Sabtu, 23 Juli 2016

PENGARUH PEMIKIRAN FILSAFAT TERHADAP POLA KEHIDUPAN MANUSIA





A.      Pendahuluan
Menurut Bergson, hidup adalah suatu tenaga eksplosif yang telah ada sejak awal dunia yang berkembang dengan melawan penahanan atau pertentangan materi (gerak). Dengan perkembanganya sebafgai gerak keatas, hidup juga mempunyai penahanan gerak ke bawah. Hal ini menyebabkan hidup terbagi-bagi ke arah ayang berbeda.
Dalam latar belakang ini, ketika ada pembagian filsafat, munculah kemungkinan filsafat yang menjelaskan mengenai hidup manusia atau berupa manusia. Jadi, filsafat manusia ini sering disebut dengan antropologia.
Menurut Abbas Hamami dan Koento Wibisono,  pada saat pembangunan sedang digalakkan dengan dukungan ilmu pengengetahuan  Filsafat sebagai Perisai untuk mewujudkan suatu masyarakat yang ideal, yakni masyarakat yang damai, sejahtera, adil dan makmur, baik materi lmaupun spritual.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana ikhtisar pendapat filsafat Antropologi?
2.      Bagaimana keistimewaan manusia?
3.      Bagaimana dengan jiwa manusia?
4.      Bagaimana manusia dan pendidikanya?












C.       Pembahasan
1.      Ikhtisar pendapat filsafat antropologi
Seperti yang tertera dalam ikhtisar pendapat filsafat tersebut, ternyata mengemukakan bahwa manusia itu bukanlah pangkal seluruh sistem, manusia merupakan suatu bagian dari obyek pengendalian filsafat.
Manusia yang menyelidiki suatu permasalahan  yang sedalam-dalamnya, selalu ingin mencari liku-liku kehidupan yang terdapat dalam dirinya sendiri. Ia tentu saja mencari suatu jawaban atas pertanyaan “apakah manusia itu?”. Dengan kata lain dapat ditunjukkan bahwa setiap aliran setiap mempunyai jawaban yang berbeda.
Antara lain aliran tersebut ialah:
a.    Materialisme
Menurut Poedjaunjatna, materialisme merupakan satu-satunya. Artinya bergetarnya sebuah benda itu karena ada yang menggerakkan dan bila itu hilang atau mati, maka benda itu tidak akan bergetar. Sebagai contoh sederhana delmanberjalan karena ada kuda, semakin kencang kuda itu berlari maka roda delman semakin laju. Namun, apabila kuda tersebut mati, maka delman tidak dapat berjalan.
b.    Materialisme belaka
Stoa dan Epikurisme berpendapat bahwa materialisme itu tentu tak punya tempat, sebab masa itu peranan kerohanian amat besar dan hidup manusia terarah pada yang rohanian. Tetapi kemudian setelah ilmu menunjukkan kekuasaan alam dan materialnya, maka minat orang semakin terarah ke kejasmanian daan kemudian pada abad ke-19 munculah aliran materialisme belaka.
Bagi filusuf manusia tak lain dari binatang, binatng tak berjiwa tak bermateria belaka, jadi manusia bermateria belaka. Untuk membuktikannya bahwa yang disebut jiwa itu dalam tindakkanya sebenarnya bergantung kepada materia, sedangkan badan atau materia dapat bertindak tanpa jiwa. Sebagai contoh jantung katak dapat berdenyut diluar badan sedangkan jiwa tak mungkin bertindak jika badanya tak ada.
Jadi kesimpulanya, bahan bergerak sendiri, adapun yang disebut orang pikiran itupun sifat materia, terutama kinerja atau tindakan otak. Dalam segala gerak-geriknya, manusia itu seperti mesin, sekalipun mesin itu ajab, tetapi mesin tetaplah mesin.
c.    Marxisme
Karl Marx daalam hal ini berpendapat bahwa manusia adalah seseorang yang tidak berarti apa-apa, yang berarti itu masyarakat. Artinya yang dimaksud disini ialah manusia hanya berhubungan dengan masyarakat. Adapun masyarakat ini terus berkembang maka perkembangan inilah yang disebut dengan sejarah. Yang menjadi perkembanganya tak lain dengan kekuatan materia yang terdapat pada masyarakat tersebut. Maksud dari kekuata itu ialah kekuatan yang menghasilkan. Adapun kekuatan yang mengasilkan terdorong oleh kemauan untuk hidup. Jadi, kemauan untuk hidup itu keterangan bagi gerak masyarakat. [1]
d.   Idealisme
Idealisme ini kebalikan dari matealisme yaitu kalau pandangan didasarkan atas materia, yang berubah-ubah dan tidak kekal, yang hilang sesudah hidup inu tetap hilang. Maka aliran ini disebut idealisme karena pandangan terhadap manusia terpusat pada umunya yang tidak berubah-ubah, abadi, yang masih terus ada setelah hidup ini habis.
Dalam aliran ini, semuanya membedakan manusia dari binatang, bukanlah manusia itu materia belakang tetapi bukan materian dan bersifat lain dari materia itu. Dapat diakui bahwa manusia ada persamaan dengan dengan binatang, jadi manusia juga mempunyai kebinatangan tetapi yang membedakan bahwa manusia bukanlah dari binatang. Kelainan ini bukanlah perbedaan tingkatan saja, melainkan melainkan jenis keistimewaan manusia.
Menurut pandangan Plato, jiwa manusia itu sudah ada sebelum manusia ada di dunia. Hanya karena suatu hal jiwa itu turun ke dunia dan bersatu dengan badan. Badan dan jiwa tidak merupakan kesatuan dan keseluruhan, malahan jiwa jiwa akan melepaskan diri dari raganya.
e.    Rasionalisme
Menurut Descartes menyatakan bahwa disebut aliran rasionalisme karena aliran ini mementingkan rasio. Dalam rasio terdapat ide-ide dan dengan ide-ide itu orang dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan saran atau masukkan dari luar.
f.     Irrasionalisme
Pada aliran ini mengakui jiwa manusia itu di memandang manusia dari sudut kesusilaan ataupun dari keindahanya. Paragmatisme bukanlah aliran rasionalistis karena sebenarnya mengingkari kemampuan rasio, walaupun pengingkaranya tentang jiwa tidak terlalu terang. Pandangan pragmatisme ialah pandangan filsafat hidup, di situ manusia diakui rasionya tetapi pengetahuan rasionya bukanlah pengetahuan yang lengkap.
Aliran ini menaruh minat terhadap manusia yang sudah kita ketahui, bukan manusia umum atau suatu sudut pandang kemanusiaanya. Melainkan antara manusia dengan situasinya. [2]
2.      Keistimewaan manusia
Dari ikhtisar yang sudah di bahas di atas, banyak pemikiran terhadap manusia dalam usaha untuk menjawab pertanyaan “apakah manusia itu”? Dengan kata lain adakah rohani pada diri manusia, ataukah manusia itu hanya merupakan jasmani.
Dengan tidak memutuskan terlebih dahulu aliran mana yang harus kita ikuti, terlebih dahulu kita selidiki gejala-gejala yang nampak pada manusia.
Kita dapat mengetahui semua itu dari kelainan manusia, melalui:
a.       Tertawa
Manusia maupun binatang pasti mengeluarkan bunyi dari alat-alat  yang di miiki masing-masing karena pengaruh dari luar. Binatang pun semacam itu. Jika pada diri manusia, ia  dapat tersenyum, tertawa ketika ia melihat dan mendengar sesuatu. Manusia tertawa karena ia mengerti dan memahami tentang semua yang di lihatnya misalnya manusia melihat lelucon secara tak sadar ia akan tertawa. Namun yang merasakan hal tersebut bukanlah indera saja melaikan hati sanubari juga bisa merasakan.
Begitu pulakah binatang? Binatang tidak memaparkan pengalaman tertawanya. Yang dapat dikatakan dengan tegas ialah bahwa pada diri manusia ada hubungan antara tertawa dan mengerti, namun pada diri binatang tidak semacam itu.
b.      Bahasa
Seperti yang kita ketahui ada tiga macam bahasa yaitu bahasa isyarat, bahasa bahasa lisan dan bahasa tulisan.
1.      Bahasa isyarat
Bahasa ini terjadi kalau orang memaparkan isi hatinya dengan tanda mengangguk, menggeleng-geleng, gerak tangan, dan lain-lain.
2.      Bahasa lisan
Adapun yang disebut bahasa lisan apabila keluar dengan kata-kata, dan kata-kata itu terdiri dari bunyi. Tiap-tiap bunyi yang dikeluarkan manusia itu merupakan kata-kata dan kata-kata itu merupakan bahasa.
Yang disebut dengan kata ialah suatu bunyi yang mengandung pengertian yang ada isinya serta yang menjadi dasar pertama bagi bahasa lisan. Dengan demikian bahasa lisan akan lebih mudah di mengerti.
Selanjutnya adakah binatang mempunyai bahasa? Memang benar  binatang itu mengeluarkan bunyi, namun adakah bahasa di lingkungan binatang? Kalaupun ada semua manusia tidak akan mengerti dengan bahasa binatang bahkan pengajaranya tergolong sangat susah dan sangat lama sebagai contoh burung beo, seperti yang kita ketahui bahwa burung beo pada awalnya tidak bisa berbicara tapi setelah dilatih dan diajari oleh manusia dengan waktu yang lama maka lama kelamaan  burung beo tersebut akan berbicara. Tetapi bukti tersebut tidak menandakan kalau binatang mempunyai bahasa.



3.      Bahasa tulisan
Bahasa tulisan merupakan cara berkomunikasi antara manusia dengan manusia yang lain melalui sebuah tulisan. [3]
c.       Kebudayaan
Bahasa itu memang suatu alat penting dalam pergaulan manusia satu sama lain. Selain itu manusia selalu memanfaatkan kebudayaan melalui bercocok tanam, membuat alat-alat perumahan, alat-alat peternakan serta alat-alat kesenian dengan hasil yang menakjubkan. Dalam penggunaan alat ini terlihat jelas oleh kita, bahwa manusia da hubungan antara alat dengan apa yang hendak dicapainya. Jadi dalam mempergunakan alatmanusia akan lebih mudah menaklukkan dan menguasai alam atau disebut dengan kebudayaan.
Bagaimanakah dengan halnya dengan bangsa binatang? Binatang kebanyakan menggunakan sesuatu sebagai alat , misalnya burung mempergunakan sarangnya untuk mengatasi kesukaran alam yang mengelilingi dirinya. Tetapi, mengertikah mereka itu, bahwa mereka mempergunakan alat? Mungkin alat  yang di maksud disini adalah usaha untuk melindungi diri dari pengaruh luar.
d.      Kekuasaan manusia terhadap binatang
Diantara makhluk yang hidup di dunia ini manusia terlihat begitu lemah saat ia lahir dari kandungan ibunya. Walaupun demikian, manusia yang lemah ini jika mempergunakan kemampuan yang ada pada dirinya, ia akan ditakuti oleh binatang sekalipun binatang itu besar. Ia ditakuti oleh binatang karena alat-alatnya. Tetapi tidak karena itu saja, manusia mempunyai kekuasaan terhadap binatang namun ia juga mempunyai kewibawaan terhadap binatang yang semu itu menunjukkan suatu keistimewaan yang lain kalau dibandingkan dengan binatang.
e.       Moralitas tanggung jawab
Suatu kelainan yang terdapat pada manusia ialah moralitas. Maksud dengan istilah ini ialah adanya perbuatan baik dan buruk pada tingkah laku manusia. Jika manusia mengerti dengan hal yang baik dan mungkin akan bertindak sesuai dengan yang dianggap baik. Tetapi, mungkin juga ia akan bertindak berlawanan atau buruk maka manusia akan berbuat jahat. [4]
f.       Pengetahuan manusia
Dapat disimpulkan pengetahuan manusia adalah segala sesuatu yang belum diketahui manusia dan setelah ia mencari tau, ia akan menjadi tau. Contohnya Mawar hari kemarin tidak dapat mengerjakan tugas yang di berikan kepada gurunya yakni soal IPA nomor lima, setelah ia diberitahu oleh gurunya di kelas, barulah ia dapat mengerjakan soal itu.
Pada dasarnya pengetahuan mempunyai tiga kriteria, yaitu:
1.                  Adanya suatu sistem gagasan dan pikiran.
2.                  Persesuaian antara gagasan  dengan benda-benda sebenarnya.
3.                  Adanya keyakinan antara persesuaian itu.
Sedangkan pengetahuan menurut  sumbernya ada tiga macam, antara lain:
a.         Pengetahuan langsung
Pengetahuan langsung adalah pengetahuan y ang bersumber dari luar dan dari dalam. Contoh pengetahuan yang bersumber dari luar saat kita melihat api melalui indera kita, sedangkan dari dalam saat kita merasakan perasaan senang, sedih, gembira.
b.         Pengetahuan konklusi
Pengetahuan konklusi ialah pengetahuan yang diperoleh melalui penarikan kesimpulan dari data empirik atau inderawi. Contoh apabila kita tahu bahwa diatas sebuah gunung yang tampak ada kebulan asap, kit tahu kalau ada asap pasti ada api yang menyala. Dengan demikian kita dapat mengambil konklusi bahwa di atas gunung itu ada api yang menyala.
c.         Pengetahuan kesaksian
Pengetahuan kesaksian adalah pengetahuan yang diperoleh melalui kesaksian dari orang lain atau berita orang yang bisa dipercaya. Contoh kita mengetahui adanya Tuhan melalui para Rosul dan kitab-kitabNya. Kita pergi berobat kepada seorang dokter yang kita percayai, ia memberikan resep untuk dibeli di apotek, kita tidak mengetahui secara ilmiah apakah obat itu memang menyembuhkan apa tidak tetapi kita tidak ragu saat membeli dan meminumnya. Kebenaran resep dokter itu kita terima saja sebagai kebenaran dengan keyakinan bahwa obat itu menyembuhkan. [5]
g.      Kehendak manusia
Kehendak manusia adalah keinginan manusia yang baru puas, jika ia mencapai yang baik atau sekurang-kurangnya dianggap baik.
Disini kehendak di bedakan menjadi dua, yaitu:

1.      Budi dan kehendak
Tindakan kehendak ini merupakan penerangan terlebih dahulu terhadap budi. Budi mengatakan bahwa sesuatu adalah baik atau setidaknya dianggap baik. Setelah ada penerangan ini barulah kehendak mencapai untuk melakukan hal yang baik.
2.      Kemerdekaan kehendak
Manusia dengan kehendaknya tidaklah sepenuhnya taat kepada budi itu. Kehendak mungkin selalu memilih sedangkan budi tidak memaksa namun hanya menerangi jika kehendak selalu memilih untuk melakukan kebalikan dari yang diajukan oleh budi sebagai sesuatu yang baik.
Jadi, kemerdekaan kehendak ialah kemungkinan pada manusia dengan kehendaknya memilih yang tidak ditentukan dari luar melainkan pada prinsipnya ia dapat menentukan tindakanya itu sendiri.
Dari uraian mengenai pengetahuan manusia dapat disimpulkan bahwa dengan tindakan yang dilakukan dengan pilihan itu manusia ternyata mengatasi binatang dan hal-hal yang hidup selain manusia. Ia dengan kehendaknya mengatsi kejasmnian namun kehendak manusia pun harus dikatakan tidak jasmani, kehendak manusia itu rohani. Manusia berbudi rohani dan berkehendak bebas, itulah keistimewaanya. [6]
3.      Jiwa manusia
Jiwa manusia merupakan rohani. Badan termasuk jasmani dan apabila rusak maka akhirnya mati. jasmani memiliki bagian-bagian sedangkan jiwa tidak memiliki bagian-bagian. Jiwa tidak akan berubah atau rusak.
Dalam jiwa manusia terdapat dua macam, yaitu:
a.       Prinsip hidup
Prinsip hidup yang rohani ini disebut dengan jiwa, sedangkan prinsip hidup jasmani disebut dengan raga. Prinsip hidup inilah yang menjadi pendukung dan pendorong semua tindakan seperti tindakan berfikir dan tindakan kehendak.
b.      Kesatuan manusia
Kesatuan jiwa dan badan memiliki bermacam-macam tindakan dan memiiki bagian-bagian yang tersendiri. Dengan demikian manusia mempunyai jiwanya sendiri dan jiwa itu datangnya bersamaan dengan awal datangnya manusia.
4.      Manusia dan pendidikanya
Manusia merupakan individu yang selalu ingin membutuhkan bantuan orang lain. Sedangkan pendidikan ialah pertolongan orang dewasa terhadap anak supaya anak itu mecapai kedewasaan yang sepenuhnya.
Maka dalam pendidikan diakui benar perlunya latihan untuk menguatkan kehendak. Maksudnya, kehendak yang bebas itu yang mungkin selalu memilih supaya dibiasakan memilih yang baik. Untuk mencari cara yang mana yang baik ini adalah tugas orang yang mendidik.
Begitu pula sebabnya pendidikan mengatakan bahwa ia akan mengantarkan anak-anak didik untuk mencapai kedewasaan. Maksudnya yang dimaksud dengan kedewasaan ialah dapat menanggung dan bertanggung jawab atas tindakaanya. Manusia yang bertanggung jawab ini ialah manusia yang dapat mengatakan dengan sepenuh keyakinan bahwa tindakan yang dilakukan itu adalah baik dan tindakan ini dilakukan atas pilihanya sendiri atas keyakinan tersebut.[7]

D.      Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, dapat ditarik kesimpulan:
1.      Ikhtisar pendapat filsafat antropologi
Bahwa ini mengemukakan bahwa manusia itu bukanlah pangkal seluruh sistem, manusia merupakan suatu bagian dari obyek pengendalian filsafat.
Aliran ini antara lain:
a.    Materialisme
b.    Materialisme belaka
c.    Marxisme
d.   Idealisme
e.    Rasionalisme
f.     Irrasionalisme
2.      Serta memiliki berbagai keistimewaan, keistimewaan tersebut memiliki kelainan seperti:
a.    Tertawa
b.    Bahasa, bahasa dibedakan menjadi tiga, antara lain:
1.    Bahasa isyarat
2.    Bahasa lisan
3.    Bahasa tulisan
c.    Kebudayaan
d.   Kekuasaan manusia terhadap binatang
e.    Moralitas tanggung jawab
f.     Pengetahuan manusia, yang terdiri dari tiga kriteria, yaitu:
1.      Adanya suatu sistem gagasan dan pikiran.
2.      Persesuaian antara gagasan  dengan benda-benda sebenarnya.
3.        Adanya keyakinan antara persesuaian itu.
     g. Kehendak manusia
Disini kehendak di bedakan menjadi dua, yaitu:
1.    Budi dan kehendak
2.    Kemerdekaan kehendak
3.      Dalam jiwa manusia terdapat dua macam, yaitu:
1.    Prinsip hidup
2.    Kesatuan manusia
4.      Manusia dan pendidikanya Manusia merupakan individu yang selalu ingin membutuhkan bantuan orang lain. Sedangkan pendidikan ialah pertolongan orang dewasa terhadap anak supaya anak itu mecapai kedewasaan yang sepenuhnya.











DAFTAR PUSTAKA

Poedjawijatna, Prof. IR. 1997. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta.
Junaya S. Praja, Prof. DR. 2005. Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana.


[1] Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 164-167.
[2] Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 174-175.
[3] Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 182-184.
[4] Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 186.
[5] Junaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta: Kencana, 2005), 10-11.
[6] Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 196.
[7] Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 199-201.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang hebatnya mengaji

Tentang hebatnya mengaji Ilmu Agama laksana air hujan menembus bumi, orang alim yang mengamalkan ilmunya laksana bumi yang subur. Orang yang...