosiologis; sekolah harus dapat menggantikan peranan sosialisasi keluarga, sebab ibu-ibu banyak yang bekerja. Anak-anak perlu diberi kesempatan belajar sambil bergaul dan bekerja.

Pandangan ketiga tokoh di atas, tentang pendidikan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Masyarakat lebih penting daripada individu.
2.    Yang dicari dan dipelajari adalah kebenaran pragmatis, yaitu yang dapat meningkatkan kehidupan manusia pada umumnya.
3.    Perlu didirikan sekolah kerja dengan perlengkapan-perlengkapan bekerja.
4.    Dengan metode belajar mengaktifkan anak.
5.    Anak-anak belajar sambil bergaul dan bekerja
6.    Tujuan pendidikan adalah membentuk watak susila, paham akan teori-teori, dan dapat bekerja di masyarakat.

VIII. PAHAM AHLI PENDIDIK ABAD KE- 20 YANG LAIN
Ahli pendidik lain yang terkenal pada abad ke-20 adalah : Maria Montesori, Ovide Decroly dan Hellen Parkhurst.

·          Montesori : dikenal  dengan pendidikan bebas, dengan semboyan “mendidik dalam kebebasan untuk kebebasan”. ( anak-anak belajar melalui aktivitas tertentu secara individual).

·          Decroly : dikenal dengan system globalisasi dan pusat-pusat minatnya. Metode global dalam menulis dan membaca, suatu proses belajar berdasarkan pengamatan dan tanggapan. Pusat-pusat minat yang akan menjadi suatu unit belajar, berkisar pada lingkungan dan kebutuhan dasar kehidupan, seperti; makanan, pakaian, perlindungan dan pekerjaan. Pelajaran-pelajaran yang berbentuk unit dijabarkan dari pusat-pusat minat ini.

·          Hellen Parkhurst : dikenal orang dengan nama System Dalton. Pendidikan bersifat individual, boleh memilih sendiri pelajaran-pelajaran yang disenangi untuk didahulukan, berinisiatif sendiri, dan bekerja mengikuti kecepatan sendiri. Pelajaran klasikal hanya untuk membicarakan kesalahan umum, pendidikan jasmani dan seni suara. Tiap-tiap pelajaran memiliki ruang tersendiri dengan guru spesialis. Pelajaran dalam bentuk tugas-tugas bulanan. Setiap tugas dilengkapi dengan buku-buku dan alat-alat yang harus dipakai.

Pandangan ketiga tokoh pendidikan terakhir ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Pendidikan bersifat individual mengikuti masa peka anak masing-masing dengan berbagai alat peraga.
2.    Metode global dalam membaca dan menulis
3.    Pelajaran bersumber dari pusat-pusat minat di sekitar kehidupan manusia.
4.    Pelajaran dalam bentuk tugas-tugas, sebagai cikal bakal pelajaran modul.
5.     

2. SEKILAS SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA

Pendidikan di Indonesia pada zaman sebelum kemerdekaan dapat digolongkan ke dalam tiga periode, yaitu; 1) pendidikan yang berlandaskan ajaran keagamaan; 2) pendidikan yang berlandaskan kepentingan penjajah; 3) pendidikan dalam rangka perjuangan kemerdekaan.
Pendidikan yang berlandaskan ajaran keagamaan meliputi; (1) pendidikan pada zaman keemasan Hindu-Budha yang berlangsung antara abad ke-4 hingga abad ke-16 M.; (2) pendidikan pada masa berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara antara abad ke-13 hingga masa penjajahan Belanda; dan (3) pendidikan Katholik yang dibawa serta oleh penjajah Portugis pada abad ke-16 yang disusul dengan pendidikan Kristen Protestan yang dibawa oleh penjajah Belanda.
Pendidikan yang berlandaskan kepentingan penjajah di Indonesia meliputi empat zaman, yaitu; (1) zaman VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie); (2) zaman kolonial Hindia-Belanda sebelum abad ke-20; (3) zaman kolonial Belanda; (4) zaman pendudukan Jepang.
Pendidikan dalam rangka perjuangan kemerdekaan ditandai oleh munculnya gerakan pendidikan yang dipelopori oleh Muhammadiyah, Perguruan Taman Siswa, INS Kayutanam, Pendidikan Ma’arif, dan perguruan Islam lainnya.
Pada masa awal perkembangannya, pendidikan di Indonesia sangat kental diwarnai oleh pendidikan yang berbasis agama yang meliputi; agama Hindu-Budha, Islam, Katholik dan Kristen Protestan. Pendidikan berbasis ajaran Hindu-Budha berkembang bersamaan dengan masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha. Begitu juga pendidikan berbasis ajaran Islam berkembang sejak berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara yang terus bertahan di masa penjajahan Belanda dengan berdirinya Muhammadiyah, Ma’arif, dan perguruan Islam lainnya.
Pendidikan pada zaman penjajahan Belanda diarahkan untuk kepentingan penjajah melalui penyediaan tenaga-tenaga terdidik dan terampil yang  akan digunakan oleh pemerintah kolonial. Sistem persekolahan didasarkan atas golongan masyarakat dan status sosial. Barulah setelah era yang dikenal Politik Etis, pendidikan lebih “terbuka” bagi orang-orang Indonesia dari luar golongan ningkrat dan china
Meskinpun masa berkuasanya di Indonesia sangat singkat, pemerintah pendudukan Jepang membuat perubahan-perubahan besar dalam pendidikan di Indonesia. Perubahan dimaksud antara lain menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah, membuka akses bagi semua golongan masyarakat untuk memasuki pendidikan, dan mendirikan sekolah menengah umum dan kejuruan serta sekolah tinggi yang masih bertahan pada zaman kemerdekaan.
Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan, ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Mereka membina anak-anak dan para pemuda melalui lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh itu antara lain;
1. Mohamad Syafei
Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS (Indonesisch Nederlandse School) di Sumatra Barat pada tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam. Maksud utama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Dengan berdirinya sekolah ini berarti ia menentang sekolah-sekolah Hindia Belanda yang hanya menyiapkan anak-anak untuk menjadi pegawai-pegawai rendah mereka saja.

2. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta pada tahun 1922, yang sifat, sistem dan metode pendidikannya diringkas ke dalam empat kemasan, yaitu;
a.  Asas Taman Siswa, yaitu:
1.     Kemerdekaan individu untuk mengatur diri sendiri, ini dibatasi oleh kepentingan umum
2.     Kemerdekaan dalam berfikir, mengembangkan perasaan dan kemauan   melakukan sesuatu
3.     Kebudayaan sendiri
4.     Kerakyatan
5.     Hidup mandiri
6.     Hidup sederhana
7.     Mengabdi kepada anak, semua kegiatan yang dilakukan adalah untuk kepentingan perkembangan anak-anak.
Asas Taman Siswa dirumuskan pada tahun 1922 yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah Belanda pada waktu itu.
b.  Panca Darma, yaitu; 1) Kemanusiaan, 2) Kebangsaan, 3) Kebudayaan, 4) Kodrat   alam, dan 5) Kemerdekaan/kebebasan
c.    Adat Istiadat, yaitu berupa peraturan yang tidak tertulis. Adat menurut mereka dapat menghidupkan batin manusia dan dapat mendekatkan jarak antara guru dengan siswa.
d.  Semboyan atau perlambang, yaitu; menurut Dewantara bahwa semboyan bisa secara langsung mempengaruhi hati anak serta dapat dengan mudah mengingatnya.

3. KH. Ahmad Dahlan
     KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi agama Islam di Yogyakarta pada tahun 1912, yang kemudian berkembang menjadi pendidikan agama Islam yang bernama pendidikan Muhammadiyah. Pada pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan diri pada pengembangan agama Islam. Adapun asas pendidikannya adalah Islam, dengan tujuan mewujudkan orang-orang muslim yang berakhlaq mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta negara.

Masa Perjuangan Bangsa

Perjuangan bangsa Indonesia untuk mewujudkan suatu bangsa yang merdeka dan mengisinya agar menjadi jaya adalah panjang sekali. Perjuangan itu di mulai zaman kerajaan-kerajaan sudah dikumandangkan, nilai-nilai keprajuritan sudah ditanamkan, dan semangat membela kerajaan dikobarkan. Walaupun perjuangan ini  sifatnya kedaerahan, namun nilai didik semangat juang itu sudah cukup besar artinya bagi generasi yang mewarisi sejarah itu.
Perjuangan yang bersifat kedaerahan itu kurang banyak memberi manfaat maka diubahlah perjuangannya dengan menggalang persatuan bangsa dengan mendirikan “Budi Utomo” dengan ciri-ciri sebagai berikut; 1) Dasar organisasi adalah kebudayaan, 2) Tujuannya adalah untuk memajukan bangsa Indonesia dalam segala bidang kehidupan, terutama kebudayaan, 3) Pimpinan adalah orang-orang Indonesia yang buka pelajar.
Dan Perjuangan kebangsaan semakin meningkat sejak dilakukannya “Sumpah Pemuda” pada tahun 1928. Dari isi sumpah ini persatuan bangsa Indonesia semakin kuat, karena merasa diikat oleh negara, bangsa dan bahasa yang satu yaitu Indonesia. Demikianlah bangsa Indonesia berjuang terus walaupun banyak rintangan yang menghadangnya.
            Sedang perjuangan bangsa Indonesia dalam zaman penjajahan Jepang tetap berlanjut. Bangsa kita tidak mau diam sebelum cita-cita merdeka tercapai. Walaupun Jepang menguras habis-habisan kekayaan Indonesia, bangsa kita tidak pantang menyerah berkat semangat 45 yang telah berkembang di hati mereka.
            Ada beberapa segi positif pada zaman penajajahan Jepang yang merupakan angin segar bagi para pejuang bangsa, antara lain yaitu;
1.     Jepang memberikan pendidikan militer kepada para pemuda Indonesia, dengan maksud memperkuat pertahanan mereka. Namun pendidikan ini secara tidak langsung memberikan bekal kepada para pejuang bangsa dalam bidang keprajuritan untuk mewujudkan cita-cita merdeka.
2.     Menghapus dualisme pendidikan penjajah Belanda dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi setiap orang. Sehingga bukan hanya kelompok-kelompok tertentu yang dapat menikmati pendidikan, melainkan semua lapisan masyarakat, hal ini tentu menguntungkan para pejuang kita.
3.     Pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstruksikan oleh penjajah Jepang. Bahasa Indonesia mulai dipakai di lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor, dan dalam pegaulan sehari-hari.
Ketiga hal di atas, memberi kemudahan kepada bangsa Indonesia, khususnya para pejuang, untuk merealisasikan Indonesia Merdeka. Dan hal ini menjadi kenyataan pada tanggal 17 Agustus 1945 ketika kemerdekaan Indonesia diproklamirkan.

Masa Membangun.

Setelah Indonesia merdeka, terutama ketika gangguan dan masalah dalam negeri sudah mulai reda, pembangunan untuk mengisi kemerdekaan mulai digerakkan. Pembangunan dilaksanakan serentak pada berbagai bidang, baik spiritual maupun material.
Untuk mencapai maksud tersebut; dalam bidang pendidikan, maka dikembangkan kebijakan “Link and Match”. Konsep keterkaitan dan kepadanan ini dijadikan strategi operasional dalam meningkatkan relevansi pendidikan. Arti konsep ini adalah:
·           Link berati pendidikan memiliki kaitan fungsional dengan kebutuhan pasar. Merupakan implementasi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kelembagaan, koordinasi, pengaturan, perencanaan, dan program kerja.
·           Match berarti lulusan yang mampu memenuhi tuntutan para pemakai baik jenis, jumlah, maupun mutu yang dipersyaratkan. Merupakan dampak outcome serta efisiensi internal dan eksternal.
Disamping kebijakan di atas, inovasi-inovasi pendidikan juga dilaksanakan untuk mencapai sasaran pendidikan yang di inginkan.





                                                             *********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang hebatnya mengaji

Tentang hebatnya mengaji Ilmu Agama laksana air hujan menembus bumi, orang alim yang mengamalkan ilmunya laksana bumi yang subur. Orang yang...