Sabtu, 17 Juni 2017

Al- Hikam 153 - 157

Al-Hikam Pasal 153-157

“Sikap Kita Ketika Dipuji Orang”

الناس يمدحونك لمايظنونه فيك فكن انت ذامّالنفسك لماتعلمه منها

153.”Orang-orang yang memuji padamu disebabkan oleh apa yang mereka sangka yang ada padamu, karena itu engkau harus mencela dirimu, karena apa-apa (aib) yang engkau ketahui pada dirimu”. 

 

Syarah

 Kamu jangan sampai terpengruh/tertipu dengan pujian orang-orang yang tidak mengetahui hakikatnya dirimu, tetapi kamu harus kembali melihat dirimu dengan mencela dirimu sebab perbuatanmu yang terbalik/tidak sama dengan prasangka orang lain pada dirimu.

Maka dari itu Sayyidina Ali berdo’a : “Allohummaj-alnaa khoirom-mimmaa yadhun-nuna,- walaa-tu-aakhidz-naa bimaa yaquuluuna ,- wagh-fir lanaa- maa-laa ya’lmuuna”. (Ya Alloh, jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka, dan jangan Engkau siksa mereka sebab ucapan mereka terhadap diriku, dan ampunilah semua dosaku yang tidak diketahui mereka.)

   Dan siapa yang merasa senang dengan pujian orang lain terhadap dirinya, berarti dia telah memberi kesempatan pada setan untuk masuk dan merusak imannya.

 

الموءمن اذامدح استحيٰى من الله ان يثنى عليه بوصف لايشهده من نفسه

154. “Orang mukmin yang sejati itu ketika dipuji orang, dia malu pada Alloh, karena ia dipuji bukan karena sifat yang ada pada dirinya, tapi dari Alloh”.

 

Syarah

Jadi apabila orang lain memuji dirinya dan meyebut kebaikannya, dia merasa malu kepada Alloh, karena dia merasa tidak mempunyai sifat-sifat yang layak dipuji, sebab ia merasa hanya mendapat karunia Alloh jika ia bisa berbuat sesuatu yang baik, dan bukan dari usaha dan kemampuannya sendiri.

  Seorang salik itu harus tidak percaya dengan pujian orang lain, tetapi dia juga tidak diperintah untuk merobah/menolak supaya orang lain tidak memuji atau berprasangka baik padanya, dia hanya di perintah untuk tidak terpengaruh,dan supaya mendahulukan apa yang diketaui terhadap dirinya sendiri,mengalahkan prasangka orang lain. Yang penting tidak keterlaluan pujiannya, kalau keterlaluan maka harus di tolak.

Rosululloh bersabda : “ Uhtsut-turoba fii-waj-hi mad-daachiin” lempari debu dimuka orang-orang yang memuji-mujimu.

Rosul berkata pada orang yang memuji seseorang dihadapan rosululloh, :Qoto’-ta ‘unuqo shoohibika” kamu telah memotong leher saudaramu.

اجهل الناس من ترك يقين ما عنده لظن ماعند الناس 

155. “sebodoh-bodoh manusia yaitu orang yang meninggalkan(mengbaikan) keyakinan yang sungguh-sungguh ada padanya, karena mengikuti prasangka yang ada pada orang-orang”.

 

Syarah

  Orang yang dipuji orang lain dan terpengaruh dengan pujiannya, dan menganggap baik pada dirinya sendiri, orang seperti ini adalah orang paling bodoh, karena yang yakin ia ketahui yaitu kekurangan-kekurangan dan dosa-dosa yang telah dilakukannya atau rendahnya akhlaqnya dan kelemahan imannya sendiri.

  Al-Harits Al-Muhasiby mengumpamakan pada orang yang senang di puji orang lain, itu bagaikan orang yang senang dengan ejekan orang padanya,; Seumpama ada orang berkata : kotoranmu itu berbau harum,lalu engkau gembira dengan pujian yang demikian, padahal engkau sendiri jijik dan tau berbau busuk. Ketahuilah bahwa kotoran dosa dan jiwa itu lebih busuk dari pada kotoran (tinja) orang.

Seorang Hakim dipuji oleh orang awam/biasa, maka ia menangis, lalu ditanya: kenapa engkau menangis? Padahal orang itu memujimu,.. jawabnya: ia tidak memujiku, melainkan setelah dia mengetahui bahwa yang ada padaku sifat-sifat yang sama dengan sifat-sifatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang hebatnya mengaji

Tentang hebatnya mengaji Ilmu Agama laksana air hujan menembus bumi, orang alim yang mengamalkan ilmunya laksana bumi yang subur. Orang yang...