Rabu, 05 September 2012

Pendidikan seumur hidup


Pendidikan Seumur Hidup

A.    Pengertian Pendidikan Seumur Hidup    
Pada prinsipnya pendidikan adalah usaha memanusiakan manusia.[1] Pendidikan adalah factor pendorong untuk mempercepat perubahan struktur ekonomi dan ketenagakerjaan[2]     
“Pendidikan Seumur Hidup”/”Life-Long Education” (bukan “long life education”) adalah makna yang seharusnya benar-benar terkonsepsikan secara jelas serta komprehensif dan dibuktikan dalam pengertian, dalam sikap, perilaku dan dalam penerapan terutama bagi para pendidik di negeri kita.
Pendidikan seumur hidup atau belajar seumur hidup bukan berarti kita harus terus sekolah sepanjang hidup kita. Sekolah banyak diartikan oleh masyarakat sebagai tugas belajar yang terperangkap dalam sebuah “ruang” yang bernama kelas, bukan itu yang dimaksud. Paradigma belajar seperti ini harus segera kita rubah. Pengertian belajar bukan hanya berada dalam ruangan tapi belajar disemua tempat, semua situasi dan semua hal.
Pendidikan seumur hidup bersifat holistik, sedangkan pengajaran bersifat spesialistik, terutama pengajaran yang terpilih dan terinferensikan dalam pelbagai bentuk kelembagaan belajar.[3]



B.     Konsep Pendidikan Seumur Hidup
Asas pendidikan seumur hidup merumuskan bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinue yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Menurut GBHN 1978 dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Sehingga pendidikan seumur hidup merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Secara yuridis formal konsepsi pendidikan seumur hidup dituangkan dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973 jo Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN, dengan prinsip-prinsip pembangunan nasional:
1. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang).
2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
Konsepsi manusia Indonesia seutuhnya merupakan konsepsi dasar tujuan pendidikan nasional (UU Nomor 2 tahun 1989 Pasal 4, yakni pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
C. Tujuan Pendidikan Seumur Hidup
Tujuan pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup:
1. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaruannya seoptimal mungkin.
2. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup.

D. Pendidikan Seumur Hidup dalam Berbagai Perspektif
Dasar-dasar Pemikiran Long Life Education
1.Tinjauan Ideologis
Setiap manusia hidup mempunyai hak asasi yang sama dalam hal pengembangan diri, untuk mendapatkan pendidikan seumur hidup untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan hidup.
2. Tinjauan Ekonomis
Pendidikan seumur hidup dalam tinjauan ekonomi memungkinkan seseorang untuk:
a. Meningkatkan produktivitasnya
b. Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya
c. Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang sehat dan menyenangkan
d. Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak secara tepat
3. Tinjauan sosiologis
Pendidikan seumur hidup yang dilakukan oleh orang tua merupakan solusi untuk memecahkan masalah pendidikan. Dengan orang tua bersekolah maka anak-anak mereka juga bersekolah.
4. Tinjauan Filosofis
Pendidikan seumur hidup secara filosofi akan memberikan dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Tinjauan Teknologis
Semakin maju zaman semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologinya. Dengan teknologi maka pendidikan seumur hidup akan semakin mudah. Begitupula sebaliknya.


6. Tinjauan Psikologis dan Paedagogis
Pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup yang disebut development. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.
E. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup pada Program-Program Pendidikan
           Implikasi diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
Menurut W.P Guruge dalam buku “Toward Better Educational Managemen”, implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan adalah:
1. Pendidikan baca tulis fungsional Pendidikan baca tulis sangatlah penting bagi masyarakat, baik negara maju maupun negara berkembang. Realisasi baca tulis fungsional memuat :
a. Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak didik.
b. Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya tersebut.
2. Pendidikan Vokasional
Pendidikan vokasional sebagai program pendidikan di luar sekolah bagi anak di luar batas usia sekolah atau sebagai program pendidikan formal dan non formal dalam rangka ‘apprentice ship training merupakan salah satu program dalam pendidikan seumur hidup. Namun pendidikan vokasional tidak boleh dipandang sebagai jalan pintas tetapi tetap dilaksanakan secara kontinu.
3. Pendidikan Professional
Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup, dalam tiap profesi hendaklah tercipta built in mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi, dan sikap profesionalnya.
4. Pendidikan Kearah Perubahan dan Pembangunan
            Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari asas pendidikan seumur hidup.
5. Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik Pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik perlu diberikan dalam pendidikan seumur hidup bagi kehidupan berbangsa dan bernegara baik menjadi rakyat maupun pimpinan.

6. Pendidikan Cultural dan Pengisian Waktu Senggang
Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang perlu diberikan secara konstruktif sebagai bagian konsep long life education. Dengan cara ini waktu senggang dapat dimanfaatkan berbasis budaya yang baik sehingga pendidikan seumur hidup dapat berjalan menyenangkan.
F. Beberapa Kepentingan Pendidikan Seumur Hidup
Perlunya pendidikan seumur hidup dalam beberapa hal:
1.Pertimbangan Ekonomi
Menurut pandangan tokoh pendidikan seumur hidup, pembentukan sistem pendidikan berfungsi sebagai basic untuk memperoleh ketrampilan ekonomis berharga dan menguntungkan. Tidak berarti mereka menekankan bahwa pendidikan seumur hidup akan dapat meningkatkan produktivitas pekerja dan akan meningkatkan keuntungan, tapi hal terpenting adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, memperbesar pemenuhan diri, melepaskan dari kebodohan, kemiskinan, dan eksplorasi.
2. Keadilan
Keadilan dalam memperoleh pendidikan seumur hidup diusahakan oleh pemerintah. Dalam konteks keadilan pendidikan seumur hidup pada prinsipnya bertujuan untuk mengeliminasi pesanan sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan.
3. Faktor Peranan Keluarga
Coleman dalam Review of Educational Research mengemukakan keluarga berfungsi sebagai sentral sumber pendidikan pada waktu silam. Pendidikan seumur hidup dapat melengkapi kerangka organisasi yang memungkinkan pendidikan mengambil alih tugas yang dulunya ditangani keluarga.
Dalam masalah ini harus diperhatikan bahwa penekanan peranan pendidikn seumur hidup sebagai pembantu keluarga, berarti akan memperluas sistem pendidikan agar dapat menjangkau anak-anak awal dan orang dewasa.
4. Faktor Perubahan Peranan Sosial
Pendidikan seumur hidup harus berisi elemen penting yang kuat dan memainkan peranan sosial yang amat beragam untuk mempermudah individu melakukan penyesuaian terhadap perubahan hubungan antara mereka atau oranglain.
5. Perubahan Teknologi
Pertumbuhan teknologi menyebabkan peningkatan penyediaan informasi yang berakibat pada meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya angka kematian. Semakin banyaknya tersedia kekayaan materi yang berakibat kemudiaan dan materialisme menjiwai nilai-nilai budaya dan spiritual serta berakibat pula kerenggangan dan keterasingan manusia satu dengan lainnya.
6. Faktor Vocational Pendidikan
Vocational diberikan untuk mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal, trampil untuk menghadapi tantangan masa depan. Kebutuhan-kebutuhan orang dewasa mengalami efek cepatnya perubahan dalam bidang ketrampilan yang mereka miliki, maka diupayakan sistem pendidikan yang mampu mendidik orang dewasa.
Secara radikal perubahan pandangan mengenai kapan seseorang harus disekolahkan dan sekolah apa yang dalam hal ini memerlukan politik pendidikan seumur hidup.


7. Kebutuhan Anak-anak Awal
 Para ahli mengakui bahwa masa anak-anak awal merupakan fase perkembangan yang mempunyai karakteristik tersendiri bukan semata-mata masa penantian untuk memasuki periode anak-anak, remaja dan dewasa.
Masa anak-anak awal merupakan basis untuk perkembangan kejiwaan selanjutnya meksipun dalam tingkat tertentu pengalaman-pengalaman yang datang belakangan dapat memodifikasi perkembangan yang pondasinya sudah diletakkan oleh pengalaman sebelumnya.
G. Strategi Pendidikan Seumur Hidup
Menurut Prof. Soelaiman Joesoef strategi dalam rangka pendidikan seumur hidup :
1. Konsep-konsep Kunci Pendidikan Seumur Hidup:
a. Konsep Pendidikan Seumur Hidup itu Sendiri
Pendidikan seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan, yang meliputi seluruh rentangan usia.
b. Konsep Belajar Seumur Hidup
Konsep ini menyatakan bahwa pelajar belajar karena respon terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar. Belajar menunjukkan kegiatan yang dikelola walaupun tanpa organisasi sekolah dan kegiatan ini justru mengarah pada penyelenggaraan asas pendidikan seumur hidup.
c. Konsep Metode Belajar Seumur Hidup
Sistem pendidikan (metode belajar) bertujuan membantu perkembangan orang-orang secara sadar dan sistematik respons untuk beradaptasi dengan lingkungan seumur hidup.


d. Kurikulum yang Membantu Pendidikan Seumur Hidup
Kurikulum dirancang atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup yang praktis untuk mencapai pendidikan dan mengimplementasi prinsip-prinsip pendidikan seumur hidup.
2. Arah Pendidikan Seumur Hidup.
a. Pendidikan seumur hidup kepada orang dewasa Pemuda atau orang dewasa memerlukan pendidikan seumur hidup dalam rangka pemenuhan self interest yang merupakan tuntutan hidup mereka self interest antara lain : kebutuhan baca tulis, latihan dan ketrampilan.
b. Pendidikan seumur hidup bagi anak Pendidikan seumur hidup bagi anak merupakan hal yang sangat penting karena anak akan menjadi tempat awal bagi orang dewasa nantinya.
Program kegiatan yang disusun buat anak antara lain : kecakapan baca tulis, ketrampilan dasar dan mempertinggi daya pikir anak sehingga memungkinkan anak terbiasa belajar berpikir kritis dan mempunyai pandangan kehidupan yang dicita-citakan.[4] 
Pieget sebagai tokoh peneliti perkembangan kognitif sesungguhnya tidak mengemukakakan penahapan berdasarkan umur. Penahapan perkembangan kognitif yang didasarkan atas umur dilakukan oleh gisburg dan opper (dirgagunarsa, 1981: 123) adapun tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut adalah:
1.      Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun)
2.      Tahap Praoprasional ( usia 2-7 tahun)
3.      Tahap Kongkrit Oprasional ( usia 7-11 tahun), dan
4.      Tahap Formal oprasional (usia 11 atau lebih)[5]


I.                   Pendidikan Anak Usia Dini
Anak usia adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan unik[6]
Fase awal belajar adalah masa yang dilalui sebelum anak memasuki fase belajar lanjutan, selepas mereka dari usia balita hingga menjelang akhir masa kanak- kanak. Fase ini mencakup masa pengasuhan, pendidikan di taman kanak kanak, sekolah dasar, sampai anak memasuki sekolah lanjutan pertama. Masa ini adalah masa menjelang usia dewasa.[7]
Pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara fisik, intelektual, sosial, maupun emosional akan selalu mengalami perubahan dari masa kelahiran maupun remaja. Meskipun orang berubah di sepanjang kehidupan mereka, perubahan pada masa pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi sangat dramatis pada masa kanak-kanak.[8]
Anak pada usia 3,5- 5,5 tahun perlu mendapatkan rangsangan berpikir konseptual yang memadai dari lingkungannya. Ibu adalah orang pertama yang sangat dinanti kelembutan dan kecerdasannya dalam mengantarkan anak kepada latihan berfikir konseptual.[9]
A.    Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Faktor- faktor  dominan yang mempengarui pembentukan dan pertumbuhan anak adalah  orang tua, sekolah, dan lingkungan yang ketiganya saling berkaitan.[10]
Para ahli pendidikan hampir sepakat bahwa pendidikan yang paling dini diterima anak  berasal dari kedua orang tuanya. Dalam hal ini ayah dan ibu mempunyai peran yang sangat menentukan masa depan putra putrinya[11]
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.[12]Peran keluarga  memiliki arti yang sangat besar dalam usaha pengembangan bakat anak.[13]
Kolaborasi dan kerja sama yang penuh juga berarti para orang tua meneruskan pekerjaan sekolah di rumah mereka. Jika keluarga dan para guru merupakan mitra dalam pendidikan anak, maka anak-anak rupanya mempuyai kesempatan lebih baik untuk meraih keberasilan akademis. Para guru anak-anak balita melibatakan orang tua dalam kegiatan-kegiatan belajar sepanjang kurikulum.*[14]
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu: Tujuan utama:     untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.[15]
Tipe belajar berkaitkan dengan pemikiran, konsep, informasi, dan pilihan seseorang yang diekspresikan melalui cara belajar. Mengenali berbagai tipe belajar anak akan sangat membantu keberhasilan anak dalam belajar.
Guru perlu memfalisitasi perkembangan kepercayaan siswa.[16] Karena  hal itu bisa membuat anak lebih percaya diri.
B.     Tipe-tipe belajar anak pada umumnya terdiri dari:

1.      Belajar Visual( Visual Learner).
Anak yang termasuk ke dalam belajar visual biasanya cepat menyerap informasi dari fenomemena yang dapat dilihat dan diobservasi.
2.      Belajar Auditori (Auditory Learner).
belajar auditori pada umumnya dapat dengan  mudah menyerap informasi dengan cara mendengarkan. Anak bisa dilatih ketabahannya dengan mendidiknya untuk menganggap sebuah’kegagalan’ adalah hal yang wajar dalam hidup ini.[17]
3.      Belajar Taktil/ Kinestetik (Tactile/ Kinesthetic Learner).
belajar taktil biasanya dapat menyerap informasi dengan cara merasakan fenomena melalui sentuhan.
4.      Belajar Global (Global Learner).
Anak tipe belajar global lebih tertarik untuk melihat hasil akhir. Ia akan tertarik pada bentuk yang sesungguhnya sebelum menyelidiki bagian-bagian yang lebih rinci.[18]
Seorang anak yang memiliki aktivitas verbal, motivasi, dan stabilitas emosi kuat, cenderung akan mempertahankan fokus perhatiannya meskipun ia kurang istirahat, melakukan gerakan silang yang jelek, ketersebelahan disisi otaknya campur baur dan kondisi kerjanya buruk.[19]
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.


Walas (1976) mengemukakan empat tahapan proses berpikir kreatif:
1.      Persiapan (preparation)
2.      Inkubasi (incubation)
3.      Iluminasi (illumination), dan
4.      Verifikasi ( verification)[20]
Kalau anak mempuyai kratifitas yang tinggi, maka anak tersebut akan mempuyai ketrampilan yang baik pula[21]
C.      Gaya pengasuhan orang tua yang bisa berdampak positif dan negative terhadap anak
1.      Gaya “ Otoriter” ( Authoritative Parenting)
2.      Gaya” Berwibawa” ( Authoritarian Parenting)
3.      Gaya “ Acuh-ta-acuh” (Neglectful Parenting), dan
4.      Gaya” Pemanja” (Indulgent Parenting)[22]
Pendidik yang mempuyai ambisi menaklukkan anak akan  beranggapan dirinya telah berhasil setelah anak didiknya bersikap diam dan menurut. Ia tidak mengetahui bahwa sikap anak yang diam dan menurut itu didorong oleh ketakutan yang luar biasa akan kegarangan guru atau orang tuanya.
Jika berhasil lepas dari cengkraman ketakutan itu, dapat dipastikan anak akan melampiaskan kebebasan dengan mengerjakan hal-hal yang lebih tidak masuk akal[23].
Menciptakan sebuah lingkungan yang aman, bahagia dan santai akan membantu anak-anak yang beranjak besar meningkatkan rasa percaya diri selama masa kritis perkembangan mental, fisik dan emosional mereka.[24]


D.    Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
1.   Infant (0-1 tahun)
2.  Toddler (2-3 tahun)
3.  Preschool/ Kindergarten Children (3-6 tahun)
4.    Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
E.     Satuan Pendidikan Penyelenggara
1.  Taman Kanak-kanak (TK)
2.  Raudatu Athfal (RA)
3.  Bustanul Athfal (BA)
4.  Kelompok Bermain (KB)
5.  Taman Penitipan Anak (TPA)
6.  Satuan PAUD Sejenis (SPS)
7.  Sekolah Dasar Kelas Awal (kelas 1,2,3)
8.  Bina Keluarga Balita
9.   Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
10.  Keluarga
11.  Lingkungan
F.      Prinsip-prinsip Belajar Pada Anak Usia Dini
Keberhasilan suatu proses pembelajaran pada anak usia dini akan tercapai optimal apabila didasarkan pada prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
1. Berangkat dari yang dibawa anak
2. Belajar harus memandang pemahaman anak.
3. Belajar dilakukan sambil bermain.
4. Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran.
5. Belajar dilakukan melalui sensori.
6. Belajar membekali ketrampilan hidup.
7. Belajar sambil melakukan.[25]
       G.  Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Belajar Anak.
1. Unsur Lingkungan
Unsur lingkungan yang mempengaruhi terhadap tipe belajar anak antara lain adalah suara, cahaya, suhu dan desain kelas.
2. Unsur Sosial
Unsur sosial merupakan kondisi yang memungkinkan anak dapat melakukan kerjasama dengan anak lainnya.
3.Unsur Emosi
Unsur emosi berkaitan dengan motivasi anak untuk melakukan sesuatu. Seorang anak dengan kemauan yang secara natural kuat mungkin menunjukkan sifat penuh kemauan dalam ayunan.[26]
4. Unsur Fisik
Unsur fisik adalah kesiapan fisik anak untuk melakukan sesuatu untuk belajar. Kesiapan fisik ini berkaitan dengan kecukupan tidur malam, makan dan minum, istirahat siang hari, dan aktivitas yang dilakukan.[27]



Daftar Pustaka
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak yang Bekesulitan Belajar. Jakarta :
            Rineka Cipta.
Anshar, Maria ulfah dan Mukhtar Alshodiq. 2005. Pendidikan dan Pengasuhan  
         Anak (dalam Perspektif  Jender.,   Jakarta: Gramedia.
Andersen, Roy.  2008. Langkah Pertama Membuat Siswa Berkosentrasi. Jakarta:
           Indeks.
Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta
Gina, Ford. 2008. Merawat Membesarkan Bayi 3 Tahun Pertama, Jogjakarta : Gara
          Ilmu.
Hartati,Sofia. 2007.  How To be a Good Teacher and To be a Good Mother. Jakarta:
          Enno Media
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,  Jakarta: Raja Grafika Persada.
Haji, Fajar Maulana. 2000. Mendidik Anak Sejak Dini, Surabaya: Jawara
Majid , Abdul Aziz Abdul. 2005. Mendidik dengan Cerita, Bandung : Remaja
           Rosdakarya.
Muhammad, As’adi. 2009. Panduan Praktis Menggambar dan Mewarnai untuk
            Anak. Jogjakarta : Power Books
Mansur. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: puataka
             pelajar
       
Satiadarma, Monty P dan Fidelis E. Waruwu. 2003. Mendidik Keserdasan, Jakarta:
         Media Grafika.
Santrock , John W. Educational Psychology. New York: McGraw-Hill Companies
Shaleh , Abdul Qodir. 2008. Panduan Lengkap Mendeteksi, Memahami dan               
          Mengatasi Masalah-Masalah Kesehatan Anak Secara Medis dan Psikologis.
          Jogjakarta : Diva Press..
Seefeldt,Carol  dan Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta:
          Indeks.
Suryadi, Ace. 2002. Pendidikan Investasi. Jakarta: balai pustaka
Uhbiyati, Nur. 2009. Long Life Education. Semarang: Wali Songo Press.
Walters, Donald.  2004. Education for Life. Jakarta: Gramedia.
W. Damon, Greater Expectations: Overcoming The Culture Of Indulgence In
             America,S Homes And Schools. New York : Free Press
Wijanarko, Jarot.  2010. Multiple Intelligences. Banten: Happy Holy Kids.
Yaqin. Abi M.F. Mendidik Anak Secara Islami, Lintas Media: Jombang.
http://pendidikanuntuk semua.wordpress.com/2008/11/18/pendidikan_seumur_hidup   
         (diakses tanggal16 april 2012).
Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/  Pendidikan_Anak _Usia _Dini (diakses tanggal 16  
         april 2012).

.

.
.  
.



[1] Uhbiyati, Nur. Long Life Education. Semarang: Wali Songo Press. 2009. Hal 1
[2] Suryadi, ace. 2002. Pendidikan Investasi. Jakarta: balai pustaka. Hal 7
[3]http://pendidikan untuk semua.wordprees.com/2008/11/18/pendidikan _seumur_hidup/diakses 16 april 2012.
[4] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafika Persada, 2005
[5] Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak yang Bekesulitan Belajar. Jakarta ; Rineka Cipta. Hal 86
[6] Mansur. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: puataka pelajar. Hal vii
[7] Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005, hal.3
[8] Abdul Qodir Shaleh, Panduan Lengkap Mendeteksi, Memahami dan Mengatasi Masalah-Masalah Kesehatan Anak Secara Medis dan Psikologis. Diva Press: Jogjakarta. 2008. Hal 17
[9] Fajar Maulana Haji, Mendidik Anak Sejak Dini, Jawara: Surabaya. 2000. Hal29
[10] Maria Ulfah Anshar dan Mukhtar Alshodiq, Pendidikan dan Pengasuhan Anak (Dalam Perspektif Jender),   Jakarta: Gramedia, 2005, hal. xi
[11] Abi M.F. Yaqin. Mendidik Anak Secara Islami. Jombang: Lintas Media. Hal 10
[12]http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan_anak_usia_dini
[13]  W. Damon, Greater Expectations: Overcoming The Culture Of Indulgence In America,S Homes and Schools. New York : Free Press
[14] Carol Seefeldt  dan Barbara A. Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini, Indeks: Jakarta. 2008. hal 127
[15] http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan_anak_usia_dini
[16] Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta. Hal79
[17] Jarot Wijanarko, Multiple Intelligences, Banten: Happy Holy Kids, 2010, Hal. 67
[18] Sofia Hartati, How To Be A Good Teacher And To Be A Good Mother, Jakarta: Enno Media, 2007,hal. 88.
[19] Roy Andersen, Langkah Pertama Membuat Siswa Berkosentrasi, Jakarta: Indeks, 2008, Hal. 59
[20] Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruwu, Mendidik keserdasan, Jakarta: Media Grafika,2003, hal.112
[21] As’adi Muhammad, Panduan Praktis Menggambar dan Mewarnai untuk Anak. Power Books: Jogjakarta. 2009. Hal 23.
[22] John W. Santrock, Educational Psychology. New York: McGraw-Hill Companies
[23] Abi M.F. Yaqin. Mendidik Anak Secara Islami. Jombang: Lintas Media, Hal 5-6
[24] Gina Ford. Merawat Membesarkan Bayi 3 Tahun Pertama, Jogjakarta:  Gara Ilmu, 2008. Hal.164
[25] Sofia Hartati, How To Be A Good Teacher And To Be A Good Mother, Jakarta: Enno Media, 2007, hal. 86.
[26] J. Donald Walters, Education for Life, Jakarta: gramedia, 2004. Hal : 150
[27] Sofia hartati, How To Be A Good Teacher And To Be A Good Mother, Jakarta:  Enno Media, 2007,hal. 91


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang hebatnya mengaji

Tentang hebatnya mengaji Ilmu Agama laksana air hujan menembus bumi, orang alim yang mengamalkan ilmunya laksana bumi yang subur. Orang yang...