Rabu, 05 September 2012

Pendidikan Seumur hidup


Pendidikan Seumur Hidup
A.    Pengertian Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan seumur hidup atau Life Long Education adalah makna yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian, sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagi para pendidik di negeri ini.
Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama kelas, bukan itu yang dimaksud. Paradigm belajar seperti ini harus segera kita rubah. Peengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal.
Pendidikan seumur hidup didefinisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisasiannya dan pengstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia dari usia yang paling muda sampai usia yang paling tua.[1]

B.    Tujuan Pendidikan Seumur Hidup
Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup:
1.    Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaharuan seoptimal mungkin.
2.    Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup.[2]

C.   Pendidikan Seumur Hidup Dalam Berbagai Perspektif
1.    Tinjauan Ideologis
Setiap manusia hidup mempunyai hak asasi yang sama dalam pengembangan diri, untuk mendapatkan pendidikan seumur hidup untuk peningkatan pengetahuan ketrampilan hidup.
2.    Tinjauan ekonomis
Pendidikan seumur hidup dalam tinjauan ekonomi memungkinkan seseorang untuk:
a.    Meningkatkan produktifitasnya
b.    Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya
c.    Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang sehat dan menyenangkan.
d.    Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak secara tepat.
3.    Tinjauan Sosiologis
Pendidikan seumur hidup yang dilakukan oleh orang tua merupakan solusi untuk memecahkan masalah pendidikan. Dengan orang tua bersekolah, maka anak-anak mereka juga bersekolah.
4.    Tinjauan Filosofis
Pendidikan seumur hidup secara filosofi akan memberikan dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
5.    Tinjauan Teknologis
Semakin maju jaman semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologinya, maka pendidikan seumur hidup akan semakin mudah dan sebaliknya.
6.    Tinjauan Psikologis dan Paedagogis
Pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup yang disebut development.[3]
D.   Implikasi konsep pendidikan seumur hidup pada program-program pendidikan:
1.    Pendidikan baca tulis fungsional yaitu:
2.    Pendidikan vokasional adalah program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar batas usia.
3.    Pendidikan professional adalah pendidikan dalam upaya mencetak golongan professional yang mampu mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan.
4.    Pendidikan kearah perubahan dan pembangunan adalah pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia mereka, agar mereka mampu mengikuti perubahan social dan pembangunan.
5.    Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik adalah pendidikan dalam upaya penguasaan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga Negara.
6.    Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang.[4]
E.    Strategi pendidikan seumur hidup
1.    Konsep-konsep kunci pendidikan seumur hidup
a.    Konsep pendidikan seumur hidup
Pendidikan seumur hidup diartikan sebgai tujuan dan pengalaman-pengalaman pendidikan. Hal ini berarti pendidikan akan meliputi seluruh rentang usia.
b.    Konsep belajar seumur hidup
Istilah belajar ini merupakan kegiatan yang dikelola walaupun tanpa organisasi sekolah.
c.    Konsep pelajar seumur hidup
Untuk mengatasi problematika, perlu adanya system pendidikan yang bertujuan untuk membantu perkembangan orang-orang yang beradaptasi dengan mereka seumur hidup.
d.    Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup
Kurikulum harus didesain atas dasar asas pendidikan seumur hidup, merupakan kurikulum yang praktis untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.    Arah pendidikan seumur hidup
Pada umumnya pendidikan seumur hidup, diarahkan pada orang-orang dewasa dan pada anak-anak dalam rangka menambah pengetahuan dan ketrampilan mereka yang sangat dibutuhkan dalam hidup.[5]
F.    Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformaal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya piker, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap- tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu: tujuan utama untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas. Tujuan penyerta yaitu untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) disekolah.
Tipe belajar berkaitan dengan pemikiran, konsep, informasi, dan pilihan seseorang yang diekspresikan melalui cara belajar. Mengenali berbagai tpe belajar anak akan sangat membantu keberhasilan anak dalam belajar. Tipe-tipe belajar anak pada umumnya terdiri dari:

1.    Pelajar Visual (Visual Learner)
Anak yang termasuk ke dalam pembelajar visual biasanya cepat menyerap informasi dari fenomena yang dapat dilihat dan diobservasi.
2.    Pelajar Auditori (Auditory Learner)
Pelajar auditori pada umumnya dapat dengan  mudah menyerab informasi dengan cara mendengarkan.
3.    Pelajar Taktil/ Kinestetik (Tactile/ Kinesthetic Learner)
Pelajar taktil biasanya dapat menyerap informasi dengan cara merasakan fenomena melalui sentuhan.
4.    Pelajar Global (Global Learner)
Anak tipe pelajar global lebih tertarik untuk melihat hasil akhir. Ia akan tertarik pada bentuk yang sesungguhnya sebelum menyelidiki bagian-bagian yang lebih rinci.
Rentang anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No. 20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa Negara PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.

G.   Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
1.    Infant (0-1 tahun)
2.    Toddler (2-3 tahun)
3.    Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
4.    Early Primary Ashool (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

H.   Satuan Pendidikan Penyelenggara
1.    Taman kanak-kanak (TK)
2.    Raudatul Athfal (RA)
3.    Bustanul Athfal (BA)
4.    Kelompok Bermain (KB)
5.    Taman Penitipan Anak (TPA)
6.    Satuan PAUD Sejenis (SPS)
7.    Sekolah Dasar Kelas Awal (kelas 1,2,3)
8.    Bina Keluarga Balita
9.    Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
10.  Keluarga
11.  Lingkungan.

I.      Prinsip-prinsip Belajar Pada Anak Usia Dini
Keberhasilan suatu proses pembelajaran pada anak usia dini akan secara optimal apabila didasarkan pada prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
1.    Berangkat dari yang dibawa anak.
2.    Belajar harus memandang pemahaman anak.
3.    Belajar dilakukan sambil bermain.
4.    Menggunakan alat sebagai sarana pembelajaran.
5.    Belajar dilakukan melalui sensori.
6.    Belajar membekali ketrampilan hidup.
7.    Belajar sambil melakukan.

J.    Unsure-unsur Yang Mempengaruhi Belajar Anak
1.    Unsure Lingkungan
Unsure lingkungan yang mempengaruhi terhadap tipe belajar anak antara lain adalah suara, cahaya, suhu dan desain kelas.
2.    Unsure Sosial
Unsure social merupakan kondisi yang memungkinkan anak dapat melakukan kerja sama dengan anak laninnya.
3.    Unsure Emosi
Unsure emosi berkaitan dengan motivasi anak untuk melakukan sesuatu.
4.    Unsure Fisik
Unsure fisik adalah kesiapan fisik anak untuk melakukan sesuatu untuk belajar. Kesiapan fisik ini berkaitan dengan kecukupan tidur malam, makan dan minum, istirhat siang hari, dan aktifitas yang dilakukan.



Daftar Pustaka
Tirtahardja, Umar dan S.L.La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Ruswandi, Uus dkk. 2009. Landasan Pendidikan. Bandung: CV Insan Mandiri
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Al Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.Jakarta: PT Raja GR Afindopersada



[1]  Tirtahardja, Umar dan S. L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
[2] Tirtahardja, Umar dan S. L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
[3] Ruswandi, Uus dkk, 2009. Landasan Pendidikan.Bandung: CV Insan Mandiri
[4] Al Hasbullah.2006. dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja GR Afindopersada
[5] Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati.2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang hebatnya mengaji

Tentang hebatnya mengaji Ilmu Agama laksana air hujan menembus bumi, orang alim yang mengamalkan ilmunya laksana bumi yang subur. Orang yang...