Jumat, 28 September 2012

Hakekat Pendidikan Islam


HAKEKAT PENDIDIKAN ISLAM
1.       Definisi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Islam. Para ahli pendidikan Islam merumuskan definisi mengenai pendidikan Islam[1], diantaranya:
1.    Omar Mohammad al-Toumy al-Saibany, Pendidikan adalah usaha mengubah tingkah laku individu manusia dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan dalam kehidupan alam sekitarnya melalui proses pendidikan
2.    Muhammad Fadlil al-Jamali, Pendidikan adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar dan kemampuan ajarnya.
3.    Hasan Langgulung, Pendidikan Islam adalah suatu proses spritual, akhlak, intelektual dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan untuk mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.
Dengan demikian pendidikan Islam adalah segala upaya atau proses pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia baik individu maupun sosial untuk mengarahkan potensi baik yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual dan spritual berlandaskan nilai Islam untuk mencapai kehidupan di dunia dan akhirat.
2.    Istilah Pendidikan dalam Islam
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada tiga term yakni; al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim
1.    Istilah al-Tarbiyah
Penggunaan istilah al-Tarbiyah berasal dari kata rabb yang berarti; tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.
Dalam penjelasan lain, kata al-Tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu:
a.       Rabba-Yarbu yang berarti bertambah, tumbuh dan berkembang[2]
b.      Rabiya-Yarba berarti menjadi besar.
c.       Rabba-Yarubbu berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, dan memelihara.
Kata rabb sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Fatihah : 2 (alhamdu li Allahi rabb al-‘alamin) mempunyai kandungan makna yang berkonotasi dengan istilah al-Tarbiyah[3]. Sebab kata rabb (Tuhan) dan murabbi (pendidik) berasal dari akar kata yang sama. Berdasarkan hal ini, maka Allah adalah Pendidik Yang Maha Agung bagi seluruh alam semesta.
Secara filosofis, proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-Tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan[4], yaitu:
a.       memelihara dan menjaga fitrah anak menjelang dewasa (baligh).
b.      mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.
c.       mengembangkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.
d.      melaksanakan pendidikan secara bertahap.
Penggunaan term al-Tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan Islam dapat dipahami dengan merujuk salah satu firman Allah dalam surah Al-Israa ayat 24 yang artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”[5].
2.      Istilah al-Ta’lim
Istilah al-Ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibanding dengan al-Tarbiyah maupun al-Ta’dib.
Firman Allah yang artinya: “Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu). Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”[6].
Kalimat wa yu’allimu hum al-kitab wa al-hikmah dalam ayat tersebut menjelaskan tentang aktivitas Rasulullah Saw mengajarkan tilawat al-Quran kepada kaum Muslimin. Menurut Abdul Fattah Jalal, apa yang dilakukan Rasul bukan hanya sekedar membuat umat Islam bisa membaca, melainkan membawa kaum Muslimin kepada nilai pendidikan tazkiyah an-nafs (pensucian diri) dari segala kotoran, sehingga memungkinkannya menerima al-hikmah serta mempelajari segala yang bermanfaat untuk diketahui. Oleh karena itu, makna al-Ta’lim tidak hanya terbatas pada pengetahuan lahiriah, akan tetapi mencakup pengetahuan teoritis, mengulang secara lisan, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan, perintah untuk melaksanakan pengetahuan dan pedoman untuk berperilaku.
3.      Istilah al-ta’dib
Menurut al-Attas[7], istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah al-ta’dib. Konsepsi ini didasarkan kepada hadist Nabi yang artinya:
“Tuhan telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku”. (HR. al-‘Askary dari Ali r.a)[8].
Hadits tersebut menggunakan kata addaba yang dimaknai oleh al-Attas sebagai “mendidik”. Selanjutnya ia mengemukakan, bahwa hadits tersebut bisa dimaknai kepada Tuhanku telah membuatku mengenali dan membuatku dengan adab yang dilakukan secara berangsur-angsur ditanamkan-Nya ke dalam diriku, tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam penciptaan, sehingga hal itu membimbingku ke arah pengakuan dan pengenalan tempat-Nya yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian, serta sebagai akibatnya Ia telah membuat pendidikanku yang paling baik.
Dari berbagai istilah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Pendidikan dalam perspektif Islam sangat penting agar manusia senantiasa berjalan ke arah kebaikan dan terhindar dari kejahatan atau keburukan.
3.    Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Pihak-pihak yang terlibat sekaligus sebagai ruang lingkup pendidikan Islam antara lain:
1.    Perbuatan Mendidik Itu Sendiri
Perbuatan mendidik merupakan seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didik. Atau bisa juga diartikan : sikap atau tindakan menuntun, membimbing, memberikan pertolongan dari seorang pendidik kepada anak didik menuju pada tujuan pendidikan islam. Perbuatan mendidik ini disebut dengan istilah takzib.
2.    Anak Didik
Anak didik merupakan obyek terpenting dalam pendidikan, hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu dilakukan hanyalah untuk membawah anak didik kepada tujuan pendidikan islam yang dicita - citakan.Dalam pendidikan Islam anak didik disebut dengan istilah santri, muta'alim, tolib, tilmidz, muhazab.
3.    Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan Pendidikan Islam yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam ini dilakukan. Maksudnya, pelaksanaan pendidikan Islam harus berlandaskan atau bersumber dari dasar tersebut.
Dalam hal ini dasar atau sumber pendidikan Islam yaitu arah kemana anak didik ini akan dibawa. Secara ringkas tujuan pendidikan Islam yaitu ingin membentuk anak didik menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT dan berkepribadian muslim
4.    Pendidik
Pendidik merupakan subyek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik memiliki peran penting untuk berlangsungnya pendidikan[9]. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap pendidikan Islam.
Pendidik disebut mu'allim, muhazib, ustadz, kyai, ada pula yang menyebutnya mursyid, artinya yang memberikan petunjuk.
5.    Materi Pendidikan Islam
yaitu bahan - bahan atau pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk disampaikan kepada anak didik. dalam pendidikan Islam materi pendidikan ini disebut muddatuttarbiyah[10].
6.      Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan Islam merupakan cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan bahan atau materi kepada anak didik.
Metode disini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan Islam agar materi pendidikan Islam tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. Dalam Pendidikan Islam metode pendidikan ini disebut dengan istilah thariqatut tarbiyah atau thariqatut tahzib.
7.      Evaluasi
Evaluasi yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik.
8.      Alat-Alat Pendidikan Islam
Alat pendidikan merupakan sarana prasarana yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan islam tersebut lebih berhasil.
9.      Lingkungan Sekitar
Lingkungan sekitar merupakan suatu keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam.
4.      Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam Sebagai Disiplin Ilmu
Sebagai disiplin ilmu, pendidikan Islam bertugas pokok mengilmiahkan wawasan atau pandangan tentang kependidikan yang terdapat di dalam sumber-sumber pokoknya dengan bantuan dari pendapat para sahabat dan ulama/ilmuwan muslim.
            Dunia ilmu pengetahuan yang akademik telah menetapkan norma-norma, syarat-syarat dan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu ilmu yang ilmiah. Persyaratan keilmuwan yang ditetapkan itu nampak terlihat sekuler, dalam arti bahwa mengilmiahkan suatu pandangan/konsep dalam banyak seginya, yang melibatkan nilai-nilai ke-Tuhanan dipandang tidak rasional, tapi metafisik dan tidak dapat dijadikan dasar pemikiran sistematis dan logis. Nilai-nilai ke-Tuhanan berada di atas nilai keilmiahan dari ilmu pengetahuan.
            Sebagai suatu disiplin ilmu, pendidikan Islam merupakan sekumpulan ide-ide dan konsep-konsep intelektual yang tersusun dan diperkuat melalui pengalaman dan pengetahuan. Jadi mengalami dan mengetahui merupakan pengokoh awal dari konseptualisasi itu. Untuk itu Adam diajar nama-nama benda terlebih dahulu sebagai dasar konseptual bagi pembentukan ilmu pengetahuan.
            Dengan demikian maka ilmu pendidikan Islam dapat dibedakan antara ilmu pendidikan teoritis dan ilmu pendidikan praktis.
            Ada tiga komponen dasar yang harus dibahas dalam teori pendidikan Islam yang pada gilirannya dapat dibuktikan validitasnya dalam operasionalisasi. Tiga komponen dasar itu ialah[11]:
  1. Tujuan pendidikan Islam yang bersifat universal, jadi harus dirumuskan dan ditetapkan secara jelas dan sama bagi seluruh umat Islam.
  2. Menggunakan metode pendidikan yang berfungsi secara efektif dalam proses pencapaian tujuan pendidikan Islam.
  3. Irama gerak yang mengandung nilai-nilai Islami, agar tercipta suasana yang harmonis antara metode dan tujuan pendidikan.
Konsepsi Al-Quran tentang ilmu pengetahuan, tidak membeda-bedakan antara ilmu pengetahuan agama dan umum. Kedua jenis ilmu pengetahuan itu merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, karena semua itu adalah merupakan manifestasi dari  ilmu pengetahuan yang satu yaitu ilmu pengetahuan Allah. Oleh karena itu dalam Islam tidak dikenal adanya ilmu pengetahuan yang religious dan non-religius (sekuler).
Pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu telah mempunyai modal dasar yang potensial untuk dikembangkan sehingga mampu berperan dijantung masyarakat dinamis masa kini dan mendatang. Pendidikan Islam saat ini masih berada pada garis marjinal masyarakat, belum memegang peran sentral dalam proses pembudayaan umat manusia dalam arti sepenuhnya. Untuk itu ilmu pendidikan Islam yang menjadi pedoman opersionalisasi pendidikan Islam perlu dikembangkan sesuai dengan  persyaratan yang ditetapkan dalam dunia akademik yaitu[12]:
1.    Memiliki objek pembahasan yang jelas dan khas pendidikan Islami meskipun memerlukan ilmu penunjang dari yang non-Islami.
2.    Mempunyai wawasan, pandangan, asumsi, hipotesa, serta teori dalam lingkup kependidikan Islami yang bersumberkan ajaran Islam.
3.    Memiliki metode analisis yang relevan dengan kebutuhan perkembangan ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam, beserta sistem pendekatan yang seirama dengan cocok keislaman sebagai kultur dan revilasi.
4.    Memiliki struktur keilmuan yang sistematis mengandung totalitas yang tersusun dari komponen-komponen yang saling mengembangkan satu sama lain yang menunjukkan kemandiriannya sebagai ilmu yang bulat
5.      Karakteristik Pendidikan Islam
Karakteristik Pendidikan Islam[13] adalah :
1.         Robbaniyah, seluruh aspeknya didasarkan pada nilai robbaniyah dijabarkan dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.
2.         Syamilah, pendidikan dibangun dengan memperhatikan segala aspek dalam kehidupan baik akal, jasad dan ruh, maupun dalam kerangka hubungan individu dengan masyarakat, alam dan Al Khaliq, tanpa pemisahan.
3.         Mutakamilah, pendidikan tidak terbatas pada tempat tertentu. Berlangsung di sekolah, masjid, rumah, di jalan, di kebun, medan pertempuran bahkan di pasar.
4.          Marhaliyah, seluruh tabiat alam terjadi secara bertahap, demikian pula perkembangan fisik dan psikis manusia. Karena itu pendidikan dibangun dengan sifat bertahap dan mengikuti perkembangan kematangan manusia.
5.         Muruunah, dalam aplikasi pendidikan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang melatar belakangi dan melingkupi obyek dan subyek pendidikan, justru dalam rangka optimalisasi hasil.
6.         Istimroriyah, proses pendidikan tidak mengenal istilah “Usai”. Setiap individu wajib belajar sepanjang hayat (Long-Life Education)
7.         Tanmawiyah, memberikan peluang pembaharuan metode dan gaya penyampaian sejalan dengan penemuan dan perkembangan ilmu, selama berjalan pada prinsip-prinsip dasar Islam.
8.         Fardhiyah, Islam mewajibkan setiap individu untuk menuntut ilmu. Implikasinya, berarti melibatkan semua pihak untuk mempersiapkan segala perangkat, sarana dan perlengkapan pendidikan sebaik-baiknya.
9.         Tathbiqiyah, pendidikan bersifat praktis, artinya setiap ilmu yang diperoleh harus berorientasi pada produktivitas.
10.     Hurriyah, pendidikan didasarkan pada kebebasan. Islam tidak memaksakan harus belajar apa dan bagaimana, setiap individu bebas mereguk ilmu apa saja dan sebatas mana saja.
11.     Infitah, pendidikan berdasar prinsip keterbukaan. Setiap muslim menyerap ilmu dari mana saja, serta pula mampu memanfaatkan turots (warisan peradaban manusia terdahulu yang bermanfaat)
12.     Maslahah, pendidikan dibangun untuk memberikan kemaslahatan ummah, nantinya memberikan kontribusi dalam pendidikan kesejahteraan, kemakmuran dan peradaban ummah. Oleh karena itu, pendidikan Islam berorientasi pada nilai manfaat dan mashlahat bagi ummat[14]




[1] Al-Attas, Muhammad Naquib, Konsep Pendidikan dalam Islam, Terj. Haidar Bagir. (Bandung: Mizan, 1994) Hlm. 12.
[2] Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT Thoha Putra Semarang, 2005) Hlm. 404.
[3]Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. II, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Hlm. 8.
[4]An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam. (Bandung: CV. Diponegoro, 1988) Hlm 13.
[5] Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT Thoha Putra Semarang, 2005) Hlm. 282.
[6] Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT Thoha Putra Semarang, 2005) Hlm. 23.
[7] Al-Attas, Muhammad Naquib, Konsep Pendidikan dalam Islam, Terj. Haidar Bagir. (Bandung: Mizan, 1994) Hlm. 13.
[8] Syeh Abdul Aziz bin Abdullah bin Badzi. Shohihul Bukhory. (Cairo: Maktabah At-Taufiqiyah, 1987) Hlm. 345.
[9] Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Press, 2005) Hlm 77.
[10] Langgulung, Hasan, Azas-Azas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1992) Hlm 64.
[11] Ibid. 89.
[12] Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Cet.III. (Jakarta; Rineka Cipta, 2005) Hlm 98.
[13] Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. II, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Hlm 132.
[14] Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Cet.III. (Jakarta; Rineka Cipta, 2005) Hlm 102.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang hebatnya mengaji

Tentang hebatnya mengaji Ilmu Agama laksana air hujan menembus bumi, orang alim yang mengamalkan ilmunya laksana bumi yang subur. Orang yang...